Seorang laki-laki tua pemilik penginapan tampak dengan cepat menyambut kedatangan Bintang dan Ayu Mayrissa.“Selamat datang aden, nini dipenginapan hamba, apakah raden dan nini mau menginap?”“Benar ki, kami ingin menginap”“Kebetulan masih ada 1 kamar kosong, bisa aden dan nini tempati” ucap lelaki tua itu lagi, tapi sudah cukup untuk membuat wajah Bintang dan Ayu Mayrissa berubah dan perubahan wajah keduanya sempat dilihat oleh lelaki tua pemilik warung.“Apa aden dan nini belum menikah?” tanyanya lagi“Oh bukan ki, kami hanya teman dalam perjalanan” ucap Bintang cepat.“Wah, saya kira aden dan nini adalah suami istri, habis cocok sih, aden gagah dan nini cantik” ucap lelaki tua itu pemilik warung hingga membuat Bintang dan Ayu Mayrissa hanya tersenyum mendengarnya. Sesaat Ayu Mayrissa tampak melirik kearah Bintang untuk melihat reaksi Bintang atas ucapan lelaki tua itu.“Jadi bagaimana den, kamar hanya tersisa 1?”“Tidak apa-apa ki, kami akan mengambilnya, biar saya tidur diluar sa
“Sepertinya memang tak ada jalan lain” ucap Bintang.“Maksud kakang apa?”“Dendammu harus terbalaskan agar hatimu puas Mayrissa. Jika tidak begitu, seumur hidup kau akan dihantui dengan perasaan dendam” ucap Bintang hingga membuat Ayu Mayrissa terdiam mendengarnya.“Kakang akan membantu Mayrissa untuk membalas sakit hati Mayrissa, tapi berjanjilah satu hal sama kakang”“Janji.., janji apa kang?”“Mayrissa tak boleh membunuh”“Jika tidak membunuhnya, bagaimana hati Mayrissa bisa tenang kang?”“Kematian terlalu ringan untuk hukuman bagi seorang bajingan seperti dia, bajingan itu harus diberi pelajaran, akan kakang buat dia seperti hidup segan matipun tak mau” ucap Bintang hingga membuat wajah Ayu Mayrissa berubah mendengarnya.“Ba...bagaimana caranya kang?”“Tenang saja, biar kakang yang pikirkan caranya, sekarang Mayrissa tidurlah lagi ya” ucap Bintang seraya meminta Ayu Mayrissa untuk kembali tidur. Ayu Mayrissa menyambutnya dengan tersenyum manis. Sejenak Bintang memandangi senyum ma
Pagi datang, walaupun tidak terlalu terang keadaan diluar, sesungguhnya hari sudah cukup siang, tapi karena hujan masih turun dengan lebatnya, makanya matahari tak terlihat ditempat biasanya ia bertengger.Di dalam kamar yang ditempati Bintang dan Ayu Mayrissa tampak sosok kedua masih terkapar terbaring diatas kasur yang sudah tak terbentuk itu. Tubuh telanjang keduanya tampak ditutupi oleh selimut yang menutupi hingga sebatas dada. Terlihat Ayu Mayrissa yang tertidur dengan meletakkan kepalanya didada Bintang. Entah karena hujan yang begitu lebat yang membuat keduanya begitu terlelap tidur, atapun mungkin karena rasa lelah penuh kenikmatan yang didapat keduanya setelah bercumbu hampir semalaman.Bila Ayu Mayrissa tergila-gila akan kenikmatan percintaan mereka, karena selama ini Ayu Mayrissa belum pernah mendapatkan kenikmatan dalam suatu persetubuhan, hal ini tentu saja dikarenakan Jiwo Satrio sangat lemah dalam urusan ranjang. Begitu bertemu dengan Bintang yang begit
“Jadi kakang sudah mengembara jauh sampai ke dataran tengah?” tanya Ayu Mayrissa lagi, Bintang mengangguk mantap.“Mayrissa berasal dari dataran Mongolia, kakang”“Mongolia, berarti Mayrissa tahu dong dengan Kaisar Shun-Ti atau yang lebih dikenal dengan nama Toghon Temur?” lagi dan lagi wajah Ayu Mayrissa berubah mendengar hal itu, bahkan kali ini berubahnya sangat kentara.“Ka..kakang tahu tentang Kaisar Shun-Ti?” lagi-lagi Ayu Mayrissa balik bertanya. Dan lagi-lagi Bintang menjawabnya dengan anggukan kepala.“Coba ceritakan pada kakang, bagaimana Mayrissa bisa sampai disini?” kali ini Bintang yang bertanya, walaupun sebenarnya Ayu Mayrissa tampak ingin bertanya juga.“Ayah Mayrissa adalah seorang komandan pasukan di kekaisaran Toghon Temur kakang, tapi semenjak Kaisar Shun-Ti kalah dipeperangan menghadapi Kaisar Zhu Yuan-Zhang, ayah bercerita dalam perang itu, ayah melihat dari pih
