KEPERGIAN Bintang, Sarah dan Bruce dilepas dengan upacara kehormatan oleh Jendral Saxon Draig. Diantara banyak orang yang melepas kepergian mereka, hanya Saxon yang tampak terkejut melihat Bintang pergi bersama Sarah. Dengan Saxon menatap kepergian Bintang dengan tatapan penuh arti. Dengan kereta bertenaga mesin yang diberikan oleh Jendral Saxon Draig, Bintang dan Sarah bersama Bruce melanjutkan perjalanan mereka meninggalkan wilayah Atlas City.Perjalanan kali ini dirasakan Bintang sedikit berbeda, karena kali ini Bintang tidak sendiri, ditemani oleh Sarah, wanita berparas cantik jelita keibuan yang sungguh menarik hati bila dipandang terus menerus, bersama Bruce anak angkat Bintang yang kini sudah semakin dekat dengan Bintang. Sikap Bintang yang lembut dan begitu penuh perhatian baik kepada dirinya maupun putranya Bruce, membuat Sarah terhanyut semakin mencintai Bintang dengan segenap hatinya. Kebahagiaan yang telah lama pergi darinya, kini mulai datang lagi. Sarah rela bah
Malam semakin larut, saat Bruce tertidur dengan memeluk ibunya Sarah. Bintang sendiri kini hanya memperhatikan Sarah dan Bruce yang begitu terlihat bahagia dalam tidurnya.“Sarah...” terdengar suara Bintang begitu pelan hampir berbisik kepada Sarah.“Iya sayang” ucap Sarah menjawabnya pelan.“Sebenarnya sudah sejak siang tadi ada seseorang yang tengah mengikuti kita” ucap Bintang tiba-tiba hingga membuat wajah Sarah berubah. “Tapi jangan khawatir, sepertinya dia bukan orang jahat” sambung Bintang lagi untuk menenangkan Sarah, terbukti ucapan Bintang cukup membuat wajah Sarah berubah tenang.“Siapa dia sayang? dimana?” tanya Sarah algi.“Aku juga tidak tau Sarah, tapi sepertinya dia adalah seorang wanita, dia bersembunyi dibalik pohon dan semak disana” ucap Bintang memandang kesuatu arah, Sarah memalingkan pandangannya kearah yang diberitahu Bintang, tapi karena gelapnya malam,
Pagi datang.Bruce, Sheeva dan Sarah terlihat tengah asyik menikmati dinginnya air danau yang begitu segar terasa dikulit, mereka tengah membersihkan diri mereka. Bintang tidak terlihat diantara mereka, karena memang Bintang tengah pergi untuk mencari makanan.Bukan saja Sarah yang cepat akrab dengan Sheeva, tapi Brucepun juga terlihat cepat akrab dengan Sheeva, hal ini dapat terlihat Bruce yang tengah bermain air bersama Sheeva dengan sesekali tertawa gembira.“Ayo Bruce naik. Nanti kelamaan bisa masuk angin” ucap Sarah lagi.“Sebentar lagi bu” ucap Bruce yang masih terlihat senang bermain air.Sarah sendiri hanya tersenyum lalu memandang kearah Sheeva yang ada disebelahnya yang tampak sejak tadi hanya merenung.“Sheeva...” tegur lembut Sarah hingga menyadarkannya.“Oh.. eh iya, ada apa nyonya?” tanya Sheeva dengan kaget.“Sedang melamunkan apa Sheeva?” tanya Sarah.
