Perlahan tangan Bintang terangkat, dengan satu tangannya, Bintang melepaskan cadar yang menutupi wajah Putri Hayatallami. Dan terlihatlah seraut wajah yang cukup memukau pandangan, bahkan Bintang sampai terpana melihat wajah cantik jelita Putri Hayatallami. Sementara Putri Hayatallami sendiri terlihat tersenyum melihat Bintang yang terpana dengan kecantikannya.
“Kenapa diam saja Tuan?” tanya Putri Hayatallami menyadarkan keterpanaan Bintang, Putri Hayatallami terlihat memejamkan kedua matanya dan merekahkan bibir indahnya, seakan sangat menantikan Bintang untuk segera mengecupnya, maka tanpa menunggu waktu lagi Bintang segera menundukkan wajahnya dan melumat bibir sensual dan indah milik Putri Hayatallami. Putri Hayatallamipun tak tinggal diam, dibalasnya lumatan Bintang dengan tak kalah hangat. Bahkan dengan berani Putri Hayatallami memainkan lidahnya didalam mulut Bintang, Bintang pun membalasnya. Putri Hayatallami terlihat mengangkat kedua tangannya, merengkuh
“Bisakah putri menceritakan tentang utusan Kesultanan Ahmadnagar yang pernah datang kemari itu?” tanya Bintang lagi. Wajah Putri Hayatallami terlihat berubah mendengar hal itu, tapi kemudian tersenyum. Putri Hayatallami akhirnya menceritakan secara panjang lebar tentang maksud dan tujuan utusan Kesultanan Ahmadnagar datang ke Kesultanan Berar. Bintang mendengarkannya dengan penuh seksama.Lumayan lama keduanya berbaring dan berbicara. Tak lama Putri Hayatallami bangun dan menuju meja riasnya terus membuka lemari bajunya, Bintang hanya memperhatikan saja punggungnya yang sedang berjalan, tidak melihat apa yang Putri Hayatallami lakukan, tak lama Putri Hayatallami kembali, di tangannya dia membawa minyak oil dan selimut kain yang panjang, belum paham Bintang maunya, lalu ia berdiri di pinggir ranjang dan tersenyum dengan amat nakalnya dan berkata… “Kita masih ada waktu banyak, ronde berikutnya bisa segera dimulai?” ucap Putri Hayatallami tersenyum
BINTANG melanjutkan pengembaraannya, sebenarnya Bintang ingin langsung menuju ke Kesultanan Ahmadnagar, agar teka teki ini dapat segera terpecahkan. Tapi karena kebetulan Bintang akan melewati Kesultanan Golkonda terlebih dahulu, Bintang berfikir mungkin tidak ada salahnya menyilidik sebentar kesana. Dengan berjalan kaki, Bintang menuju kearah Kesultanan Golkonda.India tak hanya tentang sungai Gangga dan kuil dengan deretan patung Dewa. Di Kota Hyderabad yang berada di selatan India terdapat Istana yang dibangun oleh Dinasti Quth Shah. Istana berarsitektur megah membentuk terasiring membungkus sebuah bukit ini tak hanya berdiri kokoh diatas pondasi batu alami berukuran jumbo serta dikelilingi puluhan kilometer benteng kokoh tapi juga sebagai tempat penambangan batu permata legenda dunia. Pintu gerbang pertahanan menjulang tinggi berbentuk setengah lingkaran menyambut kadatangan setiap orang yang datang. Menampakkan kokohnya lini pertahanan istana. Melewati pintu
Malam datang, waktu yang ditunggu-tunggu Bintang akhirnya tiba. Dan dengan gerakan yang sangat ringan dan cepat, Bintang melompat dan berkelebat masuk kebalik benteng Kesultanan Golkonda yang tinggi dan kokoh tersebut. Diantara kegelapan malam, Bintang berkelebat cepat dari satu atap ke atap yang lain dan Bintang berhenti pada satu atap dibangunan yang sangat tinggi agar lebih mudah memantau situasi.Dari ketinggian bangunan tempat Bintang berada, Bintang mengawasi keadaan diwilayah kota raja, walaupun diantara kegelapan malam, dengan mata dewanya, Bintang dapat melihat dengan jelas keadaan disepanjang jalan kota raja. Bintang heran dan hampir-hampir tak percaya, sebuah kotaraja yang seharus ramai dengan penduduknya, tapi keadaan yang dilihat Bintang saat ini sangat berbeda jauh, disepanjang jalan kotaraja, terlihat keadaan yang sepi, tak seorangpun yang terlihat berkeliaran dijalan, hanya beberapa prajurit yang berlalu lalang seperti tengah melakukan ronda malam.&ldq
