Tiba-tiba saja beberapa jendral Raja Agung Atlas memberikan perintah serang kepada pasukannya sehingga 3 juta Prajurit Atlas Warrior Raja Agung Atlas langsung menyerbu bagaikan air bah kedepan, kearah rombongan Jendral Saxon Draig. Ratusan ribu diantara Prajurit Atlas Warrior terlihat menyerang dengan terbang menggunakan sayap yang keluar dari punggung mereka.
Melihat hal itu, Bintang tentu saja sangat terkejut, karena Bintang tak menyangka kalau Raja Agung Atlas akan memberikan perintah perang kepada pasukannya, sejenak Bintang menatap kearah Jendral Saxon Draig.
“Jangan takut, ayo kita berperang!” ucap Jendral Saxon Draig terlihat dengan keras memberikan semangat kepada pasukannya, maka dalam sekejap saja, pasukan Jendral Saxon Draig segera maju kedepan, sebagian juga tampak terbang menyerang dengan sayap dipunggung mereka.
Dalam sekejap saja, pertempuran besar dan dahsyat itu terjadi diantara kedua belah pihak, saling serang, saling bertahan dan saling ser
Pertempuran dahsyat yang terjadi dari kedua pasukan yang sama-sama bertempur dengan dahsyat, terlihat perjuangan mati-matian dari pasukan Jendral Saxon Draig yang berusaha bertahan dari serangan pasukan Raja Agung Atlas yang terus datang silih berganti. “Jangan gentar. Lawan dengan sekuat tenaga kalian. Masa depan keluarga kalian berada ditangan kalian sendiri!” teriak Jendral Saxon Draig berusaha memberikan semangat kepada para pasukannya, hal ini disadari benar oleh pasukan Jendral Saxon Draig, bila mereka sampai kalah, maka bukan saja mereka yang akan menanggung akibatnya, tapi keluarga mereka yang berada di camp persembunyianpun akan menjadi korban. Hal inilah yang membuat semangat pasukan Jendral Saxon Draig berjuang mati-matian. Pertempuran bukan saja terjadi dibawah, tapi diudara juga terjadi dengan dahsyat. “Serang terus, bunuh mereka semua!” teriak Pangeran Hyas berusaha memberikan semangat kepada pasukannya dengan memberikan perintah tegas dan keras. Ratusa
“Siapa mereka ayah?” tanya Saxon yang sudah berada didekat ayahnya, Jendral Saxon Draig. “Sepertinya mereka teman yang dikatakan oleh tuan Bintang kemarin” ucap Jendral Saxon Draig lagi tanpa mengalihkan perhatiannya pada ketiga sosok tersebut. Sementara di seberang pihak. Pangeran Hyas sendiri tampak melangkah kedepan. “Siapa kalian?” tanya Pangeran Hyas dengan keras membentak. “Kami adalah sekutu Jendral Saxon Draig” ucap sosok bersayap. Wajah Pangeran Hyas berubah mendengar hal itu. “Yang kutanya siapa kalian?” bentak Pangeran Hyas lagi dengan keras. “Bangsa titan rendahan seperti kalian tak pantas untuk mengetahui siapa kami!” ucap sosok bercaping jerami lagi dengan dingin hingga lagi-lagi membuat paras Pangeran Hyas memerah. “Kami adalah keturunan Titan Atlas Agung, penguasa bumi ini!” ucap salah seorang jendral atlas dengan keras. “Hahahaha....” tapi ucapan jendral tersebut justru disambut tawa oleh keempat sosok
Bila Merkurius sibuk bertarung diudara, menghadapi ratusan Prajurit Atlas Warrior yang juga terbang diudara, sementara Saturnus sibuk dengan busur ditangan, berusaha menghalau setiap prajurit yang berusaha mendekatinya. Saturnus terlihat meraih sebatang anak panah berhulu biru dan mengarahkannya kelangit.“Hujan Panah!” terdengar suara lembut saturnus berucap, dan ; Wuuuttt !! panah dilepas dari busur kearah langit.Wuutt ! Wuutt ! Wuutt ! Wuutt ! Wuutt ! Wuutt !Tiba-tiba saja dari arah langit turun ratusan anak panah yang datang bagaikan hujan, sehingga ;Akkhh !! Akkhh !! Akkhh !! Akkhh !! Akkhh !!Ratusan Prajurit Atlas Warrior menjadi korbannya.Pyroeis si Dewa Gunung sendiri tampak mengamuk dengan tinju penghancurnya, sementara setiap senjata yang menyentuh tubuhnya langsung hancur, hal ini tentu saja karena tubuh gunung yang dimiliki oleh Pyroeis si Dewa Gunung.Dewa Pedang sendiri tampak tak begitu kesulit
PARA Prajurit Atlas Warrior pasukan Raja Agung Atlas tampak berkumpul disatu tempat. Sebagian dari mereka terlihat tak mampu menahan air mata mereka. “Apa yang terjadi?” sebuah suara keras terdengar membahana ditempat itu sehingga menarik perhatian mereka.“Raja Agung!” ucap mereka terkejut saat melihat kemunculan Raja Agung Atlas diantara mereka, dengan serta merta mereka langsung menjura hormat dengan berlutut. Raja Agung Atlas sendiri yang baru saja muncul terlihat menatap kearah kerumunan para prajuritnya dan seketika wajah Raja Agung Atlas terlihat pucat, dan dengan setengah berlari Raja Agung Atlas dengan cepat mendekati kerumunan tersebut.“Hyas! Menoitios!” ucap Raja Agung Atlas dengan suara bergetar melihat sosok kedua putranya telah terbujur kaku dipangkuan para jendral.Dengan tubuh bergetar Raja Agung Atlas tampak menunduk dan membelai wajah kedua putranya yang telah tewas.“Apa yang terjadi?” ta
