“Accchhh...!”
Putri Rawan tergelincir hingga wajah Putri Rawan langsung berubah pucat saat menyadari kalau dihadapannya sudah terbentang jurang terjal, tapi sebelum semuanya terlambat. Sepasang tangan kekar telah memeluk pinggangnya dengan erat dan menariknya. Seketika saja sosok Putri Rawan berbalik dan dengan refleks langsung memeluk apa yang ada dihadapannya.
“Hati-hati putri” sebuah suara lembut lagi-lagi mengejutkan Putri Rawan, Putri Rawan lebih terkejut lagi saat baru menyadari kalau saat ini dirinya tengah memeluk erat sosok yang diyakininya adalah sosok Bintang.
Dengan cepat Putri Rawan merenggangkan pelukannya, dan ; “Maaf tuan” ucap Putri Rawan kembali tertunduk malu.
“Tidak apa putri, mari kita duduk menikmati matahari terbit, ini adalah hari pertama putri terbebas dari belenggu. Putri harus bisa menikmati hari ini sepuas hati putri” ucap Bintang seraya mengajak Putri Rawan untuk duduk didekatnya
Hari-hari berikutnya, kebahagiaan meringkupi hati Putri Rawan, kehadiran Bintang dihidupnya benar-benar merupakan berkah yang dikirimkan tuhan kepadanya, panjatan doa yang selama ini dicurahkannya kepada sang pencipta akhirnya terkabul juga. Kini dihati Putri Rawan berharap kalau saja seandainya Bintanglah yang menjadi suaminya, mungkin akan lengkap kebahagiaan yang dimilikinya saat ini.Selama bersama Bintang, Putri Rawan selalu memakan ayam panggang buatan Bintang yang memang sangat lezat. Hingga pada suatu malam, Putri Rawan mengidamkan sate ayam yang dibuat dengan cara yang tidak biasa. Putri Rawan meminta per satu tusuk sate ayam. Bisa bayangkan betapa repotnya dimana Bintang harus menyiapkan banyak tusuk sate untuk satu daging per tiap satu tusuknya. Tapi Bintang melakukannya dengan senang hati, tanpa merasa terbebani, sepanjang Bintang mengerjakannya, Putri Rawan hanya duduk memperhatikan Bintang dengan tersenyum-senyum.Malam itu, Putri Rawan tertidur dialam be
Taappp !!!Sebuah tangan menangkap tangan Maharatu Chayma yang melayang kearah perut Putri Rawan, wajah Putri Rawan yang dirasuki oleh Maharatu Chayma terlihat berubah, lalu menatap kearah sosok yang tengah mencengkram tangannya dengan kuat. Rupanya adalah Bintang.Wuuttt !!!Kembali Maharatu Chayma melayangkan satu tangannya yang bebas kearah perut Putri Rawan, tapi ;Taappp !!!Kembali tangan Bintang mencengkramnya dengan keras.“GGGRRRR.. BERANI KAU MENGHALANGIKU!” bentak Maharatu Chayma lagi dengan keras.“Takkan kubiarkan kau mencelakai Putri Rawan dan anak yang dikandungnya Maharatu Chayma!” ucap Bintang lagi.Pllassshhh !!!Kedua mata Putri Rawan yang telah dirasuki Maharatu Chayma terlihat membesar saat melihat sosok Bintang mengeluarkan aura keemasan, aura keemasan itu secara perlahan mulai terkumpul dikedua tangan Bintang yang mencengkram kedua tangan Putri Rawan.AKKKHHHH !
Malam-malam berikutnya, Bintang dan Putri Rawan terpaksa harus menginap disebuah pondok tanpa dinding yang biasa digunakan oleh para petani untuk beristirahat setelah bekerja. Didepan pondok kecil itu terlihat api unggun yang menyala terang untuk menghangatkan tubuh. Dilantai pondok terlihat sosok Putri Rawan yang tengah tertidur dipangkuan Bintang, sementara Bintang sendiri sudah tenggelam dialam tapa bratanya.Putri Rawan yang tertidur, tiba-tiba tersentak kaget dari tidurnya, hal ini cukup membuat Bintang membuka kedua matanya.“Ada apa putri?” tanya Bintang“Tuan... entah kenapa perasaan saya tiba-tiba saja tidak enak” ucap Putri Rawan seraya bangkit dari rebahannya. Bintang sendiri terdiam sejenak, dan ;“Sepertinya Maharatu Chayma sedangkan mengirimkan ilmu sihirnya kemari putri.” ucap Bintang lagi hingga membuat wajah Putri Rawan berubah terkejut.“Tuan!” Putri Rawan terlihat ketakutan langsung
“RAWAN.. KUPERINTAHKAN KAU UNTUK KEMBALI KE GOLKONDA! JIKA TIDAK KAU AKAN MATI MENGGENASKAN!” terdengar suara sosok Maharatu Chayma dari wujudnya diapi unggun yang kini menyala dengan sangat besar. Hal ini membuat Putri Rawan semakin ketakutan.“Jangan takut putri. Ada saya disini!” bisik Bintang“Kau tidak akan bisa berbuat apa-apa Maharatu. Ada aku disini yang melindunginya” ucap Bintang dengan tegas dan mantap, sosok api Maharatu Chayma terlihat mengalihkan pandangannya kearah Bintang dengan tajam.“KAUPUN AKAN MATI MENGGENASKAN!” ucap Maharatu Chayma dengan keras kearah Bintang.Pllasshhh...!Sosok Bintang diliputi oleh aura keemasan seperti sosok Putri Rawan, rupanya Bintang sudah mengerahkan Aji Nur Prasetya Buminya.Wujud api Maharatu Chayma terlihat berubah melihat sosok Bintang dan Putri Rawan yang memancarkan aura keemasan yang terang.“Ayo putri, kita maju! Jang
Di waktu-waktu berikutnya, Maharatu Chayma terus mengirimkan ilmu sihirnya kepada Bintang dan Putri Rawan. Seperti halnya malam ini, Bintang tampak sudah berhadapan dengan belasan sosok mahluk kasat mata yang semuanya berwujud menyeramkan. Sementara itu dibelakang Bintang tampak sosok Putri Rawan yang masih ketakutan ditempatnya, aura emas tampak terpancar dari sekujur tubuhnya.“Tenanglah putri, biar saya yang menghadapi mahluk-mahluk siluman ini” ucap Bintang kepada Putri Rawan sesaat sebelum Bintang bangkit berdiri dan berjalan kearah mahluk-mahluk lelembut tersebut, Bintang menyebutnya sebagai siluman, karena dinegeri ini menyebut mahluk kasat mata seperti itu dengan sebutan siluman. Sedangkan di Jawa Dwipa kita menyebutnya sebagai lelembut.Untuk menghadapi mahluk kasat mata yang ada dihadapannya saat ini, Bintang sudah menyiapkan ajian harimau dewa pemberian Raja Alam Lelembut padanya, dengan ajian ini, tangan kanan Bintang langsung berubah m
“Yang tuan lakukan tadi, benar-benar luar biasa” puji Putri Rawan lagi, karena memang baru kali ini Putri Rawan melihat ada kesaktian seperti itu.“Apapun akan kulakukan untuk melindungi putri dan anak yang putri kandung” ucap Bintang dengan lembut, hingga membuat Putri Rawan tersenyum dibalik cadar kerudungnya.“Terima kasih tuan” ucap Putri Rawan“Tak perlu berterima kasih putri, saya melakukannya dengan senang hati kok” ucap Bintang tersenyum. Dan lagi-lagi Putri Rawan tersenyum membalas senyuman Bintang dari balik cadar kerudungnya.Bintang lalu membelai lembut perut Putri Rawan yang sedikit besar. Bintang memang tak sungkan lagi untuk membelai-belai lembut perut Putri Rawan.“Bagaimana kabar dedex bayi hari ini?” tanya Bintang lembut.“Sepertinya dedex bayi senang kalau diusap-usap seperti itu sama tuan” ucap Putri Rawan tersenyum. Bintang ikut tersenyum, tapi senyu
PAGI ITU, Bintang dan Putri Rawan berjalan beriringan keluar dari sebuah hutan, dihadapan keduanya terbentang pemandangan alam yang indah, hamparan ilalang-ilalang tinggi yang tumbuh subur disepanjang mata memandang. Untuk sesaat keduanya berhenti menikmati pemandangan indah yang ada dihadapan mereka.“Indah sekali” ucap Putri Rawan pelan seakan berkata pada dirinya sendiri. Cukup lama keduanya menatap pemandangan indah yang terhampar dihadapan mereka.“Ayo.. kita lanjutkan perjalanan kita, tuan.” ucap Putri Rawan setelah puas menikmati pemandangan indah dihadapannya. Tapi tiba-tiba saja Bintang membentangkan tangannya hingga Putri Rawan mengurungkan niatnya untuk melangkah kedepan.“Ada apa tuan?” tanya Putri Rawan bingung menatap kearah Bintang.“Ada serombongan orang yang tengah menunggu kita didepan, putri” ucap Bintang lagi hingga mengejutkan Putri Rawan, Putri Rawan segera mengalihkan pandangannya kede
“Biarkan kami saja yang melawannya panglima”. ucap para prajurit.“Tidak, kali ini biar aku sendiri yang membereskan masalah ini”. ucap Panglima Surajh lagi tanpa menoleh, sosok Panglima Surajh sendiri terlihat maju beberapa langkah kedepan.Panglima Surajh mempersiapkan jurusnya, maka Bintangpun segera mempersiapkan dirinya untuk menerima serangan Panglima Surajh. Sementara itu para prajurit Panglima Surajh terlihat beranjak mundur dari tempat mereka berdiri saat ini, dan kini merekapun kembali mengalihkan pandangan mereka kearah kedua sosok tubuh yang kini sudah saling berdiri saling berhadapan, tidak ada yang membuat gerakan kecuali sepasang mata mereka yang terus saling menatap tajam. Semilir angin yang berhembus kencang semakin mengibar-ngibaskan pakaian yang mereka kenakan.Hyyaatttt !!!Wuusshhhhh.....!Panglima Surajh mendahului melancarkan serangannya, serangan Panglima Surajh benar-benar tidak main-main, seiring de