SIANG itu kotaraja Kesultanan Golkonda tiba-tiba dibuat geger dengan kemunculan seorang laki-laki muda berpakaian pendekar yang dengan santainya berjalan dijalanan kotaraja, hal ini tentu saja membuat geger seisi kotaraja, karena kotaraja Kesultanan Golkonda tengah melakukan karantina wilayah, tidak ada yang boleh berkeliaran dijalan tanpa izin dari pihak istana. Sosok yang tak lain adalah Bintang itu tampak terus menelusuri jalan kota menuju kearah istana Kesultanan Golkonda yang terlihat megah dari kejauhan.
Dari arah yang berlawanan, Bintang dapat melihat serombongan prajurit yang tengah berlari menuju kearahnya, prajurit yang berjumlah 1 pleton itu tampak dengan cepat mengepung Bintang, semuanya tampak bersenjata lengkap dengan pedang ditangan kanan dan perisai ditangan kiri, diwajah para prajurit tampak semuanya mengenakan kain penutup yang menutupi hingga setengah wajah mereka. Hanya mata yang saja terlihat.
Seorang laki-laki berkuda dengan pakaian seorang pangli
Tak seberapa lama kemudian....“MAHARATU TIBA” sebuah suara keras terdengar membahana ditempat itu, seketika saja suasana hiruk pikuk yang terjadi ditempat itu berubah hening dan semua orang yang ada ditempat itu terlihat langsung bangkit berdiri dari tempat duduknya, Bintang yang melihat hal itu, segera ikut bangkit berdiri.Seorang wanita dengan pakaian putih mewah dan mahkota emas dikepalanya tampak muncul. Wanita ini memiliki tubuh yang padat berisi, semok montok istilah orang zaman sekarang. Sehingga pakaian ketat yang dikenakannya cukup menampilkan seluk lekuk tubuhnya yang pada berisi tersebut. Wajahnya cantik sensual. Bintang yang saat itu terlihat memperhatikan sosok wanita yang Bintang yakin adalah Maharatu Chayma tersebut. Kalau saja Bintang tidak menggunakan mata dewanya, mungkin Bintangpun akan terpesona akan kemontokan dan kesemokan tubuh yang dimiliki oleh Maharatu Chayma. Tapi dengan mata dewanya, Bintang dapat melihat baga
SEORANG wanita cantik jelita tampak duduk termangu menatap keluar jendela kamarnya. Beberapa kali terlihat dia mengusap perutnya, entah apa yang terjadi padanya, tiba-tiba saja dari kedua kelopak matanya mengalir butir-butir air mata yang jatuh membasahi kedua pipinya. Tapi walaupun begitu tetap tak mampu menutupi kecantikan wajahnya. Penampilannya benar-benar anggun seakan mengisyaratkan kalau wanita cantik jelita ini bukanlah wanita sembarangan.Tok...! Tok...! Tok...!Sebuah suara ketukan terdengar dipintu kamarnya hingga memupus hayalan wanita cantik jelita ini, wanita cantik jelita ini tampak dengan cepat kembali mengenakan kerudung yang menutupi kepala dan setengah wajahnya, lalu berjalan cepat kearah pintu.Kreeakk...!Pintu terbuka, didepan pintu telah berdiri seorang dayang istana.“Ada apa dayang?” tanya wanita cantik jelita ini lagi.“Maaf Putri Rawan, ratu meminta saya untuk menyampaikan ini kepada putri”
Berhari-hari berlalu, kini kehidupan dikotaraja Kesultanan Golkonda mulai berangsur pulih, satu demi satu orang-orang mulai sembuh dari penyakitnya dan karantina wilayah Kesultanan Golkonda pun dilonggarkan, bahkan mungkin dalam beberapa hari kedepan akan dibuka sepenuhnya terhadap dunia luar. Nama Bintang mulai dikenal diseantero kotaraja, tapi tentu saja dengan nama samaran sebagai Bobou.Kesibukan keduanya terkadang membuat Putri Rawan sering lupa waktu, berulang kali Bintang mengingatkan agar Putri Rawan harus menjaga kesehatannya sendiri, Putri Rawan hanya membalasnya dengan senyuman dari balik cadar kerudung yang selalu dikenakannya.Di hari ke-6, disaat Bintang dan Putri Rawan tengah meracik obat, tiba-tiba ;“Ugghhh..!” Putri Rawan tiba-tiba saja roboh, untung saja Bintang yang ada didekatnya bertindak cepat dengan langsung memapah sosok tubuh Putri Rawan yang terjatuh.“Nahkan, apa saya bilang putri. Sebaiknya putri beristirahat
