Demikian Bintang lakukan hal itu sekian lama, kemudian pada suatu saat Tyas berusaha membebaskan dirinya dari sergapan mulut Bintang, Tyas menarik sebuah bantal kecil yang tadi menjadi ganjal kakinya untuk mengangkang, Bintang dimintanya duduk di bantal itu. Begitu Bintang duduk, Tyas kembali memagut area bawah Bintang dengan mulutnya secara lembut. Tapi itu tidak lama, karena Tyas kemudian memegang area bawah yang sudah tidak sabar mencari pasangannya itu.
Tyas membimbingnya masuk dan ia duduk di atas pangkuan Bintang, maka begitu area bawah Bintang amblas, terdengar jeritan kecil yang menandai kenikmatan yang ia dapatkan. Bintang juga merasakan kehangatan mengalir mulai ujung area bawah dan mengalir ke setiap aliran darah. Tyas memegangi pundak Bintang dan menggerakkan pinggulnya yang indah dengan gerakan serupa spiral. Naik turun dan memutar dengan pelan tapi bertenaga.
Dengan suasana seperti itu, rasanya Bintang tidak ingin membiarkan setiap hal yang menimbulkan ke
Gerbang utara Desa Jati Wangi, terlihat puluhan orang berpakaian serba hitam yang kini telah berjongkok dengan kedua tangan mengapit dibelakang kepala, melihat keadaan mereka, sepertinya mereka telah menyerah, didekat-dekat mereka terlihat puluhan orang berpakaian prajurit bersenjata lengkap tengah menodongkan golok kearah mereka. Sementara itu tak jauh dari mereka terlihat sosok-sosok pemuda-pemuda Desa Jati Wangi yang lusuh karena baru saja menyelesaikan pertempuran hebat dimalam itu. Diantara mereka tampak berdiri dua sosok tubuh yang salah satunya adalah Lodaya si Badak Kulon. Sedangkan disebelahnya adalah sosok seorang laki-laki berperawakan penuh wibawa, kumis tipis tampak menghiasi wajahnya, mengenakan pakaian layaknya seorang senopati, dipunggungnya terlihat sepasang pedang yang tersampir. Dengan penuh wibawa dia memerintahkan para prajurit yang jumlahnya sekitar 50 orang itu untuk mengumpulkan para tawanan.“Yudho!” sebuah suara mengalih
Subuh menjelang pagi. Terlihat sosok Bintang yang tengah duduk bersila dengan kedua telapak tangan yang menempel dipunggung seorang laki-laki yang tak lain adalah Bayan Sangkuri. Terlihat wajah Bayan Sangkuri yang pucat seakan tanpa dialiri darah dan darah yang mengering dibibirnya. Sementara itu disekeliling Bintang tampak pemuda-pemuda desa dan para prajurit Setyo Kencana yang terlihat langsung membuat perimeter penjagaan atas perintah Senopati Yudho.Perlahan tapi pasti, wajah Bayan Sangkuri mulai kembali memerah, tidak terlihat lagi ringisan diwajah Bayan Sangkuri. Bintangpun segera mengakhiri pengobatannya setelah merasakan keadaan Bayan Sangkuri mulai pulih.“Terima kasih Gusti Prabu” ucap Bayan Sangkuri setelah berbalik kearah Bintang.“Katakan padaku, apa yang telah terjadi Bayan Sangkuri?” tanya Bintang dengan cepat tak sabar.“Kami dihadang oleh Datuk Tuak, Gusti Prabu” ucap Bayan Sangkuri lagi hingga
“Akan kusuruh seluruh anak buahku untuk memperkosamu beramai-ramai” sambung Juragan Suta lagi. Di balik wajah lebam dan lukanya, wajah Sekarwangi tampak berubah mendengar ancaman Juragan Suta.“Bunuh saja aku! bunuh!” ucap Sekarwangi.“Membunuhmu! huh! kematian terlalu mudah untukmu Dewi Topeng Perak... tapi aku ingin membuat menderita dan kau akan berharap untuk mati kepadaku”BLLEEGGARRRR!Tiba-tiba saja suara ledakan keras terdengar dari arah luar, hal ini tentu saja mengejutkan bagi semua orang yang ada didalam ruangan itu.“Bawa perempuan ini kembali kedalam penjara!” perintah Juragan Suta kepada anak buahnya yang segera menyeret Dewi Topeng Perak pergi dari tempat itu, Juragan Suta sendiri bersama para jago-jago bayarannya segera beranjak keluar untuk melihat apa yang terjadi.Sesampai diluar, betapa terkejut mereka melihat seorang pendekar yang mengenakan pakaian khas pendekar jawa dwipa
Plak...plakkk...plakkkk!Kali ini Bintangpun berhasil memapaki serangan hebat yang dilancarkan oleh Sipaku Beracun, bahkan ;Deesss..deessss!!Tak ada yang dapat melihat bagaimana Sipaku Beracun terkena tendangan cepat yang dilancarkan oleh lawannya hingga membuat sosok Sipaku Beracun langsung terlempar kebelakang hingga akhirnya tersungkur dan berguling-guling ditanah beberapa tombak jauhnya."Huaghh!!"Sipaku Beracun memuntahkan darah kental hitam kemerahan dari dalam mulutnya, tapi kemudian terlihat sosok Sipaku Beracun kembali berdiri dengan penuh amarah. Sementara itu sosok Bintang yang berada beberapa tombak dihadapannya tampak tersenyum sinis. Sipaku Beracun kemudian terlihat melangkah kearah Bintang.Dari tangan kanan Sipaku Beracun terlihat sebuah paku berukuran cukup besar muncul, ukurannya mungkin ada 50x dari paku pada umumnya, warnanyapun hitam kelam menandakan racun yang terdapat dipaku besar itu sangat beracun.Semua ta