“AKAN KUMUSNAHKAN KALIAN SEMUA DARI MUKA BUMI INI!” terdengar suara keras menggelegar dari sosok raksasa Raja Agung Atlas.“Ketua. Biar saya yang hadapi!” ucap Pyroeis si Dewa Gunung tiba-tiba berkelebat dihadapan Bintang.TAAPPPP !!!Pyroeis si Dewa Gunung tampak langsung menyatukan kedua tangannya yang saling mencengkram didepan dada, kedua mata Pyroeis terlihat terpejam.Gggghhhrrr........ ghhhrrrr.... ghhhrrrr....Tiba-tiba saja tempat itu mulai bergetar hebat kembali, sama seperti saat sosok Raja Agung Atlas sewaktu mau membesar tadi. Satu demi satu bongkahan batu besar dan kecil yang ada di tempat itu terangkat ke udara, berkumpul diudara membentuk bulatan batu yang semakin lama semakin membesar. Kini semua perhatian kembali tertuju kearah Dewa Gunung yang terlihat tengah mengerahkan kekuatannya, hal ini membuat orang-orang yang ada ditempat itu semakin yakin kalau gundukan batu-batu yang berterbangan keudara itu
Sementara Raja Agung Atlas sibuk menghadapi para dewa pelindung, Bintang sendiri sudah menarik kembali Segel Dewa Langit, Jubah Sakti Sembilan Dewa sehingga perisai pelindung yang melindungi seluruh pasukan kembali lenyap.Jendral Saxon Draig, Putri Saxon dan para prajurit masih menatap takjub kearah Bintang, sebagian lagi masih sibuk memperhatikan kearah pertarungan antara Raja Agung Atlas dan para dewa pelindung.“Jendral. Segera tinggalkan tempat ini!” ucap Bintang lagi kepada Jendral Saxon Draig.Jendral Saxon Draig terdiam sejenak lalu kemudian mengangguk. “Cepat mundur!” ucap Jendral Saxon Draig memberikan perintah kepada para perwiranya, maka dengan segera para pasukan Jendral Saxon Draig mundur secara teratur. Hanya Putri Saxon yang masih tetap berdiri disebelah Bintang.“Saxon. Kenapa kau masih disini?” tanya Bintang terkejut melihat Saxon yang masih berdiri didekatnya.“Aku ingin
SORAK sorai kemenangan menyambut kedatangan Jendral Saxon Draig bersama pasukannya, wajah-wajah gembira dan penuh kebahagiaan menyambut kedatangan Jendral Saxon Draig dan para prajuritnya. Tangis kebahagiaan terdengar pecah disana sini. Tapi diantara banyak orang yang ada ditempat itu, tidak terlihat sosok Bintang dan ke-4 dewa pelindungnya yang menjadi pahlawan dalam perang kemenangan tersebut. Bintang memang menyuruh Jendral Saxon Draig dan pasukannya untuk kembali terlebih dulu, karena Bintang ingin memberikan tugas khusus untuk para dewa pelindungnya, makanya Bintang dan 4 dewa pelindung tak ikut kembali bersama Jendral Saxon Draig dan pasukannya. Malam semakin berjalan larut saat semua orang yang ada di camp persembunyian Jendral Saxon Draig tengah beristirahat, prajurit-prajurit yang luka-lukapun tampak sudah dirawat, hanya satu orang diantara banyak orang yang berdiri di pintu gerbang sambil menatap di kejauhan seperti tengah menunggu sesuatu. Dari raut wajah cantik jelitanya
Sarah tersenyum dengan pandangan berkaca-kaca, lalu Sarah terlihat memejamkan matanya. Kemudian bibir Bintang menyentuh pipinya, harum di lehernya, menuntun Bintang ke arah sana. Lehernya sungguh indah, bibir Bintang menyelusuri leher jenjangnya sambil sekilas menciumi belakang telinganya. “Ahhhhhh…” nafasnya dihembuskan panjang, Bintang tetap mencium, tidak beranjak dari sekitaran pipi, kening, leher dan telinga. Sengaja tidak Bintang cium bibirnya, tetapi ternyata Sarah sendiri yang mencari bibir Bintang, dan mencium lembut perlahan. Kemudian keduanya berpandangan dekat, matanya lekat menghunjam mata Bintang. “Jadikan malam ini sebagai kenangan yang takkan terlupakan tuan... Seumur hidup Sarah” ucap Sarah lembut. Perlahan, Sarah memejamkan matanya, bibirnya sedikit terbuka, Bintang mengerti. Dicium lama dan lembut bibirnya yang indah itu. Perlahan bibir Bintang turun ke leher, sedikit ke bawah. Turun… turun ke belahan dadanya yang ranum. Wanginya sungguh memabukkan. Sarah hanya m