KESULTANAN Golkonda akhirnya terbebas dari wabah penyakit menular yang selama ini membelenggu masyarakat kotaraja. Hal ini membuat tugas Bintang dan Putri Rawanpun berakhir. Malam itu Putri Rawan terlihat berada dikamarnya, untuk pertama kalinya Putri Rawan malam ini dapat tidur dengan tenang, mengistirahatkan tubuhnya yang dalam beberapa hari ini sangat sibuk dan lelah sekali.Putri Rawan terlihat berdiri didepan kaca besar yang ada didalam kamarnya, cukup lama Putri Rawan menatap sosoknya sendiri hingga akhirnya kedua tangan Putri Rawan terangkat, melepas sabuk dipinggangnya, ternyata bukan hanya satu sabuk, tapi dua... tiga.. bahkan empat sabuk yang melilit diperut Putri Rawan, saat semua sabuk itu terbuka, terlihat perut Putri Rawan sedikit membuncit, rupanya selama ini Putri Rawan memakai sedemikian banyak sabuk diperutnya untuk menyembunyikan kehamilannya. Kini Putri Rawan dapat menarik nafas lega karena sesak nafasnya selama menggunakan sabuk dipinggangnya tersebut. Sa
Bintang tengah menunggu didalam sebuah kamar yang sangat luas dan mewah, karena memang saat ini Bintang tengah berada di kamar Maharatu Chayma. Bintang diminta untuk menunggu, kesempatan ini Bintang gunakan untuk memperhatikan keadaan dikamar Maharatu Chayma.Ketika akhirnya Maharatu Chayma muncul, Maharatu Chayma membuat Bintang terkesima. Rambutnya yang panjang sampai di punggungnya dibiarkan tergerai. Wajahnya segar dan manis. Ia mengenakan gaun longgar berwarna hitam. Tetapi yang membuat mata Bintang membelalak ialah bahan pakaian itu tipis dan ketat, sehingga bentuk tubuh Maharatu Chayma terlihat dengan jelas dimata Bintang. Belum lagi pakaian dibagian dadanya yang membelah panjang hingga memperlihatkan kemontongan payudara yang dimiliki oleh Maharatu Chayma. Begitu besar dan membusung indah sekali.Pemandangan yang menggairahkan ini spontan mengungkit nafsu birahi Bintang. Area bawah Bintang mulai bergerak-gerak dan berdenyut-denyut. Maharatu Chayma tampak tersen
PUTRI RAWAN terlihat gelisah dikamarnya, sesaat ditolehkan pandangannya kearah jendela kamarnya. 1/3 malam sepertinya sudah terlewati, tapi tak sedikitpun Putri Rawan terlihat akan beranjak tidur, kegelisahan terlihat jelas pada sosok Putri Rawan yang sebentar-sebentar duduk diatas peraduan, lalu kemudian bangkit berdiri berjalan kesana kemari didalam kamarnya, terlihat jelas kegelisahan yang mendera Putri Rawan.Putri Rawan tampak tidak mengenakan gaun tidur yang biasa digunakannya untuk tidur, justru Putri Rawan mengenakan pakaian seakan-akan ingin pergi. Di atas peraduan tampak sebuntalan kain yang terbungkus dengan rapi. Putri Rawan memang sedang gelisah menunggu kedatangan Bintang karena Bintang menjanjikan kalau mereka akan pergi meninggalkan kotaraja malam ini, tapi sampai 1/3 malam belum juga ada tanda-tanda Bintang akan datang menjemputnya, hal inilah yang membuat Putri Rawan gelisah bukan main.Pikiran-pikiran buruk mulai menghantui Putri Rawan.&ldquo
Malam menjelang pagi. Diantara kegelapan malam, terlihat dua sosok tubuh yang berjalan mengendap-endap dari rumah kerumah, seakan-akan keduanya tak ingin keberadaan mereka diketahui orang. Beberapa kali keduanya tampak menghentikan langkah mereka saat arus berpapasan dengan serombongan prajurit yang tengah melakukan ronda. Keduanya berhenti saat sudah mendekati pintu gerbang yang tampak dijaga oleh belasan orang prajurit.“Bagaimana ini tuan?” tanya sosok wanita bercadar kerudung kepada sosok lelaki muda yang ada disebelahnya yang tak lain adalah Bintang. Sedangkan sosok wanita bercadar kerudung tak lain adalah Putri Rawan. Bintang terlihat hanya tersenyum mendengar ucapan Putri Rawan.“Putri percaya sama saya?” tanya Bintang“Tentu saja tuan”“Saya akan membawa putri melompati pagar gerbang ini!” ucap Bintang seraya menunjuk kearah pagar yang ada dihadapan mereka, letaknya cukup jauh dari pintu gerbang. Waj
“Accchhh...!”Putri Rawan tergelincir hingga wajah Putri Rawan langsung berubah pucat saat menyadari kalau dihadapannya sudah terbentang jurang terjal, tapi sebelum semuanya terlambat. Sepasang tangan kekar telah memeluk pinggangnya dengan erat dan menariknya. Seketika saja sosok Putri Rawan berbalik dan dengan refleks langsung memeluk apa yang ada dihadapannya.“Hati-hati putri” sebuah suara lembut lagi-lagi mengejutkan Putri Rawan, Putri Rawan lebih terkejut lagi saat baru menyadari kalau saat ini dirinya tengah memeluk erat sosok yang diyakininya adalah sosok Bintang.Dengan cepat Putri Rawan merenggangkan pelukannya, dan ; “Maaf tuan” ucap Putri Rawan kembali tertunduk malu.“Tidak apa putri, mari kita duduk menikmati matahari terbit, ini adalah hari pertama putri terbebas dari belenggu. Putri harus bisa menikmati hari ini sepuas hati putri” ucap Bintang seraya mengajak Putri Rawan untuk duduk didekatnya