Sementara di sebelah kanan Adipati Sutapati tampak dua orang pemuda berwajah tampan, dua-duanya berkumis tipis dengan usia yang sepertinya tidak bertaut jauh, sekitar 26-27 tahunan. Mereka adalah Bayusuta, putra Adipati Sutapati, sedangkan pemuda tampan yang berjalan disebelah Bayusuta adalah Aryasuta.
Dibelakang mereka, tampak pula sesosok laki-laki tua bertubuh pendek bulat, sebuah tongkat tampak tergenggam ditangannya, dia tak lain adalah Mpu Bajil, sedangkan disebelah mpu bajil berjalan beriringan wanita tua berpakaian merah dengan sebuah angkin merah dipingganngya, dia adalah Nini Rampah, istri dari Mpu bajil.
Kini Adipati Sutapati dan rombongannya sudah berdiri dihadapan sosok perempuan bercaping. Kedua belah pihak terlihat saling pandang satu sama lain.
“Apakah saat ini saya berhadapan dengan paman Sutapati?” tanya sosok perempuan bercaping. Adipati Sutapati beserta rombongannya sendiri tampak menatap dengan penuh seksama kepada sosok be
“Siapa diantara kalian, kakang Aryasuta?” tanya Gadys kepada keduanya.Aryasuta tampak maju satu langkah kedepan.“Nenek bilang, menitipkan sebuah plakat bermata hijau kepada kakang” ucap Gadys lagi hingga membuat Aryasuta terkejut, lalu tangan Aryasuta tampak meraih sesuatu dari sabuk pinggangnya, sebuah plakat bermata hijau.“Nenek juga bilang, kalau kakang memiliki tanda lahir dipunggung dalam betis sebelah kanan” ucap Gadys lagi. Lagi-lagi wajah Aryasuta berubah.Aryasuta kemudian mengangkat sedikit celana dikaki kanannya, dan dibagian punggung dalam terlihat sebuah tanda hitam sebesar bola kasti. Semuanya menjadi perhatian orang-orang ditempat itu, terlebih Adipati Sutapati.“Siapa nama nenek yang nisanak sebutkan tadi?” tanya Adipati Sutapati. Gadys tampak tersenyum dan berkata ;“Orang-orang dunia persilatan menyebut nenek dengan julukan Pertapa Suci Dari Lembah Kutukan” ucap
ADIPATI SUTAPATI tampak menarik nafas panjangnya setelah menyelesaikan cerita tentang kematian Juragan Suta, ayah Gadys. Gadys sendiri terlihat terdiam sejak awal Adipati Sutapati menceritakan hal itu.“Paman juga sudah bertemu langsung dengan gusti prabu Bintang yang telah menceritakan apa yang telah terjadi. Dalam hal ini, gusti prabu Bintang tidak sepenuhnya bersalah.. Apalagi gusti prabu Bintang juga telah menolong kakangmu, Aryasuta” ucap Adipati Sutapati.“Jadi maksud paman, kematian bopo harus kulupakan begitu saja?”“Bukan begitu Gadys. Hanya saja, gusti prabu Bintang itu bukan orang biasa.. Selain menjadi raja di Setyo Kencana, gusti prabu Bintang juga ketua dunia persilatan.. Paman sudah melihat sendiri bagaimana kesaktian yang dimiliki oleh gusti prabu Bintang” ucap Adipati Sutapati menarik nafas panjang. Gadys terlihat semakin terdiam mendengar hal itu.“Sudahlah.. Hal ini nanti saja kita baha
Keesokan harinya, Gadys dan Aryasuta tampak menghadap Adipati Sutapati yang saat itu berada di pendopo bersama Bayusuta, Tania, Mpu Bajil dan Nini Rampah. Kedua segera menjura hormat dihadapan Adipati Sutapati dengan kaki kanan menekuk sedang lutut kirinya menyentuh lantai dengan kedua telapak tangan yang menyatu didepan dada.“Mari silahkan duduk Aryasuta, Gadys.. Kebetulan baru saja aku ingin memanggil kalian berdua” ucap Adipati Sutapati kepada keduanya.Aryasuta dan Gadys segera duduk ditempat yang telah disediakan untuk mereka.“Gadys” Adipati Sutapati membuka pembicaraan sehingga kini perhatian Gadys dan yang lain langsung terarah kearah Adipati Sutapati.“Maksud aku tadi ingin memanggil kalian untuk menyampaikan sesuatu hal” sambung Adipati Sutapati lagi, Gadys terlihat tetap menunggu dengan tenang.“Aku mewakili putraku, Bayusuta.. ingin melamarmu sebagai istrinya”Wajah Gadys langsung
Kini semua terkesima saat melihat diujung jari telunjuk Gadys terlihat kilatan petir yang gemerlap. Kini semua mengerti kenapa tadi Bayusuta dengan cepat menarik jari dan berteriak tertahan.“Kini raden sudah taukan?” ucap Gadys lagi seraya menarik kembali jari telunjuknya.“Ya sudahlah, masalah ini tak perlu kita panjang lebarkan lagi.. Oh ya, ada keperluan apa kalian berdua menghadap paman?” tanya Adipati Sutapati lagi kepada Gadys dan Aryasuta.Gadys dan Aryasuta terlihat saling pandang, hingga akhirnya Aryasutalah yang menjadi juru bicara diantara mereka. Sepanjang Aryasuta bercerita, terlihat wajah-wajah ditempat itu berubah terkejut.“Ilmu ‘dewa dewi’” ucap Adipati Sutapati akhirnya setelah Aryasuta mengakhiri ceritanya.“Benar paman, nenek bilang ilmu ‘dewa dewi’ merupakan gabungan dari ilmu ‘perjaka murni’ milik kakang Aryasuta dan i
Hiya ! hiya !! hiya !!!Seekor kuda putih dipacu dengan kencang oleh penunggangnya, penunggangnya adalah seorang perempuan, walaupun mengenakan caping bambu dikepalanya, tapi bentuk tubuhnya yang ramping membuat dirinya sangat mudah dikenali sebagai seorang perempuan. Mengenakan pakaian biru putih dengan sebuah selendang biru terlilit dipinggangnya yang ramping. Sesekali capingnya terangkat, terlihat bibir mungil merah alami terlihat menggoda, sekilas wajahnya yang terlihat membuat kita dapat mengenali sosok bercaping berkuda tersebut yang tak lain adalah Tania Ayusuta.Sebelum subuh, Tania sudah berangkat meninggalkan kadipaten gelagah ireng, hal ini dilakukan agar kepergian dirinya tak diketahui oleh orang lain, tapi Tania sudah meninggalkan surat dikamarnya agar kelak bila ada orang yang memasuki kamarnya, dapat menemukan surat tersebut.Entah sudah berapa lama Tania memacu kudanya dengan cepat, terlihat sekali kalau Tania sangat terburu-buru, siang
“Panas sekali” ucap Tania pelan.“Hhmm.. jalan lurus ini langsung menuju ke Setyo Kencana” ucap Tania lagi menatap kearah depan, lalu menoleh kearah kanan.“Kalau tidak salah diujung jalan setapak ini ada sebuah desa yang cukup ramai penduduknya.. mungkin ada baiknya aku mengisi perut dulu sebelum melanjutkan perjalanan” batin Tania lagi, memutuskan seperti itu, Tania lalu mengarahkan kudanya kearah kanan.Sebuah desa yang terlihat cukup ramai penduduknya, ditambah lagi desa itu berada dipinggiran jalan utama, sehingga tak heran, banyak orang berlalu lalang melewati desa itu, desa ini pula dimana Tania saat ini berada.Dengan perlahan, Tania mulai menggebah kudanya memasuki gerbang desa tersebut, dari balik caping yang dikenakannya, mata indah Tania tampak mengawasi keadaan disekitarnya disepanjang jalan yang dilewatinya, hingga setelah memasuki cukup jauh desa tersebut, akhirnya Tania menghentikan langkah kuda
Tak lama kemudian, hidangan yang dipesan Taniapun datang, maka dengan sedikit tergesa-gesa Tania segera menyantap hidangannya tanpa melepas capingnya, Tania menyadari masih banyak pandangan yang menatap kearahnya, karena itulah Tania ingin cepat-cepat menyelesaikan santapannya. Begitu selesai, Tania langsung pergi meninggalkan kedai makan itu.Kuda tunggangannya kembali digegah dengan cepat. Kali ini Tania berniat untuk tidak berhenti-henti lagi sampai tiba di Setyo Kencana, perkiraan Tania, mungkin nanti sore atau malam sudah tiba di Setyo Kencana.Hiieekkk...!Tiba-tiba saja Tania menarik tali kekang kudanya, hingga membuat kuda tunggangannya meringkik dengan keras. Dari balik caping yang dikenakannya, Tania menyipitkan pandangannya, beberapa tombak dihadapannya tampak sesosok tubuh berdiri ditengah jalan.Setelah berhenti cukup lama, perlahan Tania kembali menjalankan kudanya secara perlahan, semakin dekat, Tania semakin dapat melihat
Daggghhh!Kedua tangan Harimau Utara yang menyilang didepan dada langsung terhantam selendang biru Tania, hingga menimbulkan suara keras yang membuat Harimau Utara terseret mundur hingga 2 tombak jauhnya, Tania kembali menarik selendang birunya.“Hebat juga!” ucap si Harimau Utara kembali berdiri dengan perkasa seraya melangkah kehadapan Tania yang masih berada diatas kudanya, duduk dengan anggun dengan selendang biru ditangan.“Menyingkirlah Harimau Utara, atau aku takkan segan-segan lagi!” bentak Tania keras.“Tak perlu sungkan-sungkan, jurus ‘Harimau Utara’ku siap menyambutnya” ucap Harimau Utara seraya memasang kuda-kuda rendah dengan kedua cakar didepan.Huupp!Tania bersalto dari atas punggung kudanya dan turun beberapa langkah dihadapan Harimau Utara.“Majulah Harimau Utara!” ucap Tania memberikan tantangan kepada Harimau Utara untuk menyerangnya terlebih dahu