Angin semilir berhembus kencang, menerbangkan apa saja yang bisa diterbangkan, mengibarkan apa saja yang bisa dikibarkan dan saat ini pakaian yang dikenakan oleh dua sosok digdaya yang saling berhadapan terlihat berkibar-kibar dengan keras tertiup angin.“Kita bertemu lagi Ksatria Dari Setyo Kencana” ucap Laki-laki tua bertubuh kurus dan perut buncit yang tak lain adalah Datuk Tuak. “Kali ini aku takkan main-main lagi” sambung Datuk Tuak dengan wajah serius, sikap uring-uringan dan acuh tak acuh yang biasanya diperlihatkan oleh Datuk Tuak kini tak terlihat lagi, sepertinya Datuk Tuak benar-benar tak main-main lagi untuk menghadapi lawannya yang tak lain adalah Bintang. Pendekar kita yang sampai saat ini masih menjadi pendekar tanpa tanding didunia persilatan, sayang Datuk Tuak tidak menyadari dan mengetahui dengan siapa dirinya saat ini berhadapan, jika tahu, mungkin Datuk Tuak akan berfikir 2x untuk berhadapan dengan sosok Ksatria Pengembara.Gluk..Gluk..Gluk!Terlihat Datuk Tuak beb
Terlihat sosok Datuk Tuak sudah bermandi keringat. Nafas memburu masih terdengar jelas. “Hhmm.. kenapa tenagaku terasa terkuras lebih cepat.. ini benar-benar aneh” batin Datuk Tuak menyadari kalau tenaganya telah terkuras banyak. “Atau jangan-jangan ini karena jurus menghindarnya” sambung batin Datuk Tuak lagi seraya menatap tajam kearah Bintang. “Tak ada gunanya lagi setengah-setengah”Semestinya menghunus senjata menjadi urutan selanjutnya dalam duel, namun saling takar kekuatan yang mereka lakukan akhirnya keduanya memilih untuk langsung melakukan adu ajian kanuragan.Serangkum ajian kanuragan sempurna dikerahkan oleh Datuk Tuak.. Kini larik nafas, kuda-kuda dan rapal mantra Ajian ‘Komara Geni’ telah dimulai.Aji ‘Komara Geni’ merupakan aji pamungkas. Komara Geni bisa juga digunakan untuk membakar bangsa jin. kegunaan Aji ‘Komara Geni’ selain untuk pukulan kontak membakar jin, juga mampu membakar manusia. Hawa panas menjalar cepat. Pusaran angin tercipta dari sekeliling tubuh Datuk
Datuk Tuak sendiri heran kenapa lawannya tidak menggunakan ajian pamungkasnya, tapi justru melawan ajian dahsyatnya dengan tangan kosong tanpa kekuatan ajian, walaupun sebenarnya Datuk Tuak tidak mengetahui kalau saat ini Bintang tengah mengerahkan salah satu pukulan pamungkasnya, yaitu ‘Tapak Guntur’, sebuah pukulan yang mengeluarkan gelombang tenaga dalam inti petir yang tidak mempunyai wujud ataupun warna, namun gelombang tenaga dalam yang dikeluarkan sangat tinggi hingga mampu menghancurkan benda.Sebuah teriakan dahsyat yang tak ubahnya sebuah raungan mengawali benturan, itu suara Datuk Tuak!DAAAASSSSSTTTT….!Blegaaar..!Benturan maha dahsyat tercipta diiringi gemuruh yang menerbangkan benda apapun dalam radius depa. Sungguh maha dahsyat dampak yang terjadi disekitar tempat itu, kekuatan gempuran keduanya membuat tempat itu menjadi luluh lantah.Bahkan seluruh centeng-centeng yang tersisa yang masih berada ditempat itu dibuat terlempar bagaikan sehelai daun yang dihempaskan bada
“Duer!!” Guntur menggelegar secara tiba-tiba dilangit, hingga mengejutkan semua orang, tidak ada hujan tidak ada awan gelap, tapi tiba-tiba saja guntur menyalak dengan keras, semua orang terlihat menatap kearah langit, termasuk Datuk Tuak sendiri, semua heran, karena hari masih terlihat terang.Plasshhhhh!Kembali semua orang dikejutkan, karena tiba-tiba keris ditangan Bintang mengeluarkan sinar lidah petir merambat keatas hingga mencapai ujung keris, kini ditangan Bintang, keris kyai guntur memancarkan aura petir yang sinarnya menerangi tempat itu. Semua memandang takjub kearah keris yang mengeluarkan sinar lidah petir yang ada ditangan Bintang.Datuk Tuak tiba-tiba saja menekan satu lubang hidungnya seraya menghembus.Wungngng..!Angin kencang menyerupai badai yang sangat dahsyat keluar dari hembusan nafas satu hidung Datuk Tuak, melesat dengan sangat cepat kearah Bintang. Hempasan badai dahsyat itu terlihat langsung menghancurkan apa saja yang dilewatinya, sungguh sangat dahsyat se