Bintang sendiri yang baru saja muncul ditempat itu sangat terkejut melihat apa yang terjadi, bagaimana Kim si hyang seorang diri dengan Kecapi Dewa menghadapi ribuan orang prajurit yang berusaha melewati dan menahan serangannya.
“Kanda!” terdengar suara Putri Ahisma Raya yang sedikit keras hingga menyadarkan Bintang yang segera berpaling kearah Putri Ahisma Raya. Wajah Bintang berubah saat melihat siapa yang ada dipangkuan Ahisma. Bintangpun segera mendekat.
“Apa yang terjadi dinda?!” tanya Bintang cepat seraya memeriksa keadaan Dewi Awatara yang mulai dingin, dan wajah Bintang langsung berubah saat tidak merasakan tanda-tanda kehidupan lagi ditubuh Dewi Awatara.
Tanpa menunggu jawaban Putri Ahisma Raya, Bintang segera meminta Putri Ahisma Raya untuk mendudukkan sosok Dewi Awatara yang sudah mulai dingin. Bintang sendiri segera mengambil tempat dibelakang punggung Dewi Awatara.
Tappp ! B
Tubuh Bintang terkulai dipangkuan Putri Ahisma Raya. Semua yang ada ditempat itu terpaku, semua wajah-wajah terlihat pucat, seperti baru saja melihat sambaran petir tepat didepan wajah mereka. Bintang tewas dengan senjata dewa Cakra Sudarsana yang masih menancap diperutnya.Semua terlihat geleng-geleng kepala seakan tak percaya kalau hal ini terjadi. Beberapa orang terlihat mengucurkan air mata tanpa isak, sementara beberapa yang terlihat menjerit histeris mengiringi kepergian Bintang untuk selama-lamanya. Beberapa wanita tampak mendekati sosok Bintang yang masih berada dipangkuan Putri Ahisma Raya.“Kkk..anda” terdengar suara berat dan bergetar Putri Sheeva Akhtar.“Kkkaannn..” Gye malah tak sanggup mengucapkan kata-katanya.Sementara Yuan dan Gye tampak terduduk lemas didekat Bintang. Hingga akhirnya keduanya saling berpelukan dengan Putri Ahisma Raya dan menangis penuh isak.“Ini mimpikan dinda. Katakan kal
“JANGAN TAKUT! KSATRIA PENGEMBARA SUDAH TEWAS, KITA AKAN MENANG DALAM PERANG INI!” teriak Sultan Malik Shah dengan lantang. Teriakan Sultan Malik Shah menyadarkan pasukan persekutuan yang sudah kalah mental. Maka dengan semangat, prajurit persekutuan yang tadinya ingin melarikan diri, berbalik dan ikut menyerang kearah lawan mereka.“AYO PRAJURIT WIJAYANAGARA, KITA BUNUH MEREKA SEMUA!” teriak tuan Bukka Raya yang sejak tadi masih terpaku dengan apa yang terjadi, tapi melihat pertempuran ganas yang diperlihatkan oleh anggota perompak lima samudra yang mengamuk, tuan Bukka Raya tersadar dari keadaannya, maka segera perintah menyerang dikumandangkan.“BUNUH MEREKA SEMUA!” teriak prajurit Wijayanagara dengan beringas, mereka juga seakan tidak terima dengan kematian Ksatria Pengembara.Sementara itu didekat Bintang yang masih dikerumuni oleh istri-istrinya. Kim si hyang tampak bangkit be
Serrrr...!Tiba-tiba saja sosok Yuan sudah berkelebat kedepan.Wuusshhh! Wuusshhh!Yuan mendorong telapak tangannya kearah prajurit persekutuan. Jurus pijar api tiada bertepi dari ilmu bunga mentari dikerahkan. Hasilnya gelombang api menggulung dahsyat menyambar kearah ratusan orang prajurit persekutuan yang ada dihadapannya. Anehnya, air hujan yang mengguyur deras tak membuat padam api yang datang secara bergelombang itu kearah para prajurit persekutuan.Akh... Akh...! Akh...!! Akh...!!!Dalam satu gulungan api dahsyat, ratusan orang prajurit persekutuan menjadi korban, terpanggang hidup-hidup ditengah guyuran hujan yang sangat lebat.Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar!Ledakan demi ledakan terjadi diberbagai tempat.Akhh! Akhh! Akhh! Akhh! Akhh! Akhh!Dimana-mana, prajurit persekutuan memekik merenggang nyawa akibat amukan para istri-istri Bintang yang kini sudah berubah menjadi sosok yang menak
Wajah Dewi Awatara semakin pucat saat melihat sebuah senjata yang masih menancap diperut Bintang.“Cakra Sudarsana..” ucap Dewi Awatara yang rupanya mengenali senjata para dewa itu.Dewi Awatara mendekati sosok Putri Ahisma Raya dan dengan tangan gemetar Dewi Awatara terlihat memeriksa tanda-tanda kehidupan ditubuh Bintang dan hal ini semakin membuat wajah Dewi Awatara berubah semakin pucat laksana kain kafan.Dewi Awatara memejamkan matanya seraya masih memegang tangan Bintang. Dewi Awatara memang memiliki kemampuan untuk melihat yang telah terjadi, walaupun tidak lama. Dan dalam pejaman kedua matanya wajah Dewi Awatara berubah. Dewi Awatara dapat melihat bagaimana Bintang yang telah menyelamatkannya dari kematian, lalu kemudian Bintang yang kehilangan tenaga harus menerima serangan yang tiba-tiba dilancarkan, semua gambaran itu terlihat jelas oleh Dewi Awatara