“Dimana ayahmu dikuburkan Mayrissa?”“Di Blambang Sewu”“Kalau begitu sekalian saja kita mampir kesana untuk mengunjungi makam ayahmu Mayrissa”“Be..narkah kang?” tanya Ayu Mayrissa lagiBintang mengangguk mantap“Tapi kita akan semakin terlambat untuk menghadiri perayaan hari lahirnya Padepokan Dharma Semesta kang”“Tidak apa-apa, terlambat lebih baik daripada tidak sama sekali, kan” ucap Bintang tersenyum. Ayu Mayrissa terdiam, tapi kemudian balas tersenyum dengan mengangguk.Sejenak Bintang mengalihkan pandangannya kearah jendela yang tertutup. Walaupun sudah terang, tapi diluar hujan masih turun dengan lebatnya. Ayu Mayrissa ikut mengalihkan pandangannya kearah pandangan Bintang.“Sepertinya hujan masih lama berhentinya kang”“Iya, sepertinya”“Lalu bagaimana kang?”“Terpaksa kita harus menu
“Jangan ikut campur urusan mereka, Jonggrang!” sebuah suara menegur Jonggrang, Jonggrang dan Jiwo Satrio terlihat langsung menoleh kearah asal suara. Suara itu berasal dari sesosok tubuh yang kini tampak duduk dengan santai disebatang pohon yang telah rebah. Bila wajah Jiwo Satrio hanya berubah sesaat melihat sosok yang diyakini telah melancarkan serangan gelombang angin dahsyat tadi, beda lagi dengan wajah Jonggrang yang tampak berubah pucat melihat kearah sosok tersebut.“Ksatria Pengembara!” ucap Jonggrang lagi. Rupanya sosok itu adalah Bintang.Serr...Satu sosok tubuh melesat disebelah Jonggrang.“Siapa dia nyai?!” tanya sosok yang ternyata adalah Jiwo Satrio tersebut.“Ksatria Pengembara!” jawab Jonggrang singkat, tapi sudah cukup untuk membuat wajah Jiwo Satrio berubah mendengar hal itu.“Bajingan terkutuk! ayo kita selesaikan urusan kita” terdengar teriak keras Ayu Mayrissa
Semakin lama, Ayu Mayrissa terlihat mulai terdesak oleh serangan Jiwo Satrio, terlihat jelas bagimana Ayu Mayrissa sangat menghindari benturan Payung Pelanginya secara frontal dengan Tombak Akhirat ditangan Jiwo Satrio.“Hupp!”Ayu Mayrissa melompat tinggi keudara untuk menghindari tusukan tombak Jiwo Satrio. Di udara, Ayu Mayrissa terlihat langsung melakukan gerakan cepat seperti tengah merapal ajian. Kedua mata terpejam, tapi cuma sebentar.“Gadis suci membelah diri.” ucap Jiwo Satrio mengenali jurus yang dipergunakan oleh Ayu Mayrissa dimana sosok Ayu Mayrissa tiba-tiba saja membelah diri menjadi 2 orang, dari 2 orang membelah lagi menjadi 2 orang hingga kini sosok Ayu Mayrissa diudara sudah menjadi 4 orang.Hiaaa...! Hiaaah...! Hiaaa...!Wutttt... wuttt...wuttt...!Ke-4 sosok Ayu Mayrissa langsung melesat turun kearah Jiwo Satrio secara berbarengan dengan dahsyatnya.Trang! Trang! Trang!Jiw
Hiaaa...!Hiaaah...!Hampir bersamaan keduanya saling melesat kedepan.Wutttt... wuttt...wuttt...!Jiwo Satrio memutar-mutar Tombak akherat ditangannya dengan sangat dahsyat.Ayu Mayrissa melompat tinggi keudara, dan ;Wuusshh!Selendang merah ditangannya berkiblat kearah Jiwo Satrio juga tak kalah dahsyat. Selendang merah ditangan Ayu Mayrissa seakan memanjang menyerang kearah kepala Jiwo Satrio.Huup!Jiwo Satrio melompat bergulingan kedepan untuk menghindari serangan selendang merah itu.Dhuar!Terjadi ledakan yang cukup keras saat selendang merah itu hanya menghantam tanah kosong dimana tadi Jiwo Satrio berdiri.Melihat serangannya hanya mengenai tempat kosong, Ayu Mayrissa dengan cepat menarik kembali selendang merah miliknya, dan ;Wuusshh!Kembali Ayu Mayrissa melepaskan serangan selendang gadis sucinya kearah Jiwo Satrio. Jiwo Satrio kembali bergerak cepat menghindariny