“Suruh maju semuanya, tuan sultan!” ucap Bintang, rupanya tadi Bintang menggoyang-goyangkan jari telunjuknya bukan karena tak ingin melawan 3 orang, tapi Bintang ingin melawan semua prajurit pribadi Sultan Malik Shah yang jumlahnya ada belasan orang tersebut. Hal inilah yang membuat wajah Sultan Malik Shah berubah, tapi kemudian tersenyum.
Sultan Malik Shah terlihat memerintahkan 10 orang prajurit pilihannya untuk maju. 10 orang prajurit segera bergerak maju dan langsung berdiri berjejer dihadapan Bintang. Secara bersamaan pula ke-10 prajurit memasang kuda-kuda menyerang.
Di tempatnya, Bintang tak ingin ketinggalan, kuda-kuda tai chi diperlihatkan.
Hyyyattttt! Hyyyattttt! Hyyyattttt!
Ke-10 prajurit pilihan langsung menyerang kedepan berbarengan, Bintang tak bergerak mundur, tapi menanti serangan mereka hingga kini terjadilah pertarungan diantara mereka. Bintang memperlihatkan kelasnya sebagai pendekar nomor wahid didunia persilatan. <
Tanpa sepengetahuan orang lain, Bintang melakukan sentilan jari.Tess.,.! Tess.,.! Tess.,.! Tess.,.!Buuhk...! Buuhk...! Buuhk...! Buuhk...!Ke-4 prajurit terlihat langsung terlempar lima langkah kebelakang dan terbanting kebawah dengan memegangi perut mereka, dari wajah ke-4nya, terlihat jelas ke-4nya sangat menderita kesakitan, bagaimana tidak, mereka semua telah terkena Sentilan dari jurus 'Jari Petir' milik Bintang. Jari Petir. Sebuah sentilan jari yang ringan namun mempunyai kekuatan seperti seekor kuda yang sedang menendang dengan berangnya. Sentilan jurus 'Jari Petir' itu tidak mempunyai wujud ataupun warna, namun gelombang tenaga dalam inti petir yang dikeluarkan cukup tinggi mampu menghancurkan benda.Apa yang terjadi didepan semua mata yang melihat hal itu, tentu saja sangat terkejut melihat ke-4 prajurit pilihan Sultan Malik Shah terlempar dan terkapar dan mengerang kesakitan, ke-4nya bahkan tak mampu untuk bangkit. S
Hingga mau tak mau keduanyapun sarapan berdua, sepanjang sarapan, Putri Jodhaa Rai terus menatap sosok Bintang dari balik sari kerudung milikinya, sementara Bintang sendiri seakan acuh tak acuh karena percuma juga Bintang ingin menatap wajah Putri Jodhaa Rai yang tertutup sari kerudungnya. Sesekali Bintang hanya melihat sekilas bibir merah merekah saat Putri Jodhaa Rai mengangkat sedikit sari kerudungnya untuk menyuap makanannya. Tak ada yang berbicara diantara keduanya selama mereka berdua makan, hingga suasana terasa begitu hening. Setelah semuanya selesai.“Ceritakan padaku tentang Jodhaa Bai, Tuan” ucap Putri Jodhaa Rai tanpa basa basi.Dengan menarik nafas panjang, Bintangpun menceritakan peristiwa yang terjadi di Sekte Budha Hidup sampai dengan peristiwa mengenaskan itu terjadi, tapi tentu saja Bintang tidak mengatakan kalau kehancuran Sekte Budha Hidup adalah akibat pertarungannya dengan Budha Hidup.“Seluruh m
“Jangan menghormat dihadapanku, ibu” ucap Putri Jodhaa Rai lagi kepada wanita paroh baya itu lagi. Bintang yang ada disebelah Putri Jodhaa Rai terkejut saat mendengar Putri Jodhaa Rai memanggil wanita paroh baya itu dengan sebutan ibu.“Semenjak ibunda Jodhaa meninggal, dia adalah pengasuh Jodhaa sejak dari kecil tuan. Jadi Jodhaa sudah menganggapnya seperti ibu Jodhaa sendiri” jelas Putri Jodhaa Rai kepada Bintang seraya membantu wanita paroh baya itu untuk duduk. Bintang sendiri kini duduk didekat keduanya.“Ibu.. Ini tuan Bobou” ucap Putri Jodhaa Rai memperkenalkan Bintang pada wanita paroh baya itu. Wanita paroh baya terlihat mengangguk dan menjura hormat pada Bintang. Bintang dengan cepat membalasnya.“Ada apa tuan putri kemari, biasanya lusa baru tuan putri datang” ucap wanita paroh baya itu lagi dengan lembut kearah Putri Jodhaa Rai. Walaupun Putri Jodhaa Rai sudah menganggapnya seperti seorang ibu, tapi wan
PUTRI JODHAA RAI kembali ke menara bersama Bintang, disepanjang perjalanan kembali, bahkan saat sudah berada dipuncak menara, Putri Jodhaa Rai lebih banyak diam. Bintang yang bersamanya hanya ikut diam saja, karena Bintang tau saat ini Putri Jodhaa Rai tengah memikirkan apa yang telah diketahuinya.“Lalu apa yang akan tuan putri lakukan sekarang?” tanya Bintang.“Entahlah tuan, saya bingung”“Mungkin ada baiknya kita menunggu sahabat saya yang tengah mencari keberadaan Jodhaa Bai. Setelah itu, baru tuan putri menentukan sikap” ucap Bintang. Putri Jodhaa Rai terlihat mengangguk-angguk.“Apa tuan tidak takut bila ketahuan menjadi mata-mata Wijayanagara?” tanya Putri Jodhaa Rai tiba-tiba. Kali ini Bintang yang terdiam mendengar hal itu.“Tapi tuan tenang saja, saya tidak akan membocorkan identitas tuan” sambung Putri Jodhaa Rai tersenyum. Bintang ikut tersenyum mendengarnya.&
Satu minggu berlalu. Dan selama itu pula, Putri Jodhaa Rai tidak mampu membohongi hati dan perasaannya, kalau dirinya memang menyukai Bintang. Tapi sekali lagi, kedudukannya sebagai seorang putri mahkota, tentu melarangnya untuk menyukai Bintang. Putri Jodhaa Rai hanya bisa mengagumi Bintang, walaupun getar-getar asmara itu semakin kuat merasuk kedalam hati dan perasaannya.Malam itu, Bintangpun kembali melanjutkan tindakannya untuk mencari informasi tentang Pangeran Harihara Akbar. Dan seperti biasanya, didalam kamarnya dipuncak menara, Putri Jodhaa Rai sudah tenggelam dimata batinnya untuk melihat apa yang Bintang lakukan.Sementara itu Bintang terus memperluas lingkup pencariannya, hingga langkah Bintang terhenti saat mendengar suara ringkik kuda jantan dari kejauhan. Entah kenapa Bintang tertarik mendengarnya. Oleh karena itulah Bintangpun mencari asal suara kuda tersebut.Akhirnya Bintang menemukan asal suara tersebut yang berasal dari pintu gerbang sebuah
Di kamar yang berbeda, terlihat wajah Putri Jodhaa Rai memerah seperti kepiting yang baru direbus, hal ini tentu saja dikarenakan Putri Jodhaa Rai dapat melihat apa yang terjadi antara Bintang dan Ratu Neraka Es. Walaupun risih dan jengah melihat pergumulan birahi Bintang dan Ratu Neraka Es, tapi Putri Jodhaa Rai urung menutup mata batinnya, ada rasa penasaran dihati Putri Jodhaa Rai untuk terus melihat apa yang terjadi karena ini pertama kalinya Putri Jodhaa Rai melihat secara langsung hubungan badan seorang laki-laki dan perempuan. Tanpa sadar Putri Jodhaa Rai terlihat meremas-remas gunung surganya sendiri (mungkin karena bernafsu melihat permainan Bintang dan Ratu Neraka Es).Tiba-tiba ada suara lenguhan yang cukup panjang ; “Ahh ahh ahh oughh.....,” rupanya Putri Jodhaa Rai pun sudah jatuh telentang diperaduannya sambil mengejang, jemarinya terlihat berada di dalam liang surganya, sementara bajunya sudah tidak karuan. Rupanya Putri Jodhaa Raipun sudah mencapai
KEESOKAN MALAM.Putri Jodhaa Rai terlihat sangat gelisah dikamarnya, berulang kali Putri Jodhaa Rai berjalan hilir mudik dikamarnya seperti orang yang sedang bingung.“Malam ini, tuan Bobou dan Nona Anvesh akan menyelamatkan Pangeran Harihara Akbar. Ini tak boleh dibiarkan” ucap Putri Jodhaa Rai pelan, seakan berkata pada dirinya sendiri.“Penjaga penjara adalah tuan Dhalsim. Tuan Bobou tidak akan bisa mengalahkannya. Bagaimana bila tuan Bobou kalah dan tertangkap, ayahanda pasti akan menghukum mati tuan Bobou seperti ayahanda menghukum mati semua mata-mata yang tertangkap” ucap Putri Jodhaa Rai lagi terlihat semakin gelisah.“Aku tak bisa membiarkan hal ini terjadi. Aku tak bisa” ucap Putri Jodhaa Rai terlihat semakin gelisah dan bingung. Berulang kali berjalan mondar mandir, akhirnya Putri Jodhaa Rai terlihat menghentikan langkahnya.“Aku harus bisa mengurungkan niat tuan Bobou untuk pergi malam ini. Aku
Jodhaapun memberikan buah yang ada ditangannya, entah sengaja atau tidak, Bintang melahap buah itu sampai ke jarinya, sehingga bibir Bintang menyentuh jarinya. Putri Jodhaa Rai tarik jarinya dari mulut Bintang pelan sekali, sembil tersenyum.“Mau lagi?” tawarnya, Bintangpun mengangguk.Suapan kedua ini jarinya lebih lama berada di dalam mulut Bintang. Sengaja tidak Bintang lepaskan dan si empunya jari lentik itu tidak keberatan, Putri Jodhaa Rai hanya diam menunggu. Tangan kiri Bintang bergerak menyentuh tangan kanannya dengan lembut, Putri Jodhaa Rai tidak menolak. Bintang tempatkan telapak tangannya yang lembut di pipinya, sambil menatap wajah jelitanya. Wajahnya bersemu merah. Mata keduanya saling menatap, wajah keduanya semakin mendekat… dekat dan dekat… sehingga Bintang rasakan nafasnya menyentuh wajah Bintang. Tangan kanan Bintang meraih dagunya yang lembut seolah tidak ada tulang di dagunya itu. Sedikit Bintang tarik dagunya sehingga bi