DELAPAN orang yang membawa Sheeva tampak tengah menggiring Sheeva menuju kearah utara. Rupanya tak jauh berjalan, terlihat beberapa ekor kuda yang ditambatkan, dan kini mereka sudah siap membawa putri Sheeva dengan kuda tersebut. Sheeva sendiri tampak dinaikkan kedalam sebuah kereta kuda bersama beberapa yang menemaninya, didepan dan dibelakang kereta kuda tersebut tampak 2 ekor kuda yang mengiringinya. Tapi baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba saja kuda yang berada didepan menghentikan barisan. 2 kuda yang ada dibelakang dengan cepat ikut kedepan, bahkan yang berada dikereta kuda ikut bangkit berdiri untuk melihat apa yang terjadi didepan. Sheeva sendiri yang juga penasaran sebenarnya ingin mengangkat wajahnya untuk melihat kedepan, tapi hal itu tak mungkin dilakukannya.Apa yang sebenarnya terjadi?Di depan 4 sosok berkuda tampak berdiri sosok lelaki muda tampan yang tak lain adalah Bintang adanya. Dengan kemampuannya memang tak sulit bagi Bintang untuk menyusul
Bruce langsung menyambut gembira melihat Sheeva yang kembali bersama Bintang, tanpa menunggu lebih lama, Bruce langsung berlari memeluk Sheeva yang juga ikut menyambut pelukan Bruce dan terharu. Sementara itu Sarah sendiri tampak menyambut kedatangan Bintang.“Kau tidak apa-apa suamiku?” tanya Sarah. Bintang tersenyum dan menggelengkan kepalanya.“Aku tidak apa-apa Sarah” ucap Bintang tersenyum.“Ya sudah, ayo sekarang kita makan dulu. Nanti saja ceritanya” ucap Sarah cepat karena memang sejak tadi mereka belum makan. Bruce bersikeras untuk menunggu Bintang dan Sheeva kembali baru mau makan.Merekapun lalu menikmati nasi bungkus yang tadi dibawa oleh Bintang. Tak lama setelah selesai menyantap makan siang mereka.“Maafkan saya yang telah membuat repot tuan dan nyonya Sarah” ucap Sheeva dengan wajah tertunduk.“Tak perlu meminta maaf Sheeva, ceritakan saja yang sebenarnya” ucap Sarah
PAGI akhirnya datang, Sheeva tampak masih terlelap dalam tidurnya karena baru saja bergadang malam tadi melihat pergulatan birahi yang terjadi didepan matanya.“Kak! Kak Sheeva...” satu guncangan lembut membangunkan Sheeva dari tidurnya, Meski jelas-jelas kelihatan kalau baru saja bangun tidur, namun raut wajah Sheeva benar-benar membuat jantung setiap pria berdegup keras. Wajahnya demikian cantik dan memancarkan pesona luar biasa.“Bruce...” ucap Sheeva mencoba tersenyum saat menyadari Bruce yang telah membangunkannya.“Sssttt!” tapi Bruce dengan cepat memberikan tanda kepada Sheeva dengan menempelkan jarinya didepan bibirnya, sebagai tanda menyuruh Sheeva untuk diam. Hal ini membuat wajah Sheeva berubah, lalu ditatapnya kearah sekeliling, tidak ada seorangpun ditemuinya ditempat itu, hingga Sheeva dapat melihat bagaimana Sarah terlihat tengah mengintip disalah satu dinding lumbung padi tersebut.“Ada apa Bruce!&
Kita kembali kedepan lumbung, dimana sosok Bintang tengah berhadapan dengan 100 orang prajurit Timur Lenk dengan persenjataan lengkap. Semuanya tampak mengenakan sorban dikepala mereka.“Kapten, jadi benar dia orang yang telah menyelamatkan putri Sheeva itu?” tanya seorang laki-laki yang juga berjambang lebat diseluruh wajahnya, terlihat jelas dari pakaian perang yang dikenakannya, jabatannya cukup tinggi. Orang yang dipanggil kapten yang Bintang kenali sebagai orang yang pernah dipecundanginya beberapa waktu yang lalu.“Benar panglima. Dia orang yang telah menyelamatkan putri Sheeva kemarin” ucap si kapten lagi.Sosok yang dipanggil panglima itu tampak menatap kearah sosok Bintang dengan tatapan tajam. Lalu dengan perlahan kuda hitam yang menjadi tunggangannya kearah kedepan.Beberapa tombak dihadapan Bintang, sosok panglima ini menghentikan kudanya.“Siapa kau anak muda?” terdengar suara berat dan penuh wibawa
Sebuah pintu gerbang yang ukurannya cukup besar terlihat membentang panjang dengan pagar tinggi menjulang. Pintu gerbang itu merupakan pintu masuk sebuah kota yang tampak dijaga dengan sangat ketat oleh puluhan orang prajurit, bila melihat keadaannya sepertinya kota tersebut tengah dalam keadaan siaga perang. Pintu gerbang dijaga dengan sangat ketat, setiap orang yang keluar masuk diperiksa secara menyeluruh.Diatas pintu gerbang, terlihat sesosok lelaki tampan yang tengah mengawasi keadaan, tubuhnya tampak kekar berotot. Melihat zirah perang yang dikenakannya dapat kita pastikan kalau lelaki ini memiliki jabatan yang cukup penting dikota yang tengah dijaga ketat tersebut.Seorang pemuda berambut pendek sebahu yang juga berparas tampan tampak dikawal beberapa orang prajurit tampak menaiki pintu gerbang tersebut. Pemuda inipun terlihat mengenakan zirah perang.“Hormat kepada Tuan Muda Ali” ucap lelaki itu lagi menjura hormat, diikuti oleh banyak praju
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig