“AKAN KUMUSNAHKAN KALIAN SEMUA DARI MUKA BUMI INI!” terdengar suara keras menggelegar dari sosok raksasa Raja Agung Atlas.
“Ketua. Biar saya yang hadapi!” ucap Pyroeis si Dewa Gunung tiba-tiba berkelebat dihadapan Bintang.
TAAPPPP !!!
Pyroeis si Dewa Gunung tampak langsung menyatukan kedua tangannya yang saling mencengkram didepan dada, kedua mata Pyroeis terlihat terpejam.
Gggghhhrrr........ ghhhrrrr.... ghhhrrrr....
Tiba-tiba saja tempat itu mulai bergetar hebat kembali, sama seperti saat sosok Raja Agung Atlas sewaktu mau membesar tadi. Satu demi satu bongkahan batu besar dan kecil yang ada di tempat itu terangkat ke udara, berkumpul diudara membentuk bulatan batu yang semakin lama semakin membesar. Kini semua perhatian kembali tertuju kearah Dewa Gunung yang terlihat tengah mengerahkan kekuatannya, hal ini membuat orang-orang yang ada ditempat itu semakin yakin kalau gundukan batu-batu yang berterbangan keudara itu
Sementara Raja Agung Atlas sibuk menghadapi para dewa pelindung, Bintang sendiri sudah menarik kembali Segel Dewa Langit, Jubah Sakti Sembilan Dewa sehingga perisai pelindung yang melindungi seluruh pasukan kembali lenyap.Jendral Saxon Draig, Putri Saxon dan para prajurit masih menatap takjub kearah Bintang, sebagian lagi masih sibuk memperhatikan kearah pertarungan antara Raja Agung Atlas dan para dewa pelindung.“Jendral. Segera tinggalkan tempat ini!” ucap Bintang lagi kepada Jendral Saxon Draig.Jendral Saxon Draig terdiam sejenak lalu kemudian mengangguk. “Cepat mundur!” ucap Jendral Saxon Draig memberikan perintah kepada para perwiranya, maka dengan segera para pasukan Jendral Saxon Draig mundur secara teratur. Hanya Putri Saxon yang masih tetap berdiri disebelah Bintang.“Saxon. Kenapa kau masih disini?” tanya Bintang terkejut melihat Saxon yang masih berdiri didekatnya.“Aku ingin
SORAK sorai kemenangan menyambut kedatangan Jendral Saxon Draig bersama pasukannya, wajah-wajah gembira dan penuh kebahagiaan menyambut kedatangan Jendral Saxon Draig dan para prajuritnya. Tangis kebahagiaan terdengar pecah disana sini. Tapi diantara banyak orang yang ada ditempat itu, tidak terlihat sosok Bintang dan ke-4 dewa pelindungnya yang menjadi pahlawan dalam perang kemenangan tersebut. Bintang memang menyuruh Jendral Saxon Draig dan pasukannya untuk kembali terlebih dulu, karena Bintang ingin memberikan tugas khusus untuk para dewa pelindungnya, makanya Bintang dan 4 dewa pelindung tak ikut kembali bersama Jendral Saxon Draig dan pasukannya. Malam semakin berjalan larut saat semua orang yang ada di camp persembunyian Jendral Saxon Draig tengah beristirahat, prajurit-prajurit yang luka-lukapun tampak sudah dirawat, hanya satu orang diantara banyak orang yang berdiri di pintu gerbang sambil menatap di kejauhan seperti tengah menunggu sesuatu. Dari raut wajah cantik jelitanya
Sarah tersenyum dengan pandangan berkaca-kaca, lalu Sarah terlihat memejamkan matanya. Kemudian bibir Bintang menyentuh pipinya, harum di lehernya, menuntun Bintang ke arah sana. Lehernya sungguh indah, bibir Bintang menyelusuri leher jenjangnya sambil sekilas menciumi belakang telinganya. “Ahhhhhh…” nafasnya dihembuskan panjang, Bintang tetap mencium, tidak beranjak dari sekitaran pipi, kening, leher dan telinga. Sengaja tidak Bintang cium bibirnya, tetapi ternyata Sarah sendiri yang mencari bibir Bintang, dan mencium lembut perlahan. Kemudian keduanya berpandangan dekat, matanya lekat menghunjam mata Bintang. “Jadikan malam ini sebagai kenangan yang takkan terlupakan tuan... Seumur hidup Sarah” ucap Sarah lembut. Perlahan, Sarah memejamkan matanya, bibirnya sedikit terbuka, Bintang mengerti. Dicium lama dan lembut bibirnya yang indah itu. Perlahan bibir Bintang turun ke leher, sedikit ke bawah. Turun… turun ke belahan dadanya yang ranum. Wanginya sungguh memabukkan. Sarah hanya m
Pagi-pagi sekali, matahari belum lagi menampakkan dirinya di ufuk timur, tapi bias sinar keemasannya sudah memancar keluar, Bintang keluar dari kamar Sarah, langsung menuju ke pintu gerbang, karena malam tadi saat Bintang melesat masuk melewati pintu gerbang, Bintang melihat Saxon tengah menunggunya dengan khawatir.Benar saja, diatas pintu gerbang terlihat sosok Saxon yang tertidur sambil berdiri bersandar ditembok, beberapa prajurit juga tampak tengah berjaga didekat Putri Saxon, hanya saja mereka tidak berani untuk membangunkan Putri Saxon, hingga saat Bintang datang. Bintang tampak memberikan tanda dengan jari telunjuk menempel dibibir, agar para prajurit penjaga pintu gerbang tetap diam, karena Bintang sendiri yang ingin membangunkan Putri Saxon.Setelah berada dihadapan Saxon, Bintang dapat melihat bagaimana Saxon yang tertidur lelap dalam keadaan berdiri, bahkan dalam keadaan tertidur saja, raut wajah Saxon benar-benar membuat jantung setiap pria berdegup keras.
