SEBUAH pasar tampak begitu ramai dengan segala macam aktifitasnya. Ada yang menjual ada pula yang membeli, dari sistem membayar sampai sistem barter barang ada dipasar itu, semua sibuk dengan segala macam aktifitasnya. Tak jauh dari pasar itu terlihat sebuah dermaga yang tampak beberapa kapal tengah bersandar membongkar muatan, hal inilah yang membuat aktifitas perdagangan dipasar itu sangat ramai. Dari masyarakat awam, para pedagang, saudagar hingga para pendekar terlihat memenuhi pasar tersebut. Semua bercampur baur menjadi satu sehingga sulit membedakan satu dengan yang lain.
Beberapa keributan kecil kadang terjadi diantara penjual dan pembeli, tapi tidak sampai menimbulkan tawuran antar kampung, karena semuanya bisa diselesaikan dengan bersikap saling mengalah, terkadang penjual yang mengalah dengan merelakan dagangannya terjual dengan harga yang diinginkan pembeli, tapi terkadang pembeli yang mengalah dengan lebih memilih pergi mencari ditempat yang lain.
Di antar
Apa yang Bintang lakukan ditoko pakaian, apakah Bintang ingin beralih profesi dari seorang pendekar menjadi pedagang pakaian, atau apa? entahlah. Kita semua tak tau, entah kenapa chapter ini diawali dengan Bintang yang berada di toko pakaian.Bintang terlihat tidak betah duduk menanti ditempat itu, sesekali Bintang berdiri, berjalan kesana kemari, melihat-lihat sesuatu yang tak ingin dilihat sebenarnya. Sesekali pula Bintang mengintip kearah luar, terlihat diluar ramai orang berlalu lalang.“Kakang” sebuah suara lembut terdengar menegur sosok Bintang dari belakang, Bintangpun segera berbalik, dan ;“Ahhh”Bintang terperangah dengan mata yang menatap lurus kedepan. Berjarak 7 langkah dihadapan Bintang, berdiri sosok seorang gadis yang memiliki wajah yang teramat cantik nan jelita, alis matanya melengkung, dan mata indah serta jernih, dilindungi oleh bulu mata lentik, hidung yang bangir, bentuk bibir mungil merah alami yang serasi pu
Bersama Bintang, setelah mendapatkan senjatanya kembali dari sarang begal Hutan Alas Rompah, pimpinan si Racun Jantan yang telah tewas karena berusaha memperkosa Perawan Lembah Kutukan, Bintang langsung mengajak Gadys untuk mencari desa atau kota terdekat guna mencari pakaian untuk Gadys.Gadyspun menyetujuinya, bersama Bintang keduanya segera mencari desa / kota terdekat hingga akhirnya keduanya menemukannya, begitu tiba di kota tersebut, Bintang dan Gadys langsung mencari toko yang menjual pakaian, Gadyspun memilih pakaian dengan warna ungu sebagai warna kesukaannya, hanya saja model dan bentuknya sedikit berubah, kali ini sosok Gadys layaknya seorang gadis bangsawan dengan pakaian mewah yang dikenakannya, tapi bentuk dan modelnya hampir-hampir mirip dengan pakaian yang dikenakan oleh Gadys sebelumnya. Hanya bahannya saja yang terlihat lebih mewah dan ekslusif.Tak lama, seorang perempuan tua tampak keluar dari belakang Gadys, dialah sipemilik toko pakaian tersebut.
Sebuah warung makan yang bertuliskan ‘TAMBUAH CIEK’ menjadi pilihan Bintang dan Gadys, karena selain terlihat ramai dan padat oleh pengunjungnya, Bintang berkeyakinan pasti makanan ditempat itu enak dan lezat sehingga pembelinya sampai membludak.Pakaian Bintang dan Gadys yang berpakaian layaknya pendekar bangsawan, membuat pelayan rumah makan itu segera melayani keduanya dengan sangat hormat.“Setelah ini, kita akan kemana kang?” tanya Gadys tiba-tiba. Bintang sedikit terhenyak mendengar pertanyaan itu.“Kakang ingin ke Lembah Sunyi”“Lembah Sunyi.. itu tempat tinggal kakang ?”“Bukan, itu tempat mendiang guru kakang”“Mendiang, itu berarti..”“Benar, guru kakang sudah meninggal”Gadys terlihat terdiam mendengar hal itu, sebenarnya Gadys ingin sekali ikut Bintang, tapi Gadys teringat kalau saat ini dia masih memiliki
“Aowwwhhh”Byuurrrr!Sebuah teriakan terdengar disusul dengan suara seseorang yang tercebur kedalam air. Hal ini memancing perhatian Rawan dan Sarah untuk menatap kearah asal suara tersebut. Di halaman tampak seorang bocah kecil yang tercebur kedalam sebuah gentong yang cukup besar, sementara disebelahnya terlihat pula seorang anak sebaya yang sedikit lebih tua tampak masih berjalan dengan sangat hati-hati dipinggiran gentong tersebut.“Ayo Will, jangan malas-malasan...!” sebuah suara sedikit keras terdengar hingga membuat bocah yang baru saja tercebur kedalam gentong air besar itu terlihat berusaha kembali untuk naik ketepian dan berdiri diatasnya.“Susah guru” ucap bocah itu lagi kepada sesosok lelaki bertubuh sangat gemuk, dengan rambut panjang tak terurus, mengenakan pakaian yang kedodoran disana – sini.“Tidak ada kata susah kalau kita mau berusaha Will” ucap lelaki gemuk itu lagi menyebut
