Sementara Raja Agung Atlas sibuk menghadapi para dewa pelindung, Bintang sendiri sudah menarik kembali Segel Dewa Langit, Jubah Sakti Sembilan Dewa sehingga perisai pelindung yang melindungi seluruh pasukan kembali lenyap.
Jendral Saxon Draig, Putri Saxon dan para prajurit masih menatap takjub kearah Bintang, sebagian lagi masih sibuk memperhatikan kearah pertarungan antara Raja Agung Atlas dan para dewa pelindung.
“Jendral. Segera tinggalkan tempat ini!” ucap Bintang lagi kepada Jendral Saxon Draig.
Jendral Saxon Draig terdiam sejenak lalu kemudian mengangguk. “Cepat mundur!” ucap Jendral Saxon Draig memberikan perintah kepada para perwiranya, maka dengan segera para pasukan Jendral Saxon Draig mundur secara teratur. Hanya Putri Saxon yang masih tetap berdiri disebelah Bintang.
“Saxon. Kenapa kau masih disini?” tanya Bintang terkejut melihat Saxon yang masih berdiri didekatnya.
“Aku ingin
SORAK sorai kemenangan menyambut kedatangan Jendral Saxon Draig bersama pasukannya, wajah-wajah gembira dan penuh kebahagiaan menyambut kedatangan Jendral Saxon Draig dan para prajuritnya. Tangis kebahagiaan terdengar pecah disana sini. Tapi diantara banyak orang yang ada ditempat itu, tidak terlihat sosok Bintang dan ke-4 dewa pelindungnya yang menjadi pahlawan dalam perang kemenangan tersebut. Bintang memang menyuruh Jendral Saxon Draig dan pasukannya untuk kembali terlebih dulu, karena Bintang ingin memberikan tugas khusus untuk para dewa pelindungnya, makanya Bintang dan 4 dewa pelindung tak ikut kembali bersama Jendral Saxon Draig dan pasukannya. Malam semakin berjalan larut saat semua orang yang ada di camp persembunyian Jendral Saxon Draig tengah beristirahat, prajurit-prajurit yang luka-lukapun tampak sudah dirawat, hanya satu orang diantara banyak orang yang berdiri di pintu gerbang sambil menatap di kejauhan seperti tengah menunggu sesuatu. Dari raut wajah cantik jelitanya
Sarah tersenyum dengan pandangan berkaca-kaca, lalu Sarah terlihat memejamkan matanya. Kemudian bibir Bintang menyentuh pipinya, harum di lehernya, menuntun Bintang ke arah sana. Lehernya sungguh indah, bibir Bintang menyelusuri leher jenjangnya sambil sekilas menciumi belakang telinganya. “Ahhhhhh…” nafasnya dihembuskan panjang, Bintang tetap mencium, tidak beranjak dari sekitaran pipi, kening, leher dan telinga. Sengaja tidak Bintang cium bibirnya, tetapi ternyata Sarah sendiri yang mencari bibir Bintang, dan mencium lembut perlahan. Kemudian keduanya berpandangan dekat, matanya lekat menghunjam mata Bintang. “Jadikan malam ini sebagai kenangan yang takkan terlupakan tuan... Seumur hidup Sarah” ucap Sarah lembut. Perlahan, Sarah memejamkan matanya, bibirnya sedikit terbuka, Bintang mengerti. Dicium lama dan lembut bibirnya yang indah itu. Perlahan bibir Bintang turun ke leher, sedikit ke bawah. Turun… turun ke belahan dadanya yang ranum. Wanginya sungguh memabukkan. Sarah hanya m
Pagi-pagi sekali, matahari belum lagi menampakkan dirinya di ufuk timur, tapi bias sinar keemasannya sudah memancar keluar, Bintang keluar dari kamar Sarah, langsung menuju ke pintu gerbang, karena malam tadi saat Bintang melesat masuk melewati pintu gerbang, Bintang melihat Saxon tengah menunggunya dengan khawatir.Benar saja, diatas pintu gerbang terlihat sosok Saxon yang tertidur sambil berdiri bersandar ditembok, beberapa prajurit juga tampak tengah berjaga didekat Putri Saxon, hanya saja mereka tidak berani untuk membangunkan Putri Saxon, hingga saat Bintang datang. Bintang tampak memberikan tanda dengan jari telunjuk menempel dibibir, agar para prajurit penjaga pintu gerbang tetap diam, karena Bintang sendiri yang ingin membangunkan Putri Saxon.Setelah berada dihadapan Saxon, Bintang dapat melihat bagaimana Saxon yang tertidur lelap dalam keadaan berdiri, bahkan dalam keadaan tertidur saja, raut wajah Saxon benar-benar membuat jantung setiap pria berdegup keras.
SIANG itu, Sarah wayne menemui Jendral Saxon Draig bersama putranya Bruce, Jendral Saxon Draig segera menyambut kedatangan Sarah dengan suka cita. Begitu berada dihadapan Jendral Saxon Draig dan para perwira, Sarah wayne segera menjura hormat, tapi Jendral Saxon Draig dengan cepat menahannya.“Jangan menghormat Sarah. Kami yang seharusnya menjura hormat padamu” ucap Jendral Saxon Draig dengan cepat balas menjura hormat diikuti para perwira yang lain.“Bangun! Bangunlah Jendral!” ucap Sarah cepat karena merasa tak enak.“Bruce...” ucap Jendral Saxon Draig tersenyum kearah bocah kecil yang ada didekat Sarah.“Mari silahkan duduk Sarah” ucap Jendral Saxon Draig lagi mempersilahkan duduk Sarah didekatnya.“Terima kasih Jendral” ucap Sarah duduk seraya memanggu Bruce.“Mulai sekarang kau tak perlu mengkhawatirkan keselamatan Bruce lagi Sarah” ucap Jendral Saxon Draig tersenyu
Tak lama, Bintang sudah mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Rupanya Sarah tengah mandi, Bintang kemudian membaringkan dirinya disebelah Bruce sambil terus menatap Bruce. Dengan lembut Bintang membelai wajah tampan Bruce kecil. Entah kenapa perasaan Bintang bahagia sekali saat mendengar Bruce memanggilnya ayah. Tiba-tiba lampu jadi hidup terang benderang menerangi kamar itu. Ternyata Sarah yang telah selesai mandi menghidupkan lampu. Bintang bangkit dari tempat tidurnya dan menatap Sarah dengan pangling. Sekarang Sarah hanya mengenakan kaos ketat berwarna biru tua dipadu dengan celana pendek yang sewarna. Bintang melihat Sarah yang lain dari yang dikenalnya. Kaos ketatnya memperlihatkan lekuk tubuhnya yang nyaris sempurna yang biasanya tersembunyi di balik pakaian longgarnya. Kulit pahanya yang putih mulus biasanya terbungkus, kini terpampang jelas. Tanpa Bintang sadari dari mulut Bintang terlontar kata, “Kamu cantik dan seksi sekali Sarah”Sarah tampak tersipu mende
KEPERGIAN Bintang, Sarah dan Bruce dilepas dengan upacara kehormatan oleh Jendral Saxon Draig. Diantara banyak orang yang melepas kepergian mereka, hanya Saxon yang tampak terkejut melihat Bintang pergi bersama Sarah. Dengan Saxon menatap kepergian Bintang dengan tatapan penuh arti. Dengan kereta bertenaga mesin yang diberikan oleh Jendral Saxon Draig, Bintang dan Sarah bersama Bruce melanjutkan perjalanan mereka meninggalkan wilayah Atlas City.Perjalanan kali ini dirasakan Bintang sedikit berbeda, karena kali ini Bintang tidak sendiri, ditemani oleh Sarah, wanita berparas cantik jelita keibuan yang sungguh menarik hati bila dipandang terus menerus, bersama Bruce anak angkat Bintang yang kini sudah semakin dekat dengan Bintang. Sikap Bintang yang lembut dan begitu penuh perhatian baik kepada dirinya maupun putranya Bruce, membuat Sarah terhanyut semakin mencintai Bintang dengan segenap hatinya. Kebahagiaan yang telah lama pergi darinya, kini mulai datang lagi. Sarah rela bah
Malam semakin larut, saat Bruce tertidur dengan memeluk ibunya Sarah. Bintang sendiri kini hanya memperhatikan Sarah dan Bruce yang begitu terlihat bahagia dalam tidurnya.“Sarah...” terdengar suara Bintang begitu pelan hampir berbisik kepada Sarah.“Iya sayang” ucap Sarah menjawabnya pelan.“Sebenarnya sudah sejak siang tadi ada seseorang yang tengah mengikuti kita” ucap Bintang tiba-tiba hingga membuat wajah Sarah berubah. “Tapi jangan khawatir, sepertinya dia bukan orang jahat” sambung Bintang lagi untuk menenangkan Sarah, terbukti ucapan Bintang cukup membuat wajah Sarah berubah tenang.“Siapa dia sayang? dimana?” tanya Sarah algi.“Aku juga tidak tau Sarah, tapi sepertinya dia adalah seorang wanita, dia bersembunyi dibalik pohon dan semak disana” ucap Bintang memandang kesuatu arah, Sarah memalingkan pandangannya kearah yang diberitahu Bintang, tapi karena gelapnya malam,
Pagi datang.Bruce, Sheeva dan Sarah terlihat tengah asyik menikmati dinginnya air danau yang begitu segar terasa dikulit, mereka tengah membersihkan diri mereka. Bintang tidak terlihat diantara mereka, karena memang Bintang tengah pergi untuk mencari makanan.Bukan saja Sarah yang cepat akrab dengan Sheeva, tapi Brucepun juga terlihat cepat akrab dengan Sheeva, hal ini dapat terlihat Bruce yang tengah bermain air bersama Sheeva dengan sesekali tertawa gembira.“Ayo Bruce naik. Nanti kelamaan bisa masuk angin” ucap Sarah lagi.“Sebentar lagi bu” ucap Bruce yang masih terlihat senang bermain air.Sarah sendiri hanya tersenyum lalu memandang kearah Sheeva yang ada disebelahnya yang tampak sejak tadi hanya merenung.“Sheeva...” tegur lembut Sarah hingga menyadarkannya.“Oh.. eh iya, ada apa nyonya?” tanya Sheeva dengan kaget.“Sedang melamunkan apa Sheeva?” tanya Sarah.
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig