“Pendek, kang ?”
“Iya sayang.. Wika cocok dengan rambut pendek seperti ini... Cantik sekali” ucap Bintang tersenyum.
“Benar Wika cantik dengan rambut seperti ini, kang ?” tanya Wika seakan tak percaya.
“Pasti cantik sayang. Istri kakak-kan emang cantik” ucap Bintang tersenyum dengan wajah lucu. Kali ini Wika ikut tersenyum. Wika merapatkan dirinya kepada Bintang dan memeluk tubuh Bintang yang ada dihadapannya.
“Wika bahagia sekali hari ini kang, terima kasih kakang sudah datang kembali kedalam hidup Wika”. ucap Wika dipelukan Bintang.
“Tak perlu berterima kasih sayang, kakanglah yang seharusnya minta maaf karena telah membuat Wika seperti ini. Maafkan kakang karena terlalu lama pergi” ucap Bintang seraya membelai lembut rambut Wika yang kini pendek. Wika merenggangkan pelukannya, mengangkat wajahnya menatap kearah Bintang.
“Jangan pernah tinggalkan Wika lagi selama
Bersama Wika, Bidadari Pulau Ular, Bintang kembali ke Setyo Kencana. Kedatangan Bintang segera disambut oleh Mahapatih Suryo Barata dan para pejabat dan petinggi istana Setyo Kencana yang lain, tapi kedatangan Bintang bersama Wika, Bidadari Pulau Ular ini yang sangat mengejutkan, terutama bagi Patih Ranggalawu Dan Patih Sahdewa, karena keduanya memang pernah berurusan dengan Bidadari Pulau Ular, bahkan hampir mati, tapi untunglah Bintang dengan cepat menjelaskan semuanya. Sehingga permasalahan diantara ketiganya bisa diselesaikan tanpa harus tegang-tegangan urat leher. Hari itu juga Bintang memperkenalkan Wika dengan istri-istrinya yang lain yang berada di istana Setyo Kencana. “Wika.. Ini Melati istri kakang. Melati adalah seorang penari jaipong di Setyo Kencana” ucap Bintang memperkenalkan keduanya. Melati dan Wika terlihat sama-sama tersenyum dan mengangguk. Untuk sesaat keduanya saling pandang d
PADEPOKAN CAKRA BUANA, tampak sebuah papan nama disebuah bangunan yang berdiri kokoh dipinggiran sebuah hutan. Terlihat aktifitas murid-murid Padepokan Cakra Buana yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Sebagian ada yang berlatih jurus tangan kosong, sebagian yang lain berlatih senjata, sebagian yang lain juga terlihat tengah Melatih ilmu meringankan tubuh dan sebagian yang lain juga terlhat sibuk dengan urusannya masing-masing. Di dunia persilatan nama Padepokan Cakra Buana memang sudah amat terkenal, muridnya dari berbagai daerah datang ke Padepokan Cakra Buana untuk berguru pada Begawan Cakra Buana. Kemasyuran dan kesaktian Begawan Cakra Buana ternyata sudah membuat nama perguruan ini begitu amat disegani didunia persilatan.Di antara desau angin yang berhembus lembut ditempat itu, tiba-tiba saja samar-samar satu sosok tubuh muncul dari balik angin yang berhembus, sosok ini muncul dari bawah keatas, dari ujung kaki terus m
Keriuhan di Padepokan Cakra Buana pagi itu terasa seperti pasar pagi, kedatangan Bintang langsung disambut oleh ratusan murid Padepokan Cakra Buana yang terlihat berebutan untuk melihat sosok Bintang. Sebagian sudah pernah melihat, tapi sebagian lagi belum.Di antara semua murid Padepokan Cakra Buana, tampak tiga orang lelaki yang paling senior dan dituakan di Padepokan Cakra Buana, mereka juga ikut menyambut kedatangan Bintang.“Selamat datang di Padepokan Cakra Buana gusti prabu.” ucap ketiganya menjura hormat kepada Bintang dengan mengatupkan kedua tangan didepan dada. Bintang segera membalasnya dan berkata ;“Kakang Samani, kakang Rajata dan kakang Samingi-kan ?!” tebak Bintang yang masih mengingat ketiga senior di Padepokan Cakra Buana tersebut. Ketiganya terlihat saling pandang dan tersenyum.“Syukurlah gusti prabu masih mengingat kami”“Mari gusti
“Apapun yang tersentuh pedang merah, semua akan menjadi gosong bahkan bisa menjadi abu karena panas yang terkandung dipedang merah tersebut, yang kukhawatirkan, bila orang-orang persilatan mengetahui tentang kematian Begawan Mega Merah. Aku khawatir, Pusaka Pedang Merah akan menjadi incaran orang-orang yang tidak bertanggung jawab" jelas Begawan Cakra Buana.“Yang paling kukhawatirkan adalah murid kesayangan Begawan Mega Merah yang bernama Aria Amante yang kini harus menjaga Pusaka Pedang Merah itu. Aku takut dia takkan sanggup menghadapi tokoh-tokoh persilatan yang berusaha untuk mendapatkan Pusaka Pedang Merah itu”“Apakah Begawan Mega Merah hanya memiliki seorang murid begawan ?” tanya Bintang.“Tidak... Dulunya Begawan Mega Merah memiliki banyak murid, tapi semua tewas saat Kuil Mega Merah diserang oleh pasukan gerombolan Tapak Beracun. Semua murid habis binasa kecuali Aria Aman
“Sekarang pun larangan itu tetap berlaku, Jagal Bawoh! Sebelum Guru wafat, beliau pernah berpesan agar akulah orang yang harus menjadi penjaga kuil ini, dan melarangmu menginjakkan kaki di kuil ini! Jadi kusarankan padamu, Jagal Bawoh, sebaiknya cepatlah angkat kakimu dari tanah Kuil Mega Merah ini, supaya arwah Guru tidak murka kepadamu!"Mata lebar berwajah angker dengan badan yang besar itu cepat menggeramkan suaranya pertanda menahan kemarahan. Rambut ikalnya yang dibungkus kain merah sebagian itu dibiarkan terhempas angin pegunungan yang semilir. Perutnya yang buncit dengan baju tidak dikancingkan sengaja dipamerkan sebagai umpan pukulan nantinya.Jagal Bawoh punya keyakinan, bahwa hari itu ia harus bertarung dengan Aria Amante. Agaknya Aria tak bisa diajak damai untuk urusan ini. Jagal Bawoh merasa diremehkan oleh larangan Aria itu.Maka, segera ia lontarkan kata yang lebih bernada bermusuhan lagi kepada Aria, “Aku tak bermaksud bermus
Aria Amante cepat menjauhkan diri dengan satu lompatan ringan ke arah samping. Senyumnya semakin mekar melecehkan jatuhnya Jagal Bawoh. Yang merasa dilecehkan cepat berdiri dan menggeram dengan nafsu ingin membunuh.“Kuakui kau sekarang sudah banyak berubah, Aria ! Kau lebih tangkas dan lebih cepat bergerak daripada tiga tahun yang lalu. Tetapi jangan dulu kau merasa bangga dengan kemajuanmu itu! Aku akan merampungkan janjiku yang tadi kuucapkan padamu! Hiaaa!"Jagal Bawoh sentakkan kakinya dari jarak lima langkah. Sentakan itu mempunyai gelombang tenaga dalam yang melesat cepat menghantam perut Aria Amante.Wusss! Begggh!“Ahhg!" Aria Amante tak sempat menangkis karena begitu cepatnya gelombang tenaga dalam dari tendangan kaki Jagal Bawoh, sehingga akibatnya ia terpental ke belakang dan jatuh di semak-semak.Grusakkk!"Hup!" Aria Amante sentakkan kedua tangannya ke tanah dan tubuhnya melentik bagai kaki jangkrik. Lalu,
Seorang perempuan sebaya dengan Aria Amante, segera membantu Aria Amante untuk berdiri. Gadis itu mengenakan baju hijau dengan celana coklat. Bajunya berbelahan dada cukup lebar, hingga sisi bukitnya tampak tersumbul mulus, menggumpal penuh tantangan. Gadis itu berbibir lebar dan tebal, tapi diberi warna merah segar merangsang. Rambutnya sepanjang punggung, lepas tergerai. Di selipan depan perut terlihat sebuah senjata bergagang hitam, yaitu rencong.Melihat ciri-ciri itu, Jagal Bawoh segera mengenali gadis itu. Ia segera serukan kata amukannya dengan suara besar, "Gincu Perawan! Rupanya kau sengaja cari perkara denganku, hah?!"Gincu Perawan, perempuan bertubuh sekal itu tidak melayani seruan Jagal Bawoh. Ia masih menolong Aria Amante yang terluka memar dan kulitnya robek di sana- sini akibat hempasan badai dari 'Tendangan Badai Puyuh' tadi. Bahkan di bagian hidung dan telinganya keluarkan darah segar walau tak begitu banyak, seperti darah yang dikeluarkan Ja
"Seorang istri adalah nyawa bagi hidupku, Aria !" kata Jagal Bawoh. Lalu, Aria Amante menyahut, “Apakah Dewi Asmara Darah sekarang menjadi istrimu?!""Memang belum. Tapi... ""Tapi dia punya permintaan lagi, bukan?!" sahut Gincu Perawan."Itu urusan dia dengan aku!""Memang. Aku hanya ingin meyakinkan bahwa dugaanku benar," kata Gincu Perawan. "Bahkan aku bisa menduga, apa yang diinginkan oleh Dewi Asmara Darah! Pasti dia minta supaya kau mencuri Pedang Merah yang disembunyikan oleh gurumu di dalam kuil itu, bukan?!""Setan kau!" geram Jagal Bawoh.Aria Amante sipitkan mata. Mulai mengerti duduk persoalan sebenarnya yang membuat Jagal Bawoh mendesak ingin masuk ke dalam Kuil Mega Merah. Aria Amante merasakan kebenaran dugaan Gincu Perawan itu, sehingga ia semakin keras berkehendak mengusir Jagal Bawoh.Sementara itu, Jagal Bawoh sendiri merasa sangat jengkel kepada mulut lancang Gincu Perawan yang membuat tujua