Malam semakin larut, keadaan di Lembah Sunyi kembali sunyi seperti namanya, diruang keluarga, terlihat Bruce dan William yang tengah tertidur dipangkuan Bintang.“Kita bawa ke kamar, kanda” ucap Sarah seraya bangkit berdiri. Bintang mengangguk.“Biar Sarah yang bawa Will, kanda” ucap Sarah lagi seraya mengambil sosok William dari pangkuan Bintang, lalu mengendongnya, Bintang sendiri kini sudah menggendong Bruce. Keduanya lalu membawa Bruce dan William ke kamarnya. Bintang letakkan sosok Bruce diranjang besar yang biasa dipergunakan oleh Bruce dan William dalam satu tempat tidur. Sarah sendiri juga ikut meletakkan William ke kasur, tapi William justru memeluk lehernya hingga mau tak mau Sarah terpaksa ikut berbaring dikasur, William kemudian memeluk erat leher Sarah. William memang terbiasa tidur dengan memeluk leher Sarah sebelum akhirnya terlelap dalam tidurnya.“Kanda temani dinda Rawan dulu.. Sarah biar disini dulu sama
Sejenak Bintang terlihat mengusap-usap lembut kepala Rara Kadita seraya menatap kearah Putri Rawan yang saat itu juga tengah menatapnya dengan tersenyum. Bintang balas tersenyum.Dalam jarak sedekat ini, Bintang harus mengakui kalau Putri Rawan memang memiliki kecantikan yang layaknya seorang dewi, begitu cantik dan tak bosan dipandang. Begitu terpesonanya, Bintang sampai mengangkat tangannya, lalu membelai lembut wajah jelita Putri Rawan, Putri Rawan justru menyambutnya dengan mencium telapak tangan Bintang yang membelai-belai wajahnya.Sesaat keduanya terlihat saling pandang dan tersenyum, hingga akhirnya keduanya tersadarkan saat Rara Kadita tiba-tiba saja melepas emutannya dan bergolek telentang, tertidur.“Tunggu sebentar, kanda” ucap Putri Rawan tanpa suara, tapi Bintang mengerti arti gerakan bibir Putri Rawan kepadanya. Putri Rawan sendiri kemudian bangun dan dengan lembut mengangkat Rara Kadita ke gendongannya, lalu membawanya ke arah box bay
Dengan diiringi tatapan Bintang, Putri Rawan terlihat masuk kedalam kamar mandi yang memang ada didalam kamar itu, tak lama kemudian terdengar suara debur-debur air yang Bintang yakini kalau Putri Rawan sedang membersihkan tubuhnya. Bintangpun harus menunggunya dengan sabar. Cukup lama sampai kemudian terdengar suara pintu kamar mandi itu terbuka.Bintang dapat melihat Putri Rawan yang tampak membuka lemari dan sedang memilah milih pakaian, setelah mendapatkannya, Putri Rawan kemudian duduk di meja riasnya, kali ini Bintang tak dapat melihat apa yang dilakukan Putri Rawan, karena memang ada dinding pembatas antara ranjang tempat tidur dengan lemari dan meja rias dimana tempat Putri Rawan berada saat ini. Lagi-lagi Bintang dengan sabar harus menunggunya, ada perasaan berdebar dihati Bintang yang melihat bagaimana Putri Rawan tampak merias dirinya, tanpa riasan saja sosok Putri Rawan begitu sangat memikat mempesona, apalagi bila berhias. Bintang semakin tak sabar untuk melihat
“Dinda cantik sekali” puji Bintang untuk kesekian kalinya, Bintang benar-benar tak mampu menyembunyikan rasa kagumnya akan kecantikan yang dimiliki oleh Putri Rawan. Putri Rawan lagi-lagi tersenyum mendengar pujian itu untuk yang kesekian kalinya dari bibir Bintang.Tangan Bintang terangkat dan dengan lembut membelai wajah jelita Putri Rawan yang ada dipangkuannya, belaian lembut tangan Bintang hanya disambut oleh senyuman Putri Rawan yang terlihat begitu menikmati belaian tangannya.“Bagaimana, apakah dinda senang tinggal disini?”“Senang sekali kanda, tempatnya indah dan damai, tak pernah terbayangkan kalau Rawan akan menemukan tempat indah seperti ini.. Terima kasih kanda” ucap Putri Rawan.“Syukurlah kalau dinda senang”“Rawan kangen sekali sama kanda” ucapnya lembut.“Kanda juga”Cukup lama keduanya saling menatap satu sama lain dengan tatapan penuh arti, Bin
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig