"Ini seperti susunan batu-batu dibalut adonan perekat yang biasanya untuk membuat pagar. Tapi ... ini sepertinya adalah biji-bijian. Bagaimana cara menyatukan mereka hingga saling melekat satu sama lain dan dapat dimakan?" Yin Long semakin heran saat melihat tekstur makanan di tangannya.
"Kamu cobalah makanan itu, Ah Yin!" Zi Wu ingin melihat reaksi Yin Long atas makanan tersebut. "Baiklah, Senior Zi." Yin Long lalu memasukan sepotong makanan aneh itu ke dalam mulutnya, mengunyah secara perlahan sambil meneliti rasanya. "Gurih, lunak dan begitu lembut saat dikunyah. Ada bau tajam semacam umbi, hmm ... bukan lada, tetapi juga tidak pedas." Zi Wu terkekeh geli melihat kebingungan di wajah sahabatnya. "Kamu ini seorang jenderal perang saat berada di Alam Langit. Tetapi tampaknya kamu paham dengan pembuatan makanan." "Sebutan jenderal perang itu hanya di saat saya sedang berada di medan peperangan. Tetapi ketika saya beradaZi Wu atau Ki Wulung merasa harus menengahi agar tidak terjadi salah paham. Pria itu segera menghubungi batin Yin Long dengan Ilmu Telepati agar pembicaraannya tidak diketahui oleh An Se. "Terima saja, Ah Yin. Lagi pula dia tidak mengetahui identitas kita yang sebenarnya. Hanya dengan menarik hati An Se, maka kamu bisa dekat dengan An Zi," ujar Zi Wu, berusaha meluluhkan hati Yin Long. Yin Long bingung. "Tapi ...." An Se duduk di hadapan kedua tamunya dan berkata, "Aku baru saja mempertimbangkan ucapan Ki Wulung tentang dirimu yang mengatakan jika Ah Yin ini memiliki keahlian di bidang pengobatan. Dan karena kamu sedang membutuhkan seseorang yang bisa menyembuhkan An Zi, jadi aku berpikir untuk memintamu bergabung bersama kami di sini." "Itu pun kalau Ah Yin bersedia dan tidak merasa keberatan untuk tinggal di tempat ini selama masa pengobatan berlangsung," lanjut An Se dengan suara tenang, meskipun hatinya sangat berharap. Yin Long tertunduk sejenak, wajahnya terlihat tersip
An Se bercerita, bahwasanya Lembah Pakisan adalah tempat yang tidak bisa dikunjungi dengan mudah seperti tempat lainnya. Hal tersebut dikarenakan adanya suatu rahasia besar tersembunyi di sana. Adapun rahasianya, dia belum mengatakan secara rinci. An Se juga berkata, jika Yin Long bersedia menjadi saudara angkatnya, maka orang-orang di lembah tidak akan mempersulit setiap geraknya, asalkan itu masih terkait dengan An Zi. Penguasa lembah juga berani menjamin akan semua keperluan Yin Long, memberi gaji bulanan dan membebaskannya melakukan tindakan apa pun selama tidak melanggar ketentuan peraturan di lembah tersebut. An Se menerangkan tentang beberapa hal tentang pagar pembatas yang menyelubungi Lembah Pakisan dan cara untuk menembusnya. "Jadi mengapa aku ingin kamu menjadi saudara angkatku, karena hanya dengan begitu aku bisa memberikan pelat khusus yang hanya bisa diberikan kepada orang-orang tertentu saja. Bahkan aku sendiri tidak member
Semenjak Yin Long turun ke bumi, ia justru disibukkan dengan memulihkan kondisinya yang mengalami banyak cedera akibat pengaruh atmosfer bumi. Rupanya, kekuatan gravitasi bumi yang menariknya memasuki selubung atmosfer pelindung bumi, telah menyebabkan sekujur tubuhnya terasa hancur. Semula Yin Long terdampar di suatu pulau terpencil dan baru bisa keluar setelah ia berhasil mendapatkan kembali sebagian kekuatannya. Saat memikirkan hal ini, Yin Long merasa sedih. Ia terpisah dari Jin Long, sahabatnya, yang sekarang entah berada di mana. Melihat Yin Long masih membisu, An Se merasa memiliki kekhawatiran dalam hati, mengira mungkin saja Ah Yin tidak terlalu senang dengan penggantian arak menjadi susu kedelai. "Bagaimana? Apakah ini layak sebagai pengganti arak untuk ritual pengangkatan saudara, Ah Yin?" An Se bertanya seraya menyerahkan cawan lainnya kepada Ki Wulung, pria tua berjenggot putih yang semenjak tadi hanya diam memerhatikan kedua anak muda tersebut. An Se menatap Yin Long