Dengan sangat hati-hati Bintang berusaha mengintip diantara celah-celah atap yang sudah banyak lubangnya tersebut. Didalam gubuk Bintang dapat melihat sosok gadis kecil yang datang bersama wanita yang masih mengenakan kerudung hitamnya tampak tengah memeriksa keadaan seorang laki-laki yang sudah sangat kepayahan. Bintang dapat melihat bagaimana wanita berkudung hitam itu tampak menyelimpangkan kerudungnya untuk menutupi setengah wajahnya, sedangkan kedua tangan wanita itu tampak mengenakan sepasang sarung tangan plastik yang juga berwarna hitam. Sekali lihat saja Bintang tau kalau wanita berkerudung hitam itu tengah memeriksa keadaan lelaki yang sudah kepayahan yang ada dihadapannya tersebut.“Selamatkan ayah hamba, putri. Hamba mohon” ucap gadis kecil itu mengiba-iba dan menangis. Sementara itu wanita berkerudung hitam yang tengah memeriksa keadaan lelaki tua yang ada dihadapannya, kini tampak mengeluarkan sebuah bungkusan hitam dari balik pakaiannya, setelah bun
“Astaga.. bukankah ini penyakit yang sama yang pernah menyerang dataran tengah dulu” batin Bintang sangat terkejut. Dimana sewaktu Bintang berada di dataran tengah, dataran tengah diserang wabah penyakit yang sangat cepat menular dari satu manusia ke manusia yang lain.“Tidak salah lagi. Ini penyakit yang sama dengan yang menyerang dataran tengah waktu itu.” batin Bintang lagi yakin. Berfikir seperti itu tanpa menunggu waktu lagi, Bintang segera berkelebat pergi meninggalkan tempat itu.Sementara itu malam terus berjalan semakin larut. Wanita berkerudung hitam tampak sudah tertidur lelah dengan bersandar disalah satu tiang yang ada didalam rumah tersebut. Sementara itu bocah wanita juga tampak tengah tertidur dipangkuannya.Uhuggg !!! Uhuggg !!! Uhuggg !!! Uhuggg !!!Sebuah batuk keras membangunkan keduanya. Lelaki yang ada diatas ranjang reyot terlihat batuk-batuk dengan keras. Lalu tubuhnya berkelenjotan seperti cacing yang kepan
“Cepat nona! atau semuanya akan terlambat!” ucap Bintang keras hingga menyadarkan Wanita berkerudung hitam itu dari keadaannya. Tanpa memikirkan apa-apa lagi, Wanita berkerudung hitam ini tampak memasukkan tangannya kebalik pakaian Bintang, walau dengan wajah memerah dibalik cadar kerudung yang dikenakannya. Kini ditangan Wanita berkerudung hitam itu tampak tergenggam sebuah kendi kecil.“Minumkan cepat nona! tapi jangan semuanya” ucap Bintang mengingatkan. Hingga dengan sangat cepat Wanita berkerudung hitam ini segera meminumkan air yang ada didalam kendi ke mulut lelaki tua tersebut, rupanya Bintang pergi tadi untuk mencari bahan-bahan yang digunakan sebagai obat.Tappp !!!Satu tangan Bintang dengan cepat menutup mulut lelaki tua itu agar air obat yang dituangkan kedalam mulutnya dapat diminumnya.Tuk ! Tuk ! Tuk ! Tuk !Bintang terlihat dengan cepat menotok beberapa bagian ditubuh lelaki tua tersebut hingga kejang-kejang
SEMBURAT sinar keemasan tampak membias masuk lewat celah-celah dinding gubuk dan atap gubuk reyot yang berada dipinggiran kotaraja Kesultanan Golkonda. Walaupun matahari sendiri belum menampakkan dirinya diufuk timur, tapi bias keemasannya telah lebih dulu menyapa seisi alam.“Ugghhh...!” dua erangan terdengar berbarengan berasal dari sosok wanita bercadar kerudung dan seorang gadis cilik yang tertidur dipangkuannya, keduanya terbangun, bukan karena bias menteri yang menerpa wajah mereka, tapi keduanya terbangun saat hidung mereka mencium sesuatu yang lezat menyengat penciuman mereka. Hal inilah yang membuat keduanya terbangun.“Sudah bangun rupanya” terdengar sapaan lembut yang membuat kedua menoleh, wajah keduanya berubah saat melihat sosok lelaki muda tampan yang tampak tengah menyuapi seorang laki-laki tua yang tampak duduk bersandar diujung ranjang reyot tersebut.“Ayah!” ucap bocah wanita yang kini dengan cepat bangkit b
SIANG itu kotaraja Kesultanan Golkonda tiba-tiba dibuat geger dengan kemunculan seorang laki-laki muda berpakaian pendekar yang dengan santainya berjalan dijalanan kotaraja, hal ini tentu saja membuat geger seisi kotaraja, karena kotaraja Kesultanan Golkonda tengah melakukan karantina wilayah, tidak ada yang boleh berkeliaran dijalan tanpa izin dari pihak istana. Sosok yang tak lain adalah Bintang itu tampak terus menelusuri jalan kota menuju kearah istana Kesultanan Golkonda yang terlihat megah dari kejauhan.Dari arah yang berlawanan, Bintang dapat melihat serombongan prajurit yang tengah berlari menuju kearahnya, prajurit yang berjumlah 1 pleton itu tampak dengan cepat mengepung Bintang, semuanya tampak bersenjata lengkap dengan pedang ditangan kanan dan perisai ditangan kiri, diwajah para prajurit tampak semuanya mengenakan kain penutup yang menutupi hingga setengah wajah mereka. Hanya mata yang saja terlihat.Seorang laki-laki berkuda dengan pakaian seorang pangli