KEPALAN tangan berwarna merah hitam metalik raksasa terlihat dilangit diwaktu menjelang pagi itu. Bila dilihat lebih teliti, kepalan tangan raksasa itu bersumber dari sosok seorang laki-laki bertubuh besar yang tak lain adalah Dhalsim yang tengah memantul angker diudara. Dibawahnya terlihat sosok pendekar muda kita, ksatria pengembara yang tengah berdiri memandang kearah kepalan tangan merah hitam raksasa itu. Dibelakang Bintang berdiri pula sosok jelita Ratu Neraka Es yang memandang terkesima kearah kepalan tangan raksasa yang ada dilangit. Ratu Neraka Es kembali mengalihkan pandangannya kearah Bintang, menantikan apa yang akan dilakukan Bintang menghadapi jurus dahsyat Dhalsim.
“Tuan..” ucap Ratu Neraka Es
“Mundurlah lebih jauh Nona Anvesh” ucap Bintang tanpa menoleh. Tanpa banyak membantah, Ratu Neraka Espun segera menjauh dari Bintang.
Sementara itu ;
Tappp !!!
Bintang tampak menyatukan kedua tangannya didepan dada dan m
Kini terlihatlah sosok Dhalsim yang masih berdiri terpaku diudara dengan tangan kanan yang telah buntung akibat terkena serangan Reinkarnasi Raja Bintang, wajahnya pucat, seputih kain kafan.Wuuugghhh !!! Wuuugghhh !!! Wuuugghhh !!!Tiba-tiba saja disekeliling sosok Dhalsim bermunculan balok-balok es yang telah mengepung rapat sosok Dhalsim.Debbbhh ! Debbbhh ! Debbbhh ! Debbbhh !Belum lagi Dhalsim menyadari keadaan dirinya, balok-balok es itu sudah merapat kearah dirinya dan langsung membentuk sebuah kurungan penjara yang menutup sosok Dhalsim didalamnya. Dalam sekejap saja terlihat sosok Dhalsim sudah terdiam beku didalamnya. Perlahan kurungan balok-balok es itu turun kembali kebawah hingga akhirnya menempel kembali ketanah. Terlihat sosok Dhalsim yang membeku didalam penjara balok-balok es tersebut.Serrrr !!!Sosok Ratu Neraka Es kini sudah berdiri dihadapan sosok Dhalsim yang terkurung didalam balok-balok es miliknya.W
“Ada apa Letnan?” tanya Bukka Raya cepat.“Prajurit kita yang menjaga perbatasan memberikan pesan, Tuan perdana menteri” ucap Letnan itu lagi.“Pesan apa Letnan?” tanya Maharaja Harihara Raya cepat.“Tuan Bintang sudah kembali” ucap Letnan itu lagi sehingga membuat wajah-wajah yang ada ditempat itu berubah. “Bersama Pangeran Harihara Akbar” sambung Letnan hingga kembali membuat wajah Maharaja Harihara Raya, Tuan Perdana Menteri Bukka Raya dan juga Putri Ahisma Raya kembali berubah cepat.“Apakah pesan itu sudah dikonfirmasi kebenarannya Letnan?” tanya Tuan Perdana Menteri Bukka Raya cepat.“Sudah Tuan Perdana Menteri, sudah dapat dipastikan kalau pesan itu benar” sambung Letnan Wijayanagara itu lagi.Mendengar hal itu, seketika saja Maharaja Harihara Raya bangkit berdiri dari kursinya.“Ayo kita sambut mereka Bukka Raya.. Ahisma..”
Dua sosok penunggang kuda paling depan tampak langsung turun dari punggung kuda mereka, salah satunya memang adalah Pangeran Harihara Akbar, sedangkan disebelahnya tak lain adalah Bintang adanya.Bila Maharaja Harihara Raya dan Tuan Perdana Menteri Bukka Raya tampak langsung ikut turun dari punggung kuda mereka untuk melangkah kedepan, berbeda dengan Putri Ahisma Raya yang tampak menatap kearah Bintang dengan tatapan berbeda. Sosok Bintang memang sedikit berbeda sekarang, terutama dibagian rambut, rambut Bintang kini tidak lagi panjang dikuncir kuda, melainkan pendek dengan ikat kepala melingkar dikepala. Sementara Bintang hanya tampak melemparkan senyum kearah istri tercintanya, Putri Ahisma Raya.“Ayahanda!” ucap Pangeran Harihara Akbar terlihat langsung bersimpuh berlutut dihadapan Maharaja Harihara Raya. Tapi Maharaja Harihara Raya dengan cepat menangkap kedua pundaknya, lalu mengangkatnya, dengan penuh haru, keduanya saling memeluk melepas rindu antara
Semua sudah berkumpul di aula pertemuan istana Wijayanagara yang megah, Pangeran Harihara Akbar tampak sedang menceritakan apa yang dialaminya hingga akhirnya Bintang datang menyelamatkannya. Hingga saatnya tiba untuk Bintang menceritakan tentang perjalanannya untuk membebaskan Pangeran Harihara Akbar.Dari perjalanannya di Kesultanan Bidar, Kesultanan Berar, Kesultanan Golkonda, Kesultanan Bijapur dan terakhir di Kesultanan Ahmadnagar, hingga akhirnya Bintang bisa menyelamatkan Pangeran Harihara Akbar, tapi tentu saja Bintang hanya bisa menceritakan yang perlu diceritakannya saja, tanpa menceritakan secara keseluruhan.“Bintang.. Aku benar-benar tak tau bagaimana harus mengucapkan terima kasih padamu karena telah menyelamatkan Akbar” ucap Maharaja Harihara Raya lagi. Akbar adalah panggilan Maharaja Harihara Raya kepada Pangeran Harihara Akbar.“Ayahanda tak perlu berterima kasih. Kakanda Akbar juga kakak ipar hamba. Jadi suda
“Bukannya berat kanda, tapi memang kanda yang tak bisa menahan nafsu yang kanda miliki” ucap Ahisma setelah mendengar pertualangan Bintang diberbagai kesultanan, termasuk pertualangan birahinya. Hanya saja memang ada beberapa yang memang tak Bintang ceritakan. Yaitu percumbuannya dengan Dewi Awatara, Putri Jodhaa Rai dan Putri Angkat Tuan Bukka Raya, Adriana, Bintang masih ingin menjaga perasaan Ahisma yang mendengarnya.Dengan lembut Bintang membelai wajah jelita Ahisma. “Maafkan kanda ya dinda.”“Maaf untuk apa kanda?”“Kanda tak bisa menjaga hati kanda untuk dinda” ucap Bintang tapi lagi-lagi Ahisma tersenyum seraya menarik nafas panjang.“Entah bagaimana dinda nanti harus menjelaskan hal ini pada dinda-dinda yang lain.” ucap Ahisma terlihat menarik nafas panjang.“Maafin kanda ya dinda” ucap Bintang lagi“Minta maafnya nanti sama dinda-dinda yang lain
“Dia juga memiliki nadi dewa sama seperti kanda, dinda” jelas Bintang hingga semakin berubahlah wajah Ahisma mendengar hal itu.“Di zaman seperti ini, masih ada seorang dewi yang masih hidup kanda. Berapa umurnya kanda?” tanya Ahisma lagi.“Entahlah dinda, mungkin ratusan tahun, atau bahkan sudah ribuan tahun” ucap Bintang menjelaskan.“Dengan umur begitu, berarti dia sudah sangat tua kanda”“Umurnya memang tua dinda, tapi wajahnya seperti wanita yang masih berumur 40 tahunan, karena katanya saat dia mempelajari Ilmu Dewa, pertumbuhan usianya berhenti di usia 40 tahun” jelas Bintang lagi.“Ilmu dewa apa yang dipelajarinya kanda?”“Ilmu Purana Awatara.” ucap Bintang.“Ilmu seribu wujud.” ulang Ahisma lagi dengan wajah terkejut. Rupanya Ahisma mengetahui tentang ilmu Purana Awatara.“Bena
Beberapa hari berlalu, Wijayanagara terlihat mulai sibuk mempersiapkan berbagai macam persiapan. Tuan Bukka Raya, Bintang, Pangeran Harihara Akbar dan Putri Ahisma Raya bergerak cepat mempersiapkan segala persiapan untuk peperangan yang akan terjadi dalam waktu dekat.Hari itu, Maharaja Harihara Raya kembali mengumpulkan para petinggi, pejabat, jago-jago istana dan jenderal-jenderal Wijayanagara di aula strategi. Turut hadir, Pangeran Harihara Akbar, Putri Ahisma Raya dan Bintang. Suasana tampak begitu sangat riuh di aula strategi, semua tampak tengah membahas peperangan yang sebentar lagi mungkin akan terjadi.Diantara semua yang hadir ditempat itu, ada sepasang mata yang sejak tadi terus menatap kearah Bintang. Bintangpun terkadang ikut menatap kearahnya dan keduanya saling melempar senyum. Sosok ini tampak duduk disebelah Perdana Menteri Bukka Raya. Dia adalah sosok gadis berparas cantik jelita yang tak asing lagi bagi Bintang, karena dia ada
“Wilayah Wijayanagara dikelilingi oleh lautan, baik dari kiri dan kanan maupun belakang, mereka pasti akan memanfaatkan hal ini dengan menyerang dari ketiga sisi dengan kekuatan 25.000 infanteri laut mereka. Sedangkan dari depan, mereka juga akan mengerahkan 100.000 infanteri darat mereka. Apakah ada saran mengenai hal ini?” tanya Perdana Menteri Bukka Raya lagi. Semua terdiam mendengar hal itu. Terlihat satu sama sama lain terlihat saling pandang.“Perdana menteri” salah seorang jago istana tampak bangkit berdiri dengan menjura hormat. “Untuk menambah kekuatan Wijayanagara, bagaimana kalau kita membuka pendaftaran para pendekar. Seperti yang diceritakan oleh Tuan Bintang, kalau kesultanan-kesultanan musuh telah banyak membuka pendaftaran para pendekar untuk menambah kekuatan mereka” ucap jago istana itu lagi seraya kembali menjura hormat dan kembali duduk ditempatnya.Putri Ahisma Raya tampak bangkit berdiri, seper