“Apa yang dilakukannya Venus?” tanya Putri Ahisma Raya pelan kepada Venus.“Dia.. memberikan Sarira Keabadiannya kepada ketua” ucap Venus memandang tak berkedip kearah Dewi Awatara dan jasad Bintang. Putri Ahisma Raya yang mendengar hal itu tentu saja terkejut.“Sarira Keabadian..” ulang Putri Ahisma Raya lagi dengan wajah berubah. Tanpa banyak bertanya lagi, Putri Ahisma Raya sudah dapat menebak apa itu Sarira Keabadian.Sementara Venus sendiri heran melihat kearah Dewi Awatara, karena hanya dewi-dewi tingkat atas yang memiliki Sarira Keabadian, sementara Venus dan para dewa pelindung lainnya, hanya memiliki Sarira Keabadian untuk dirinya sendiri, tapi seorang dewa atau dewi tingkat atas, memiliki Sarira Keabadian yang bisa diberikan pada orang lain sebagai ganti nyawa yang telah hilang.“Apakah ini berarti kanda bisa diselamatkan Venus?&rdqu
“DENGAN PANAH BRAHMASTRA INI, MATILAH KALIAN SEMUA!” ucap Sultan Malik Shah seraya mengarahkan busur panah Gandiwanya kearah langit.Seettt!Panah Brahmastra lepas dari busur Gandiwa dan melesat cepat keatas menjadi cahaya merah yang terbang tinggi keudara. Semua yang ada disitu harus menahan nafas dengan wajah pucat, karena mereka semua tau apa itu Panah Brahmastra yang memiliki kekuatan setara bom nuklir, ledakannya akan mencapai ratusan kilometer hingga takkan ada yang selamat bila Panah Brahmastra sudah dilepaskan kearah sasarannya.Semua tampak menatap kearah Panah Brahmastra yang telah menjadi sinar merah melesat tinggi keudara, bahkan Putri Ahisma Raya sendiri tampak syok melihat Sultan Malik Shah melepaskan Panah Brahmastranya.“Putri” sebuah suara lembut terdengar menyapa Putri Ahisma Raya yang segera memalingkan pandangannyakearah asal suara yang rupa
Seerrr....!Sosok Putri Ahisma Raya muncul beberapa tombak dihadapan Sultan Malik Shah.“Menyerahlah Sultan Malik Shah. Hentikan perang sia-sia yang telah memakan banyak korban nyawa ini!” ucap Putri Ahisma Raya lagi dengan keras.Serrr! Serrr! Serrr! Serrr! Serrr! Serrr! Serrr!Satu demi satu para wanita cantik yang sebagian merupakan istri-istri Bintang ikut berkelebat dan kini berdiri berjejer disebelah Putri Ahisma Raya. Semuanya tampak menatap geram kearah Sultan Malik Shah, kalau saja tidak menghormati Putri Ahisma Raya, tentu mereka sudah menyerang Sultan Malik Shah secara bersama-sama. Sultan Malik Shah sendiri terlihat terdiam menatap kearah Putri Ahisma Raya.“Aku belum kalah Putri Ahisma Raya!” ucap Sultan Malik Shah dengan penuh kemarahan. Sultan Malik Shah kembali mengangkat tangan kirinya keatas.“Waspada semuanya!” Putri Ahisma Raya berteriak memperingatkan semua yang ada didekatnya melihat
Jodhaa Bai sendiri dengan sikap dinginnya, menarik kembali golok ditangannya dari dalam tubuh Sultan Malik Shah dan kemudian mendorong tubuh kaku Sultan Malik Shah hingga jatuh tersungkur kedepan.“Kakak Jodhaa Bai, apa yang kau lakukan pada ayahanda. Apa ?!” teriak Putri Jodhaa Rai histeris. Jodhaa Bai terlihat hanya tertawa dingin menatap jantung yang tertancap diujung goloknya. Putri Jodhaa Rai terlihat langsung berlari memeluk tubuh kaku Sultan Malik Shah dan tanpa memperdulikan darah yang membasahi pakaiannya, dipeluknya tubuh kaku dan mulai dingin Sultan Malik Shah.Putri Jodhaa Rai terlihat menangis histeris tanpa memperdulikan orang-orang yang sudah mulai mendekatinya, termasuk rombongan Putri Ahisma Raya dan istri-istri Bintang yang lain. Semua hampir-hampir tak percaya melihat apa yang terjadi. Jodhaa Bai membunuh ayah kandungnya sendiri dengan sangat sadisnya.“Kenapa kau membunuh ayahanda kak? Kenapa ?!” teriak Putri Jodhaa Ra
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig