Wwerrrrrr...!
Putri Ahisma Raya dengan cepat menggerakkan tangannya keatas, sebuah lubang hitam terbentuk. Dewi Awatara yang saat itu ada dibelakang Putri Ahisma Raya ikut terkejut melihat kemampuan Putri Ahisma Raya dalam membuat lubang hitam. Dengan lubang hitamnya, Putri Ahisma Raya bermaksud untuk menyerap anak panah Konta Wijaya itu.
Bleeppp !
Lubang hitam kembali lenyap saat anak panah Konta Wijaya sudah masuk kedalamnya, baik Putri Ahisma Raya maupun Dewi Awatara terlihat menarik nafas lega melihat hal itu, ini berarti bahaya telah lewat.
Arghhh !
Dewi Awatara memekik tertahan dan hampir saja terjerambab kedepan, kearah punggung Putri Ahisma Raya, Putri Ahisma Raya yang berada didepan tentu saja terkejut mendengar erangan tertahan dibelakangnya, dengan cepat Putri Ahisma Raya berbalik dan seketika itu pula wajah Putri Ahisma Raya berubah. Dihadapannya kini terlihat sosok Dewi Awatara yang
Ting... ting... ting!Sebuah suara kecapi terdengar membahana ditempat itu, sementara itu dari arah depan, terlihat ribuan prajurit persekutuan tengah menuju kearahnya, datang bagaikan badai gelombang yang siap menyapu siapapun yang ada dihadapannya.Ting... ting... ting! Ting... ting... ting!Alunan suara kecapi terdengar semakin cepat dan lantang. Sementara Kim si hyang sibuk dengan permainan kecapinya, para wanita-wanita cantik yang ada disekitarnya tampak hanya diam dan bersiap siaga untuk menyambut serangan para prajurit persekutuan.Serangan bagai air bah yang datang menerjang semakin dekat, dan ;Ting...! Ting...! Ting...! Ting...! Ting...!Wuuuttt ! Wuuuttt ! Wuuuttt ! Wuuuttt ! Wuuuttt !Dari senar kecapi yang dimainkan oleh Kim si hyang tiba-tiba saja melesat sinar-sinar biru keemasan, dan ;Dhuar ! Dhuar ! Dhuar ! Dhuar ! Dhuar ! Dhuar !Ledakan beruntun terjadi dari arah depan.Akhhh ! Akhhh ! Akhhh !
Bintang sendiri yang baru saja muncul ditempat itu sangat terkejut melihat apa yang terjadi, bagaimana Kim si hyang seorang diri dengan Kecapi Dewa menghadapi ribuan orang prajurit yang berusaha melewati dan menahan serangannya.“Kanda!” terdengar suara Putri Ahisma Raya yang sedikit keras hingga menyadarkan Bintang yang segera berpaling kearah Putri Ahisma Raya. Wajah Bintang berubah saat melihat siapa yang ada dipangkuan Ahisma. Bintangpun segera mendekat.“Apa yang terjadi dinda?!” tanya Bintang cepat seraya memeriksa keadaan Dewi Awatara yang mulai dingin, dan wajah Bintang langsung berubah saat tidak merasakan tanda-tanda kehidupan lagi ditubuh Dewi Awatara.Tanpa menunggu jawaban Putri Ahisma Raya, Bintang segera meminta Putri Ahisma Raya untuk mendudukkan sosok Dewi Awatara yang sudah mulai dingin. Bintang sendiri segera mengambil tempat dibelakang punggung Dewi Awatara.Tappp ! B
Tubuh Bintang terkulai dipangkuan Putri Ahisma Raya. Semua yang ada ditempat itu terpaku, semua wajah-wajah terlihat pucat, seperti baru saja melihat sambaran petir tepat didepan wajah mereka. Bintang tewas dengan senjata dewa Cakra Sudarsana yang masih menancap diperutnya.Semua terlihat geleng-geleng kepala seakan tak percaya kalau hal ini terjadi. Beberapa orang terlihat mengucurkan air mata tanpa isak, sementara beberapa yang terlihat menjerit histeris mengiringi kepergian Bintang untuk selama-lamanya. Beberapa wanita tampak mendekati sosok Bintang yang masih berada dipangkuan Putri Ahisma Raya.“Kkk..anda” terdengar suara berat dan bergetar Putri Sheeva Akhtar.“Kkkaannn..” Gye malah tak sanggup mengucapkan kata-katanya.Sementara Yuan dan Gye tampak terduduk lemas didekat Bintang. Hingga akhirnya keduanya saling berpelukan dengan Putri Ahisma Raya dan menangis penuh isak.“Ini mimpikan dinda. Katakan kal
“JANGAN TAKUT! KSATRIA PENGEMBARA SUDAH TEWAS, KITA AKAN MENANG DALAM PERANG INI!” teriak Sultan Malik Shah dengan lantang. Teriakan Sultan Malik Shah menyadarkan pasukan persekutuan yang sudah kalah mental. Maka dengan semangat, prajurit persekutuan yang tadinya ingin melarikan diri, berbalik dan ikut menyerang kearah lawan mereka.“AYO PRAJURIT WIJAYANAGARA, KITA BUNUH MEREKA SEMUA!” teriak tuan Bukka Raya yang sejak tadi masih terpaku dengan apa yang terjadi, tapi melihat pertempuran ganas yang diperlihatkan oleh anggota perompak lima samudra yang mengamuk, tuan Bukka Raya tersadar dari keadaannya, maka segera perintah menyerang dikumandangkan.“BUNUH MEREKA SEMUA!” teriak prajurit Wijayanagara dengan beringas, mereka juga seakan tidak terima dengan kematian Ksatria Pengembara.Sementara itu didekat Bintang yang masih dikerumuni oleh istri-istrinya. Kim si hyang tampak bangkit be
Serrrr...!Tiba-tiba saja sosok Yuan sudah berkelebat kedepan.Wuusshhh! Wuusshhh!Yuan mendorong telapak tangannya kearah prajurit persekutuan. Jurus pijar api tiada bertepi dari ilmu bunga mentari dikerahkan. Hasilnya gelombang api menggulung dahsyat menyambar kearah ratusan orang prajurit persekutuan yang ada dihadapannya. Anehnya, air hujan yang mengguyur deras tak membuat padam api yang datang secara bergelombang itu kearah para prajurit persekutuan.Akh... Akh...! Akh...!! Akh...!!!Dalam satu gulungan api dahsyat, ratusan orang prajurit persekutuan menjadi korban, terpanggang hidup-hidup ditengah guyuran hujan yang sangat lebat.Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar!Ledakan demi ledakan terjadi diberbagai tempat.Akhh! Akhh! Akhh! Akhh! Akhh! Akhh!Dimana-mana, prajurit persekutuan memekik merenggang nyawa akibat amukan para istri-istri Bintang yang kini sudah berubah menjadi sosok yang menak
Wajah Dewi Awatara semakin pucat saat melihat sebuah senjata yang masih menancap diperut Bintang.“Cakra Sudarsana..” ucap Dewi Awatara yang rupanya mengenali senjata para dewa itu.Dewi Awatara mendekati sosok Putri Ahisma Raya dan dengan tangan gemetar Dewi Awatara terlihat memeriksa tanda-tanda kehidupan ditubuh Bintang dan hal ini semakin membuat wajah Dewi Awatara berubah semakin pucat laksana kain kafan.Dewi Awatara memejamkan matanya seraya masih memegang tangan Bintang. Dewi Awatara memang memiliki kemampuan untuk melihat yang telah terjadi, walaupun tidak lama. Dan dalam pejaman kedua matanya wajah Dewi Awatara berubah. Dewi Awatara dapat melihat bagaimana Bintang yang telah menyelamatkannya dari kematian, lalu kemudian Bintang yang kehilangan tenaga harus menerima serangan yang tiba-tiba dilancarkan, semua gambaran itu terlihat jelas oleh Dewi Awatara
“Apa yang dilakukannya Venus?” tanya Putri Ahisma Raya pelan kepada Venus.“Dia.. memberikan Sarira Keabadiannya kepada ketua” ucap Venus memandang tak berkedip kearah Dewi Awatara dan jasad Bintang. Putri Ahisma Raya yang mendengar hal itu tentu saja terkejut.“Sarira Keabadian..” ulang Putri Ahisma Raya lagi dengan wajah berubah. Tanpa banyak bertanya lagi, Putri Ahisma Raya sudah dapat menebak apa itu Sarira Keabadian.Sementara Venus sendiri heran melihat kearah Dewi Awatara, karena hanya dewi-dewi tingkat atas yang memiliki Sarira Keabadian, sementara Venus dan para dewa pelindung lainnya, hanya memiliki Sarira Keabadian untuk dirinya sendiri, tapi seorang dewa atau dewi tingkat atas, memiliki Sarira Keabadian yang bisa diberikan pada orang lain sebagai ganti nyawa yang telah hilang.“Apakah ini berarti kanda bisa diselamatkan Venus?&rdqu
“DENGAN PANAH BRAHMASTRA INI, MATILAH KALIAN SEMUA!” ucap Sultan Malik Shah seraya mengarahkan busur panah Gandiwanya kearah langit.Seettt!Panah Brahmastra lepas dari busur Gandiwa dan melesat cepat keatas menjadi cahaya merah yang terbang tinggi keudara. Semua yang ada disitu harus menahan nafas dengan wajah pucat, karena mereka semua tau apa itu Panah Brahmastra yang memiliki kekuatan setara bom nuklir, ledakannya akan mencapai ratusan kilometer hingga takkan ada yang selamat bila Panah Brahmastra sudah dilepaskan kearah sasarannya.Semua tampak menatap kearah Panah Brahmastra yang telah menjadi sinar merah melesat tinggi keudara, bahkan Putri Ahisma Raya sendiri tampak syok melihat Sultan Malik Shah melepaskan Panah Brahmastranya.“Putri” sebuah suara lembut terdengar menyapa Putri Ahisma Raya yang segera memalingkan pandangannyakearah asal suara yang rupa