PULAU ULAR, demikian orang menyebutnya, karena mungkin pulau ini hanya dihuni oleh sekelompok ular-ular yang jumlahnya tidak terhitung. Menurut salah satu cerita legenda yang berkembang dimasyarakat, ular-ular yang ada di Pulau Ular dulunya adalah manusia, tapi kemudian terkutuk menjadi hewan melata (ular). Ada versi cerita lainnya yang menyebutkan jika ular-ular tersebut adalah jelmaan, maka dari itu dipercaya jika seseorang membawa pulang ular tersebut bisa menjadi petaka untuknya. Entah fiktif atau fakta, sebaiknya kita selalu menghormati dan tetap berperilaku baik dimanapun kita berada.
Sosok Bintang tampak berdiri terpaku diatas perahu yang dinaikinya, tatapan Bintang tertuju lurus pada Pulau Ular yang ada dihadapannya. Setelah berada beberapa hari di istana Setyo Kencana, Bintang pergi ke Pulau Ular untuk segera memboyong Wika Putri, si Bidadari Pulau Ular ke Setyo Kencana. Begitu perahunya menyentuh pantai, Bintangp
Bintang yang bingung, hanya bergerak mengikuti langkah nenek ular yang menuju kedalam goa. Sementara itu belang dan hitam si anaconda raksasa terlihat mengiringi langkah Bintang dengan sesekali mendesis-desis tajam.Nenek ular terus mengajak Bintang memasuki goa ular lebih dalam. Hingga akhirnya langkah nenek ular berhenti. Bintang yang mengiringi dibelakangnya ikut berhenti. Bintang terlihat mengikuti pandangan nenek ular yang tampak menatap tajam kearah depan. Dan seketika itu juga kedua mata Bintang membesar.Di ujung pandangannya, tepatnya diatas sebuah gundukan besar yang Bintang ketahui sebagai kuburan ana, siular anaconda yang menjadi ibu angkat Wika Putri, terlihat sesosok tubuh yang tengah duduk termenung, menatap kosong kearah depan. Tapi bukan pemandangan itu yang mengejutkan Bintang, melainkan sosok yang tengah duduk termenung tersebut bukanlah berwujud manusia sempurna, melainkan berwujud setengah manusia setengah ular, dimana dari kepala sampai ke pinggan
Sssstttt !!Tiba-tiba saja wujud ular Wika mendesis seperti suara ular, dan ;Wuussshhh !!!Sosok wujud ular Wika melata dengan cepat kearah Bintang. Anehnya Bintang masih berdiri dengan tenang ditempatnya.“Menyingkir Bintang!” teriak nenek ular memperingatkan, tapi ;BUGGHHH !!!Tubuh Bintang yang tetap berdiri ditempatnya terhantam dengan keras oleh serudukan tubuh ular Wika, hingga tubuh Bintang terpental dengan keras kebelakang.Dagghhh !!!Tubuh Bintang menghantam dinding-dinding goa yang ada dibelakang Bintang."Huaghh!!" Darah kental hitam kemerahan tersembur keluar dari dalam mulut Bintang.BUGGHHH !!!Belum lagi Bintang bangkit dari jatuhnya, kembali satu hantaman keras menghantam tubuhnya, rupanya wujud ular Wika menyerang Bintang dengan ekor panjangnya. Lagi-lagi sosok Bintang terpental dengan keras.Buuurrkkhhh !!!Sebongkah batu besar hancur dihantam tubuh Bintang yan
Terlihat Bintang yang tengah memegang erat ekornya sehingga gerakan wujud ular Wika yang tadi ingin mencaplok kepala nenek ular terhenti.Sssstttt !!Wujud ular Wika mendesis sangar dan langsung berbalik melesat kearah Bintang yang memegangi ekornya, nenek ular yang baru saja selamat dari terkaman wujud ular Wika dapat menarik nafas lega. Hampir saja nyawanya melayang.Huaaagghh!!!Terdengar teriakan keras dan tertahan diujung sana, menyadarkan nenek ular dari keadaannya. Begitu nenek ular melihat kedepan, wajahnya seketika berubah pucat. Seputih kain kafan. Di sana terlihat sosok Bintang yang terangkat keudara dengan lilitan ekor ular ditubuhnya. Bintang berteriak tertahan karena kuatnya lilitan ekor wujud ular Wika pada tubuhnya, wujud ular Wika seakan ingin meremukkan tubuh Bintang dengan kekuatan lilitannya.Huaaagghh!!!Kembali Bintang meringis tertahan saat wujud ular Wika mengencangkan lilitannya pada tubuh Bintang. Dan kini wujud ula