SIANG itu, Sarah wayne menemui Jendral Saxon Draig bersama putranya Bruce, Jendral Saxon Draig segera menyambut kedatangan Sarah dengan suka cita. Begitu berada dihadapan Jendral Saxon Draig dan para perwira, Sarah wayne segera menjura hormat, tapi Jendral Saxon Draig dengan cepat menahannya.“Jangan menghormat Sarah. Kami yang seharusnya menjura hormat padamu” ucap Jendral Saxon Draig dengan cepat balas menjura hormat diikuti para perwira yang lain.“Bangun! Bangunlah Jendral!” ucap Sarah cepat karena merasa tak enak.“Bruce...” ucap Jendral Saxon Draig tersenyum kearah bocah kecil yang ada didekat Sarah.“Mari silahkan duduk Sarah” ucap Jendral Saxon Draig lagi mempersilahkan duduk Sarah didekatnya.“Terima kasih Jendral” ucap Sarah duduk seraya memanggu Bruce.“Mulai sekarang kau tak perlu mengkhawatirkan keselamatan Bruce lagi Sarah” ucap Jendral Saxon Draig tersenyu
Tak lama, Bintang sudah mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Rupanya Sarah tengah mandi, Bintang kemudian membaringkan dirinya disebelah Bruce sambil terus menatap Bruce. Dengan lembut Bintang membelai wajah tampan Bruce kecil. Entah kenapa perasaan Bintang bahagia sekali saat mendengar Bruce memanggilnya ayah. Tiba-tiba lampu jadi hidup terang benderang menerangi kamar itu. Ternyata Sarah yang telah selesai mandi menghidupkan lampu. Bintang bangkit dari tempat tidurnya dan menatap Sarah dengan pangling. Sekarang Sarah hanya mengenakan kaos ketat berwarna biru tua dipadu dengan celana pendek yang sewarna. Bintang melihat Sarah yang lain dari yang dikenalnya. Kaos ketatnya memperlihatkan lekuk tubuhnya yang nyaris sempurna yang biasanya tersembunyi di balik pakaian longgarnya. Kulit pahanya yang putih mulus biasanya terbungkus, kini terpampang jelas. Tanpa Bintang sadari dari mulut Bintang terlontar kata, “Kamu cantik dan seksi sekali Sarah”Sarah tampak tersipu mende
KEPERGIAN Bintang, Sarah dan Bruce dilepas dengan upacara kehormatan oleh Jendral Saxon Draig. Diantara banyak orang yang melepas kepergian mereka, hanya Saxon yang tampak terkejut melihat Bintang pergi bersama Sarah. Dengan Saxon menatap kepergian Bintang dengan tatapan penuh arti. Dengan kereta bertenaga mesin yang diberikan oleh Jendral Saxon Draig, Bintang dan Sarah bersama Bruce melanjutkan perjalanan mereka meninggalkan wilayah Atlas City.Perjalanan kali ini dirasakan Bintang sedikit berbeda, karena kali ini Bintang tidak sendiri, ditemani oleh Sarah, wanita berparas cantik jelita keibuan yang sungguh menarik hati bila dipandang terus menerus, bersama Bruce anak angkat Bintang yang kini sudah semakin dekat dengan Bintang. Sikap Bintang yang lembut dan begitu penuh perhatian baik kepada dirinya maupun putranya Bruce, membuat Sarah terhanyut semakin mencintai Bintang dengan segenap hatinya. Kebahagiaan yang telah lama pergi darinya, kini mulai datang lagi. Sarah rela bah
Malam semakin larut, saat Bruce tertidur dengan memeluk ibunya Sarah. Bintang sendiri kini hanya memperhatikan Sarah dan Bruce yang begitu terlihat bahagia dalam tidurnya.“Sarah...” terdengar suara Bintang begitu pelan hampir berbisik kepada Sarah.“Iya sayang” ucap Sarah menjawabnya pelan.“Sebenarnya sudah sejak siang tadi ada seseorang yang tengah mengikuti kita” ucap Bintang tiba-tiba hingga membuat wajah Sarah berubah. “Tapi jangan khawatir, sepertinya dia bukan orang jahat” sambung Bintang lagi untuk menenangkan Sarah, terbukti ucapan Bintang cukup membuat wajah Sarah berubah tenang.“Siapa dia sayang? dimana?” tanya Sarah algi.“Aku juga tidak tau Sarah, tapi sepertinya dia adalah seorang wanita, dia bersembunyi dibalik pohon dan semak disana” ucap Bintang memandang kesuatu arah, Sarah memalingkan pandangannya kearah yang diberitahu Bintang, tapi karena gelapnya malam,