An Se dan Yin Long berpandangan, saling menatap satu sama lain dan menetapkan hati serta janji setia sebagai saudara sesumpah. Ki Wulung merasa terharu hingga meneteskan air mata atas ritual kecil yang indah ini. Pria tua jelmaan naga ungu, Zi Wu, kembali teringat pada masa mudanya ketika masih berada di Alam Langit Tinggi. Pada saat itu, ia juga memiliki saudara yang saling menyayangi. Namun, semua keindahan telah hancur bersamaan dengan datangnya dekrit Kerajaan Naga Beraliran Putih yang menyatakan hukuman pemusnahan ras naga ungu dengan dakwaan pengkhianatan. Beruntungnya, Zi Wu muda berhasil meloloskan diri dari peristiwa berdarah itu meskipun harus terlempar ke bumi melalui sebuah portal rahasia milik Klan Naga Ungu. Semenjak itu, ia bertekad untuk menyembunyikan diri dari dunia naga karena pria itu masih ingin hidup demi melanjutkan kelangsungan Klan Naga Ungu yang hanya menyisakan dirinya saj
"Mungkin Aki tidak asing dengan nama ini. Tetapi bukan itu maksud saya. Kita lanjutkan saja." An Se seperti dengan sengaja mengalihkan pembicaraan. "Silakan, Nak An Se!" Ki Wulung menggerakkan tangan kanannya ke depan sebagai isyarat. An Se terlebih dahulu membasahi kulit bibirnya yang kering dengan beberapa kali usapan ujung lidahnya. "Keponakanku itu lahir pada saat malam gerhana bulan darah biru. Tetapi, ternyata dia sudah tidak bernyawa semenjak di kandungan. Katanya, Mei Jie tidak merasakan adanya kehidupan bayinya, beberapa saat sebelum dia dilahirkan." Saat mengatakan ini, An Se terlihat memiliki dua garis air mata di pipinya. "Kami semua merasa sedih. Bahkan sangat sedih atas peristiwa itu. Kakak ipar lelakiku sangat terpukul hingga dia menangis sambil memeluk jasad An Zi. Bayi lelaki yang sangat didambakan sejak lama, diharapkan menjadi generasi penerus keluarganya, tern
An Se mengingat-ingat kejadian demi kejadian saat An Zi kecil dan ia memang merasa tidak ada yang aneh selain daripada sakit perutnya itu."Saya pikir tidak ada. Hanya saja dia sangat rewel dan suka menangis tanpa henti. Kami pikir ini adalah hal yang wajar seperti bayi pada umumnya," ujar An Se sembari menuang air putih dari kendi tanah ke dalam cawan kecil di hadapannya."Jadi semasa bayi, kehidupannya sangat normal dan baik-baik saja. Hanya .... saat dia berusia satu setengah tahun, kedua orang tuanya membawanya pergi bertamasya ke daerah pesisir dengan maksud merayakan pertemuan mereka dahulu." An Se menjawab sambil mengingat-ingat sesuatu. "Tetapi saat perjalanan pulang kembali ke kediaman, kami dihadang oleh sekelompok orang asing yang berniat mengambil An Zi secara paksa." 'Itu pasti dari Klan Naga Hitam!' Yin Long menggeram dalam hati seraya meremas kuat-kuat pakaiannya sendiri yang tersembunyi di bawah meja. 'Sepertinya mereka sudah lama menyadar
Yin Long masih terdiam akibat membayangkan masa lalunya ketika di alam atas dan Ki Wulung menyadari bahwa pemuda yang diajak bicara sedang tidak fokus terhadap pembicaraan mereka. "Mungkin Ah Yin ada gagasan dan cara mengatasinya setelah dia memeriksa keadaan An Zi." Ki Wulung yang bicara kali ini. "Ah Yin, berikan pendapatmu." Di bawah meja, Ki Wulung secara diam-diam menyenggol paha Yin Long dengan lututnya hingga pemuda itu tersadar dari lamunannya. "Oh!" Yin Long terlihat gugup. "Untuk saat ini saya masih belum bisa memastikannya. Tetapi mungkin saya dapat membantu jika saya sudah memeriksanya nanti. Untuk saat ini, hal pertama yang harus dilakukan adalah mempertemukan kami berdua agar bisa saling mengenal satu sama lain." An Se langsung menyahut, "Tentu. Aku akan mengaturnya setelah keadaannya membaik." "Baiklah. Ah Yin siap kapan saja." Yin Long terlihat antusias, sedangkan Ki Wulung menganggukkan kepal
"Ah Yin, aku akan menyiapkan sebuah tempat untukmu. Kuharap kamu merasa kerasan tinggal di sini." An Se berkata sembari mengajak Yin Long menuju ke dalam rumah. "Terima kasih banyak, An Se Gege!" Yin Long melakukan gongshou. "Sama-sama, Ah Yin. Sekarang kamu sudah menjadi saudaraku. Tentu saja kamu berhak mendapatkan fasilitas terbaik di sini." An Se menepuk pundak Yin Long dengan lembut. "Terima kasih sekali lagi." Yin Long merasa terharu. An Se lalu memerintahkan kepada beberapa orang pelayan untuk menyediakan tempat khusus untuk Ah Yin. Meskipun mereka tidak begitu memahami apa maksud perintah sang majikan, tetapi para pelayan juga tidak membantahnya. ***** Sehari kemudian. Siang itu, An Zi berniat untuk menemui An Se yang saat ini tengah berkutat dengan buku bacaannya di ruang perpustakaan keluarga. Namun, dikarenakan semua orang merasa khawatir jika An Zi berpikir untuk melarikan diri lagi, maka penjagaan atas dirinya semakin diperketat. Tempat kediaman An Se bu
Ekspresi wajah Yin Long tampak serius, menunggu cerita An Se mengenai kedua orang tua An Zi.Sebelum berbicara lebih lanjut, An Se menarik napas sesaat. "Orang tua An Zi adalah ....""Mereka adalah orang penting yang tinggal sangat jauh dari lembah ini. Mereka dengan sengaja menyembunyikan putranya agar orang lain yang tidak menyukai kehadiran An Zi mengira kalau anak itu benar-benar sudah mati," lanjut An Se sambil menatap kelamnya langit malam tanpa bintang ataupun rembulan.'Dan surat yang aku kirimkan kepada mereka seharusnya sudah sampai dengan aman di sana,' pikir An Se sambil menatap awan-awan kelabu di angkasa.Yin Long kian penasaran. "Lalu?" *****Istana Kerajaan Pangkuran, tepatnya di istana Tunjung Arum, sebuah gedung besar dan megah yang diperuntukkan bagi seorang permaisuri.Saat ini, seorang wanita berparas jelita dengan bentuk wajah seperti biji kuaci, berkulit putih bak giok salju, terlihat te
Wajah An Se melunak. "Anak itu ... untuk sementara tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dan dia juga mengejutkanku dengan perkembangan kemampuan berpikirnya. An Zi, sepertinya memiliki harapan baik ke depannya." "Lalu bagaimana dengan sakitnya, apakah dia masih memiliki keluhan?" tanya Yin Long yang ingin mengetahui lebih jauh. An Se menggeleng, lalu berkata, "Untuk beberapa hari ini setelah hari itu, dia tidak mengeluh sakit perut lagi. Hanya saja saat tidur, dia masih sering mengigau tentang sesuatu yang tidak jelas. Dia masih sering memanggil-manggil nama seseorang yang aku sendiri tidak mengenalnya.""Nama seseorang?" Alis Yin Long berkerut, tangannya yang hendak memindahkan bidak catur pun terhenti hingga menggantung di udara sampai beberapa saat. "Nama siapakah itu, Gege?""Jatayu. Dia memanggilnya dengan sebutan Kakak Jatayu." 'Jatayu?' Yin Long seketika teringat akan pemuda sederhana yang ia temui beberapa hari lalu dan mereka s
Beberapa hari kemudian, di Lembah Pakisan.Kabut tipis menggulung pelan di atas aliran Sungai Seruling, menelusup ke celah-celah dedaunan pakis yang tumbuh liar di sepanjang lereng lembah.Malam telah turun, menyelubungi langit dengan jubah kebiruan gelap. Nyala lentera-lentera dari kertas berwarna merah keemasan di Paviliun Bunga Kertas tampak bergoyang lembut diterpa angin lembah.Di dalam paviliun, An Se duduk bersila di atas tikar anyaman bambu, mengenakan jubah dalam warna hijau pinus dengan sulaman awan di ujung lengan. Di hadapannya mengepul secangkir teh hangat, aroma melatinya lembut, bercampur dengan harum kayu cendana dari dupa yang terbakar di sudut ruangan, sedangkan tangannya sibuk menata bidak-bidak catur bulat pipih warna hitam di atas papan berbentuk bujur sangkar.Suar seseorang terdengar dari belakang An Se. "Tuan Besar, Tuan Muda Yin ada di sini. Katanya ada sesuatu yang ingin dibicarakan dengan Tuan Besar." "Suruh dia masuk," kata An Se dengan suara tenang."Bai
Hei Fu Long langsung mengerti. Wanita itu mengambil guci tempat arak dan menuangkannya hingga hampir penuh ke dalam cawan di tangan suaminya. "Silakan, Yang Mulia." Pangeran Hei Xin Long hanya mengangguk dengan anggun. Para prajurit naga hitam segera bangkit dari bersujudnya dan berdiri berbaris dengan wajah yang sedikit lebih baik."Baiklah. Untuk masalah kegagalan para prajurit bisa kita bahas di lain waktu. Aku masih bisa memberikan toleransi kepada mereka. Sekarang, kami hanya ingin mengetahui tentang keberadaan Hei Xian, putra kami." Hei Mo mengepalkan kedua tangannya. "Menjawab pertanyaan dari Yang Mulia, sebenarnya kami memberanikan diri untuk kembali, itu karena kami membawa sebuah berita penting." "Berita penting?" Pangeran Hei Xin Long mengernyitkan dahinya. "Sepenting apa berita itu, dan apa adakah kaitannya dengan Xian'er kami?"Semua orang juga merasa penasaran hingga mereka menahan napas."Berita penting apakah itu, lalu di manakah Pangeran kalian?" Pangeran Hei Xin
"Pangeran merencanakan sesuatu yang berbahaya," ucap Hei Mo disertai keringat dingin yang membuat tubuhnya gemetar."Ah Xian! Apa yang direncanakan olehnya?" Hei Fu Long sangat khawatir. "Kamu tenanglah dulu, Fu'er!" Pangeran Hei Xin Long mengingatkan. Hei Fu Long menatap Pangeran Hei Xin Long, ekspresi wajahnya terlihat cemas. "Yang Mulia ...." Pangeran Hei Xin Long menggeleng dan berkata, "Lanjutkan!""Baik, Yang Mulia." Hei Mo melanjutkan, "Semula kami hanya mengawasi dari jauh apa pun yang dilakukan oleh Yang Mulia Pangeran, sampai akhirnya kami kehilangan jejaknya untuk sementara waktu.""Kehilangan jejak?" Alis Pangeran Hei Xin Long berkerut, lalu bertanya, "Sepertinya kalian baru saja bertarung dengan orang yang bisa membuat kalian kewalahan dan menjadi seperti ini.""Itu memang benar, Yang Mulia," ucap Hei Mo dengan rasa was-was hingga kepalanya ditunjukkan dengan cukup dalam. "Dan kami ... kalah." "Susah kuduga. Jika kalian baru saja bertarung dan kalah, lalu mengapa kali
Pangeran Hei Xin Long mengangkat kepalanya dari sandaran kursi. Wajahnya terlihat buruk. "Jika ada cara untuk menembus segel sialan itu, maka sudah sejak lama aku pasti akan melakukannya!"Nada suara Pangeran Hei Xin Long terdengar emosi. Ekspresi wajahnya bahkan langsung berubah dari hanya kesal menjadi marah. "Jangankan untuk menghancurkan pagar pelindung itu, sedangkan menyentuhnya saja kita tidak bisa!"Melihat gelagat tidak baik, Tetua Hei Ji merasa hatinya bergetar. Dia buru-buru berkata yang bersifat menenangkan. "Yang mulia mohon tenanglah, saya yakin pasti akan ada cara untuk mengatasi masalah ini.""Kalau begitu, sebaiknya Anda segera memikirkan caranya. Aku tidak mau tahu bagaimana cara Tetua melakukannya, dan aku hanya ingin Anda berhasil mendapatkan cara untuk mendobrak pagar pelindung di atas lembah itu." Pangeran Hei Xin Long berkata sembari mengibaskan tangan hingga kain lengan jubahnya bergerak, menimbulkan desir angin.Tetua Hei
Hei Fu Long segera bangkit dan berjalan ke arah Pangeran Hei Xin Long. Wanita itu kembali menggamit lengan Pangeran Hei Xin Long dengan mesra, lalu berucap dengan suara lembut. "Kami semua mengerti akan perasaan Anda, Yang Mulia. Tentu saja kita harus merebut kristal jiwa itu meski harus membunuh anak itu. Sekarang kita hanya perlu sedikit bersabar dan berusaha lagi." Hei Fu Long tentu saja mengetahui, jika orang semacam ini tidak mudah diluluhkan. Namun, dia tetap melakukannya meski mungkin Sang Penasihat Agung ini tidak terlalu menganggap ucapannya adalah hal yang penting. "Hamba tahu kalau masalah ini tidak dapat diabaikan. Raja Klan Naga Hitam harus secepatnya dibangunkan agar kita semua kembali memiliki pemimpin yang sesungguhnya. Atau ... bagaimana jika hamba juga turun tangan dan melihat formasi yang melindungi lembah itu?" Hei Xin Long tidak menjawab ataupun menepis pegangan tangan istrinya dan membi
Saat ini, Pangeran Hei Xin Long merasa perih dalam hati. "Bertahun-tahun. Ini sudah bertahun-tahun, bahkan kita di sini sudah lebih dari dua ratus tahun dalam pencarian kristal jiwa raja naga keparat itu, Fu'er!" Pangeran Hei Xin Long menatap wajah wanita cantik di sampingnya dengan pandangan yang sulit diartikan. "Dan waktu kita sudah tidak banyak lagi. Tubuh Hei Wang tidak bisa terus ditempatkan di dalam peti giok hitam itu untuk selamanya." Tetua lain berseru, "Benar sekali apa yang dikatakan oleh Anda, Yang Mulia. Meskipun peti giok itu dapat mempertahankan tubuhnya, tetapi juga dapat menyerap habis vitalitas dan daya kekuatan Yang Mulia Raja. Dan kalaupun Yang Mulia Raja bisa dibangunkan kelak, mungkin dia sudah tidak memiliki kekuatan seperti semula." Kepala Pangeran Hei Xin Long semakin terasa sakit. "Jadi, ternyata peti giok hitam itu tetap ada akibat buruknya juga?" tanya Jenderal Hei Kun Long. "Jika aku tidak memikirkan hal itu, maka aku tidak akan terlalu terburu
"Pangeran Hei Xian dapat mendeteksi kristal naga pelangi dalam diri seseorang?" tanya Tetua Hei Sheng dengan ekspresi terkejut. "Bagaimana mungkin?" Mendengar pertanyaan ini, Hei Fu Long menjadi gelisah, takut jika identitas putra kesayangannya terbongkar. Ia melirik sekilas ke arah Pangeran Hei Xin Long yang tetap tak bergerak dari tempatnya. 'Bagaimana ini?' tanya Hei Fu Long dalam hati dan ia semakin merasa khawatir. 'Yang Mulia, tolong katakan sesuatu!' Tetua Hei Sheng memandang ke arah Pangeran Hei Xin Long, lalu bertanya dengan ekspresi penasaran. "Yang Mulia, benarkah apa yang dikatakan Jenderal Hei Xiang tentang Pangeran Hei Xian?" Sebelum menjawab, Pangeran Hei Xin Long meneguk sisa minumannya. "Benar." Semua orang yang baru saja mendengar hal ini pun dibuat terkejut. Pangeran Hei Xin Long melanjutkan ucapannya dengan sikap tenang. "Meskipun dia sedikit nakal tetapi putraku memiliki kemampuan langka yang tidak dimiliki oleh orang biasa. Itu memang keistimewaann