Serrrr...!
Tiba-tiba saja sosok Yuan sudah berkelebat kedepan.
Wuusshhh! Wuusshhh!
Yuan mendorong telapak tangannya kearah prajurit persekutuan. Jurus pijar api tiada bertepi dari ilmu bunga mentari dikerahkan. Hasilnya gelombang api menggulung dahsyat menyambar kearah ratusan orang prajurit persekutuan yang ada dihadapannya. Anehnya, air hujan yang mengguyur deras tak membuat padam api yang datang secara bergelombang itu kearah para prajurit persekutuan.
Akh... Akh...! Akh...!! Akh...!!!
Dalam satu gulungan api dahsyat, ratusan orang prajurit persekutuan menjadi korban, terpanggang hidup-hidup ditengah guyuran hujan yang sangat lebat.
Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar!
Ledakan demi ledakan terjadi diberbagai tempat.
Akhh! Akhh! Akhh! Akhh! Akhh! Akhh!
Dimana-mana, prajurit persekutuan memekik merenggang nyawa akibat amukan para istri-istri Bintang yang kini sudah berubah menjadi sosok yang menak
Wajah Dewi Awatara semakin pucat saat melihat sebuah senjata yang masih menancap diperut Bintang.“Cakra Sudarsana..” ucap Dewi Awatara yang rupanya mengenali senjata para dewa itu.Dewi Awatara mendekati sosok Putri Ahisma Raya dan dengan tangan gemetar Dewi Awatara terlihat memeriksa tanda-tanda kehidupan ditubuh Bintang dan hal ini semakin membuat wajah Dewi Awatara berubah semakin pucat laksana kain kafan.Dewi Awatara memejamkan matanya seraya masih memegang tangan Bintang. Dewi Awatara memang memiliki kemampuan untuk melihat yang telah terjadi, walaupun tidak lama. Dan dalam pejaman kedua matanya wajah Dewi Awatara berubah. Dewi Awatara dapat melihat bagaimana Bintang yang telah menyelamatkannya dari kematian, lalu kemudian Bintang yang kehilangan tenaga harus menerima serangan yang tiba-tiba dilancarkan, semua gambaran itu terlihat jelas oleh Dewi Awatara
“Apa yang dilakukannya Venus?” tanya Putri Ahisma Raya pelan kepada Venus.“Dia.. memberikan Sarira Keabadiannya kepada ketua” ucap Venus memandang tak berkedip kearah Dewi Awatara dan jasad Bintang. Putri Ahisma Raya yang mendengar hal itu tentu saja terkejut.“Sarira Keabadian..” ulang Putri Ahisma Raya lagi dengan wajah berubah. Tanpa banyak bertanya lagi, Putri Ahisma Raya sudah dapat menebak apa itu Sarira Keabadian.Sementara Venus sendiri heran melihat kearah Dewi Awatara, karena hanya dewi-dewi tingkat atas yang memiliki Sarira Keabadian, sementara Venus dan para dewa pelindung lainnya, hanya memiliki Sarira Keabadian untuk dirinya sendiri, tapi seorang dewa atau dewi tingkat atas, memiliki Sarira Keabadian yang bisa diberikan pada orang lain sebagai ganti nyawa yang telah hilang.“Apakah ini berarti kanda bisa diselamatkan Venus?&rdqu
“DENGAN PANAH BRAHMASTRA INI, MATILAH KALIAN SEMUA!” ucap Sultan Malik Shah seraya mengarahkan busur panah Gandiwanya kearah langit.Seettt!Panah Brahmastra lepas dari busur Gandiwa dan melesat cepat keatas menjadi cahaya merah yang terbang tinggi keudara. Semua yang ada disitu harus menahan nafas dengan wajah pucat, karena mereka semua tau apa itu Panah Brahmastra yang memiliki kekuatan setara bom nuklir, ledakannya akan mencapai ratusan kilometer hingga takkan ada yang selamat bila Panah Brahmastra sudah dilepaskan kearah sasarannya.Semua tampak menatap kearah Panah Brahmastra yang telah menjadi sinar merah melesat tinggi keudara, bahkan Putri Ahisma Raya sendiri tampak syok melihat Sultan Malik Shah melepaskan Panah Brahmastranya.“Putri” sebuah suara lembut terdengar menyapa Putri Ahisma Raya yang segera memalingkan pandangannyakearah asal suara yang rupa
Seerrr....!Sosok Putri Ahisma Raya muncul beberapa tombak dihadapan Sultan Malik Shah.“Menyerahlah Sultan Malik Shah. Hentikan perang sia-sia yang telah memakan banyak korban nyawa ini!” ucap Putri Ahisma Raya lagi dengan keras.Serrr! Serrr! Serrr! Serrr! Serrr! Serrr! Serrr!Satu demi satu para wanita cantik yang sebagian merupakan istri-istri Bintang ikut berkelebat dan kini berdiri berjejer disebelah Putri Ahisma Raya. Semuanya tampak menatap geram kearah Sultan Malik Shah, kalau saja tidak menghormati Putri Ahisma Raya, tentu mereka sudah menyerang Sultan Malik Shah secara bersama-sama. Sultan Malik Shah sendiri terlihat terdiam menatap kearah Putri Ahisma Raya.“Aku belum kalah Putri Ahisma Raya!” ucap Sultan Malik Shah dengan penuh kemarahan. Sultan Malik Shah kembali mengangkat tangan kirinya keatas.“Waspada semuanya!” Putri Ahisma Raya berteriak memperingatkan semua yang ada didekatnya melihat
Jodhaa Bai sendiri dengan sikap dinginnya, menarik kembali golok ditangannya dari dalam tubuh Sultan Malik Shah dan kemudian mendorong tubuh kaku Sultan Malik Shah hingga jatuh tersungkur kedepan.“Kakak Jodhaa Bai, apa yang kau lakukan pada ayahanda. Apa ?!” teriak Putri Jodhaa Rai histeris. Jodhaa Bai terlihat hanya tertawa dingin menatap jantung yang tertancap diujung goloknya. Putri Jodhaa Rai terlihat langsung berlari memeluk tubuh kaku Sultan Malik Shah dan tanpa memperdulikan darah yang membasahi pakaiannya, dipeluknya tubuh kaku dan mulai dingin Sultan Malik Shah.Putri Jodhaa Rai terlihat menangis histeris tanpa memperdulikan orang-orang yang sudah mulai mendekatinya, termasuk rombongan Putri Ahisma Raya dan istri-istri Bintang yang lain. Semua hampir-hampir tak percaya melihat apa yang terjadi. Jodhaa Bai membunuh ayah kandungnya sendiri dengan sangat sadisnya.“Kenapa kau membunuh ayahanda kak? Kenapa ?!” teriak Putri Jodhaa Ra
“Hari ini untuk pertama kalinya kita semua bisa berkumpul ditempat ini setelah masa berkabung selesai” ucap Maharaja Harihara Raya membuka pembicaraan. “Walaupun dalam peperangan kali ini, tidak ada pihak yang menang, tapi Wijayanagara sangat berterima kasih atas semua bantuan yang telah datang membantu” ucap Maharaja Harihara Raya lagi. “Khususnya untuk perompak lima samudra yang sudah sangat membantu armada laut kita dalam perang ini” sambung Maharaja Harihara Raya lagi seraya menatap kearah rombongan perompak lima samudra yang berada diantara Putri Ahisma Raya.Sosok anggun Venus tampak bangkit berdiri dan menjura hormat.“Tidak perlu berterima kasih tuan maharaja. Itu sudah kewajiban kami sebagai abdi ketua Bintang dan tuan putri.” ucap Venus dengan lembutnya.Glek...!Banyak diantara lelaki yang ada diruangan itu dipaksa harus meneguk ludahnya sendiri melihat sosok anggun dan
“Akan hamba sampaikan hal ini bila hamba telah kembali ke dataran tengah, tuan maharaja” ucap putri Yuan lagi lembut.“Mari semuanya, silahkan menikmati hidangan yang telah tersedia” ucap Maharaja Harihara Raya mempersilahkan semua orang yang ada diruangan itu untuk menikmati hidangan yang telah tersedia.Diantara sela-sela perjamuan...“Oh ya putriku, bagaimana keadaan Bintang sekarang?” tanya Maharaja Harihara Raya lagi.“Saat ini kanda Bintang masih belum sadar ayahanda, tapi keadaan kanda sudah stabil. Semua organ dalam yang ada ditubuh kanda sudah berjalan normal kembali” jelas Putri Ahisma Raya hingga membuat Maharaja Harihara Raya terlihat menarik nafas lega mendengar hal itu.-o0o-Dari perjamuan makan yang diadakan di istana Wijayanagara kita melompat ke kapal perompak lima samudra yang paling besar, kapal Venus. Dimana di kapal inilah sosok Bintang berada.Saa
Bibir indahnya tersenyum, lalu wajahnya mendekati wajah Bintang. Bibir indahnya terlihat mengecup kening Bintang dengan lembut, dari kening lalu ciumannya juga mengecup lembut kedua mata Bintang, hidung dan akhirnya mendarat dibibir Bintang yang dilumatnya dengan lembut pula.Jen Ting kemudian bangkit berdiri dan beranjak pergi untuk meninggalkan tempat itu.“Jen Ting..” sebuah suara lembut terdengar menyapa, membuat Jen Ting menghentikan langkah. Terlihat Jen Ting dengan cepat berpaling kearah Bintang, wajah jelita Jen Ting berkerut saat melihat sosok Bintang masih seperti semula, bahkan kedua mata Bintangpun masih terpejam, padahal jelas-jelas tadi suara yang Jen Ting dengar adalah suaranya Bintang.“Ahhh.. mungkin cuma halusinasiku saja” batin Jen Ting lagi seraya kembali berbalik dan ingin kembali melangkah pergi.“Jen Ting.” kembali suara lembut itu terdengar menyapa, kali ini Jen Ting tidak langsung berpaling kare