Di waktu-waktu berikutnya, Maharatu Chayma terus mengirimkan ilmu sihirnya kepada Bintang dan Putri Rawan. Seperti halnya malam ini, Bintang tampak sudah berhadapan dengan belasan sosok mahluk kasat mata yang semuanya berwujud menyeramkan. Sementara itu dibelakang Bintang tampak sosok Putri Rawan yang masih ketakutan ditempatnya, aura emas tampak terpancar dari sekujur tubuhnya.
“Tenanglah putri, biar saya yang menghadapi mahluk-mahluk siluman ini” ucap Bintang kepada Putri Rawan sesaat sebelum Bintang bangkit berdiri dan berjalan kearah mahluk-mahluk lelembut tersebut, Bintang menyebutnya sebagai siluman, karena dinegeri ini menyebut mahluk kasat mata seperti itu dengan sebutan siluman. Sedangkan di Jawa Dwipa kita menyebutnya sebagai lelembut.
Untuk menghadapi mahluk kasat mata yang ada dihadapannya saat ini, Bintang sudah menyiapkan ajian harimau dewa pemberian Raja Alam Lelembut padanya, dengan ajian ini, tangan kanan Bintang langsung berubah m
“Yang tuan lakukan tadi, benar-benar luar biasa” puji Putri Rawan lagi, karena memang baru kali ini Putri Rawan melihat ada kesaktian seperti itu.“Apapun akan kulakukan untuk melindungi putri dan anak yang putri kandung” ucap Bintang dengan lembut, hingga membuat Putri Rawan tersenyum dibalik cadar kerudungnya.“Terima kasih tuan” ucap Putri Rawan“Tak perlu berterima kasih putri, saya melakukannya dengan senang hati kok” ucap Bintang tersenyum. Dan lagi-lagi Putri Rawan tersenyum membalas senyuman Bintang dari balik cadar kerudungnya.Bintang lalu membelai lembut perut Putri Rawan yang sedikit besar. Bintang memang tak sungkan lagi untuk membelai-belai lembut perut Putri Rawan.“Bagaimana kabar dedex bayi hari ini?” tanya Bintang lembut.“Sepertinya dedex bayi senang kalau diusap-usap seperti itu sama tuan” ucap Putri Rawan tersenyum. Bintang ikut tersenyum, tapi senyu
PAGI ITU, Bintang dan Putri Rawan berjalan beriringan keluar dari sebuah hutan, dihadapan keduanya terbentang pemandangan alam yang indah, hamparan ilalang-ilalang tinggi yang tumbuh subur disepanjang mata memandang. Untuk sesaat keduanya berhenti menikmati pemandangan indah yang ada dihadapan mereka.“Indah sekali” ucap Putri Rawan pelan seakan berkata pada dirinya sendiri. Cukup lama keduanya menatap pemandangan indah yang terhampar dihadapan mereka.“Ayo.. kita lanjutkan perjalanan kita, tuan.” ucap Putri Rawan setelah puas menikmati pemandangan indah dihadapannya. Tapi tiba-tiba saja Bintang membentangkan tangannya hingga Putri Rawan mengurungkan niatnya untuk melangkah kedepan.“Ada apa tuan?” tanya Putri Rawan bingung menatap kearah Bintang.“Ada serombongan orang yang tengah menunggu kita didepan, putri” ucap Bintang lagi hingga mengejutkan Putri Rawan, Putri Rawan segera mengalihkan pandangannya kede
“Biarkan kami saja yang melawannya panglima”. ucap para prajurit.“Tidak, kali ini biar aku sendiri yang membereskan masalah ini”. ucap Panglima Surajh lagi tanpa menoleh, sosok Panglima Surajh sendiri terlihat maju beberapa langkah kedepan.Panglima Surajh mempersiapkan jurusnya, maka Bintangpun segera mempersiapkan dirinya untuk menerima serangan Panglima Surajh. Sementara itu para prajurit Panglima Surajh terlihat beranjak mundur dari tempat mereka berdiri saat ini, dan kini merekapun kembali mengalihkan pandangan mereka kearah kedua sosok tubuh yang kini sudah saling berdiri saling berhadapan, tidak ada yang membuat gerakan kecuali sepasang mata mereka yang terus saling menatap tajam. Semilir angin yang berhembus kencang semakin mengibar-ngibaskan pakaian yang mereka kenakan.Hyyaatttt !!!Wuusshhhhh.....!Panglima Surajh mendahului melancarkan serangannya, serangan Panglima Surajh benar-benar tidak main-main, seiring de
“Ternyata dugaanku selama ini salah tentangmu tuan Bobou, selain seorang tabib ternyata kau juga seorang pendekar hebat”. ucap Panglima Surajh lagi. Bintang hanya tersenyum mendengar hal itu.Panglima Surajh terlihat mengangkat tangan kanannya kearah para prajurit yang ada dibelakangnya. Salah seorang prajurit tampak membawakan sebilah golok berwarangka besar kepada Panglima Surajh.Cringg...!Golok besar itu kini sudah terlepas dari warangkanya saat berada ditangan Panglima Surajh.“Kau akan merasakan kehebatan golok Ganeshaku ini”. ucap Panglima Surajh lagi, dan ;Crabbbb...!Panglima Surajh menusukkan goloknya kedalam tanah yang ada dihadapannya, sejenak terlihat mulut Panglima Surajh terlihat berkomat kamit membaca mantra, dan ;Crabbbb...!Weeerrrr...!Begitu Panglima Surajh menarik keluar goloknya, golok itu terlihat langsung memancarkan cahaya merah yang amat menyilaukan mata, dite
Di tempatnya, Putri Rawan terlihat sangat khawatir melihat keadaan Bintang, Putri Rawan tau bagaimana hebatnya seorang Panglima dari Kesultanan Golkonda, Panglima Surajh. Sementara itu ditempatnya, Panglima Surajh terlihat mengerutkan keningnya saat melihat Bintang tidak kurang satu apapun, padahal walaupun hanya tergores oleh sinar golok Ganeshanya, seharusnya Bintang sudah tewas dengan tubuh kering seperti orang-orang yang selama ini menjadi korban kedahsyatan golok Ganeshanya, tapi kini bahkan Bintang sudah mampu berdiri tanpa kurang satu apapun dihadapannya, bahkan darah yang merembes dimulutnya disapunya dalam sekejap.“Kau memang benar-benar seorang pendekar hebat tuan Bobou, selama ini tidak ada orang yang bisa selamat dari golok Ganeshaku”. ucap Panglima Surajh lagi tak mampu menyembunyikan rasa kagumnya kepada Bintang.“Jurusmu benar-benar mematikan Panglima”.“Itu belum seberapa, kali ini akan ku
Sementara itu kabut tebal yang menutupi tempat itu secara perlahan mulai sirna tertiup angin hingga kini dapat terlihat sosok Panglima Surajh yang masih berada utuh ditempatnya, hanya saja kini Panglima Surajh tidak lagi berdiri dengan kedua kakinya, tapi dengan kedua lututnya, golok Panglima Surajh terlihat sudah tertancap dihadapannya, tidak ada yang tahu apa yang terjadi, jika dilihat sesaat, Panglima Surajh tampak tidak mengalami luka dalam sedikitpun, tidak ada darah yang terlihat merembes dibibirnya, hanya sepasang matanya saja yang terlihat masih mendelik tajam.“Panglima menang!”. ucap salah seorang prajuritnya lagi berucap dengan wajah gembira, tapi tiba-tiba saja wajah-wajah gembira itu berubah saat secara tiba-tiba pula sosok Panglima Surajh tersungkur ditempatnya berada dan diam.Serrr....!Bintang berkelebat cepat kearah sosok Panglima Surajh, begitu dekat Bintang langsung mendudukkan sosok Panglima Surajh membelakanginya, Bintang sendir
Di dalam sebuah gubuk pemburu yang ada didalam sebuah hutan. Disinilah Bintang dan Putri Rawan berada saat ini.Di dalam gubuk, Bintang tampak tengah duduk diatas ranjang tua yang ada didalam gubuk tersebut, Bintang tengah tenggelam dialam tapa bratanya, sementara didekatnya terlihat Putri Rawan yang sangat cemas melihat keadaan Bintang.Sebelum tiba digubuk itu, Bintang hampir-hampir tersungkur, untung saja Putri Rawan yang ada didekat Bintang dengan cepat memapahnya.“Tuan..!! tuan... apa yang terjadi pada tuan?” tanya Putri Rawan dengan cemas melihat keadaan Bintang yang sangat lemah. Dengan bantuan Putri Rawan, Bintang kemudian dipapah untuk duduk bersandar disebuah batu.“Aku telah menggunakan Hawa Dewa Kehidupanku untuk menolong Panglima Surajh yang sekarat tadi putri... untuk itu aku akan kehilangan tenaga sampai 7 hari kedepan” ucap Bintang menjelaskan kenapa kondisinya selemah ini. Kini Putri Rawan baru mengerti k
Weeessshhh !Seberkas sinar hitam besar tampak muncul dihadapan kedua mahluk siluman mengerikan tersebut, dan ;Scrabbbb...!Menjelma menjadi sesosok wanita yang berpakaian serba hitam yang tentu saja Putri Rawan sangat mengenalinya.“Maharatu Chayma” ucap Putri Rawan lagi menyebutkan nama sosok wanita yang berpakaian serba hitam tersebut. Maharatu Chayma tampak mengenakan pakaian serba hitam dengan belahan dibagian dada yang sangat menantang, sosok cantik mempesona, ditangan kirinya tampak tergenggam sebatang tongkat dengan ujung bermata kristal biru yang mengeluarkan aura terang.“Rawan.... sepertinya memang aku sendiri yang harus datang untuk membawamu kembali” ucap Maharatu Chayma dengan dingin kearah Putri Rawan yang berdiri kaku didepannya.Putri Rawan terpaku ditempatnya, baik suara maupun tubuh, tak sedikitpun Putri Rawan berani beranjak dari tempatnya.Maharatu Chayma sendiri tampak menatap keadaan dis