PULAU ULAR. Di sepanjang mata memandang, di pulau itu memang begitu banyak ular yang menjadi penghuninya, bahkan dipantaipun terlihat ratusan ekor ular laut tampak tengah berjemur sinar matahari, mungkin mau menggelapkan kulit atau apa. Semakin masuk kedalam pulau, semakin banyak ular-ular yang bergelantungan diberbagai tempat, melata diberbagai tempat dan banyak lagi. Bila ada orang yang memasuki pulau itu tanpa mengenal seluk beluk pulau tersebut, dapat dipastikan orang itu pasti akan menjadi korban keganasan ular-ular yang ada di pulau ular tersebut. Berbeda lagi bagi orang yang sudah terbiasa ketempat itu, ataupun sudah mengenal seluk beluk pulau itu, akan dapat dengan mudah memasuki pulau itu hingga sampai yang terjauh dari pulau ular tersebut.Keadaan didalam pulau tersebut tidaklah begitu seseram yang dibayangkan oleh orang-orang, ada banyak keindahan didalamnya. Di sebelah tenggara pulau itu, terdapat sebuah air terjun bertingkat 9 yang sangat indah dipandang mata, an
“Pendek, kang ?”“Iya sayang.. Wika cocok dengan rambut pendek seperti ini... Cantik sekali” ucap Bintang tersenyum.“Benar Wika cantik dengan rambut seperti ini, kang ?” tanya Wika seakan tak percaya.“Pasti cantik sayang. Istri kakak-kan emang cantik” ucap Bintang tersenyum dengan wajah lucu. Kali ini Wika ikut tersenyum. Wika merapatkan dirinya kepada Bintang dan memeluk tubuh Bintang yang ada dihadapannya.“Wika bahagia sekali hari ini kang, terima kasih kakang sudah datang kembali kedalam hidup Wika”. ucap Wika dipelukan Bintang.“Tak perlu berterima kasih sayang, kakanglah yang seharusnya minta maaf karena telah membuat Wika seperti ini. Maafkan kakang karena terlalu lama pergi” ucap Bintang seraya membelai lembut rambut Wika yang kini pendek. Wika merenggangkan pelukannya, mengangkat wajahnya menatap kearah Bintang.“Jangan pernah tinggalkan Wika lagi selama
Bersama Wika, Bidadari Pulau Ular, Bintang kembali ke Setyo Kencana. Kedatangan Bintang segera disambut oleh Mahapatih Suryo Barata dan para pejabat dan petinggi istana Setyo Kencana yang lain, tapi kedatangan Bintang bersama Wika, Bidadari Pulau Ular ini yang sangat mengejutkan, terutama bagi Patih Ranggalawu Dan Patih Sahdewa, karena keduanya memang pernah berurusan dengan Bidadari Pulau Ular, bahkan hampir mati, tapi untunglah Bintang dengan cepat menjelaskan semuanya. Sehingga permasalahan diantara ketiganya bisa diselesaikan tanpa harus tegang-tegangan urat leher. Hari itu juga Bintang memperkenalkan Wika dengan istri-istrinya yang lain yang berada di istana Setyo Kencana. “Wika.. Ini Melati istri kakang. Melati adalah seorang penari jaipong di Setyo Kencana” ucap Bintang memperkenalkan keduanya. Melati dan Wika terlihat sama-sama tersenyum dan mengangguk. Untuk sesaat keduanya saling pandang d
PADEPOKAN CAKRA BUANA, tampak sebuah papan nama disebuah bangunan yang berdiri kokoh dipinggiran sebuah hutan. Terlihat aktifitas murid-murid Padepokan Cakra Buana yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Sebagian ada yang berlatih jurus tangan kosong, sebagian yang lain berlatih senjata, sebagian yang lain juga terlihat tengah Melatih ilmu meringankan tubuh dan sebagian yang lain juga terlhat sibuk dengan urusannya masing-masing. Di dunia persilatan nama Padepokan Cakra Buana memang sudah amat terkenal, muridnya dari berbagai daerah datang ke Padepokan Cakra Buana untuk berguru pada Begawan Cakra Buana. Kemasyuran dan kesaktian Begawan Cakra Buana ternyata sudah membuat nama perguruan ini begitu amat disegani didunia persilatan.Di antara desau angin yang berhembus lembut ditempat itu, tiba-tiba saja samar-samar satu sosok tubuh muncul dari balik angin yang berhembus, sosok ini muncul dari bawah keatas, dari ujung kaki terus m
Keriuhan di Padepokan Cakra Buana pagi itu terasa seperti pasar pagi, kedatangan Bintang langsung disambut oleh ratusan murid Padepokan Cakra Buana yang terlihat berebutan untuk melihat sosok Bintang. Sebagian sudah pernah melihat, tapi sebagian lagi belum.Di antara semua murid Padepokan Cakra Buana, tampak tiga orang lelaki yang paling senior dan dituakan di Padepokan Cakra Buana, mereka juga ikut menyambut kedatangan Bintang.“Selamat datang di Padepokan Cakra Buana gusti prabu.” ucap ketiganya menjura hormat kepada Bintang dengan mengatupkan kedua tangan didepan dada. Bintang segera membalasnya dan berkata ;“Kakang Samani, kakang Rajata dan kakang Samingi-kan ?!” tebak Bintang yang masih mengingat ketiga senior di Padepokan Cakra Buana tersebut. Ketiganya terlihat saling pandang dan tersenyum.“Syukurlah gusti prabu masih mengingat kami”“Mari gusti
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig