Di dalam ruangan, An Se terkejut sehingga ia terburu-buru melipat selembar kertas dan menyembunyikan beda tersebut di balik lipatan pakaiannya. Pria itu kemudian merapikan busananya agar tak tampak kusut. "Oh, tentu saja boleh," sahut An Se dari dalam ruang perpustakaan. "Masuklah!" Di balik dinding, An Zi tersenyum kecil sambil mendorong daun pintu secara perlahan. Pemuda itu mendapati sang paman tengah berdiri di dekat jendela sambil membaca buku. Wajahnya terlihat dari samping, tampak serius namun tetap sangat tampan. Saat ini, An Se mengenakan pakaian warna hijau lumut yang sederhana. Sebagian rambut panjangnya ditarik ke atas, membentuk sanggul bulat yang diikat dengan pita hijau lumut sebagai pemanis. Aura pemuda itu memancarkan kewibawaan, tampak anggun memesona hingga tak sedikit gadis cantik berebut perhatian, ingin menjadi pendampingnya. An Zi berdiri di belakang An Se dengan sikap malu-malu yang terlalu mencurigakan bagi sang paman. Biasanya dengan tingkah ini, ia pasti
An Se terkejut atas seruan An Zi dan ia merasa tidak enak hati jika Yin Long mendengarnya. "Mengapa?" An Se menatap An Zi lekat-lekat, seakan sedang menyelami pemikiran pemuda itu. "Mengapa kamu tidak mau berobat?" Melihat tatapan tajam sang paman, hati An Zi menjadi ciut. Pemuda itu pun langsung menundukkan kepala dan tak berani menentang pandangan mata An Se. "Apakah kamu tidak ingin hidup normal dan tidak lagi merasakan sakit?" tanya An Se, suaranya kali ini terdengar sedikit tajam. "Bukan begitu, Paman. Tentu saja aku sangat ingin sekali sembuh dan sehat seperti anak-anak muda seusiaku. Dan ...." An Zi tampak sedih. "Dan aku juga ingin bisa berlatih ilmu kanuragan seperti para murid itu." An Zi berkata dengan suara lirih. "Tapi, aku ke mari hanya berniat bertemu dengan orang yang sudah menolongku dan bukan untuk berobat, Paman." "Meski demikian, tapi ini juga adalah suatu kebetulan karena orang yang menolongmu itu ternyata juga adalah seorang penyembuh. Jadi, paman la
"Oh!" An Se dan An Zi terkejut. Mereka segera melepaskan genggaman tangan masing-masing. Keduanya pun bergegas menemui Yin Long yang sudah menunggu dengan senyum cerah di wajahnya yang tampan nan cantik. "Maaf, kami berdua terlalu asyik mengobrol di luar. Hampir saja kami melupakan maksud dan tujuan kami ke mari." An Se merasa tidak enak hati terhadap Yin Long. Yin Long menggeleng. "Tidak mengapa. Justru sayalah yang merasa tak enak hati karena telah mengganggu pembicaraan kalian berdua." An Se melambaikan tangan. "Kalau begitu, kita lanjutkan saja di dalam." "Mari!" Yin Long sambil memberi jalan kepada kedua tamunya. Yin Long melangkah masuk ke dalam rumah dan berkata dengan sedikit malu-malu. "Maaf, tempatnya masih sangat berantakan. Mungkin ini tidak layak untuk kalian berdua. Saya akan membereskannya nanti." An Se dan An Zi segera melangkah mengikuti Yin Long. Mereka menebarkan pandangan mata ke seluruh ruangan. Meskipun masih ada beberapa bagian rumah yang rusak,
An Zi tiba-tiba saja merasakan kebingungan tak terkatakan, seakan melihat bayangan-bayangan sebuah peristiwa besar di depan mata. Penglihatan tersebut seperti rekaman kejadian-kejadian pada suatu tempat dan masa yang ia sendiri tidak mengetahui kapan hal itu terjadi. Pegangan tangan An Zi mengendur hingga sisa kue di tangannya pun terjatuh ke lantai. "An Zi, mengapa kamu membuang kuenya?" An Se mengira An Zi sengaja membuang kue merah muda dan membuat hatinya merasa tidak enak terhadap Yin Long. "Apakah kamu tidak menyukainya?" An Zi sendiri terlonjak kaget, menatap kue merah muda yang tergeletak di lantai. "Maaf, Paman. Maaf, Paman Yin. Aku tidak bermaksud membuangnya!" "Lalu kenapa kamu membuangnya?" An Se masih tak memahami ulah An Zi. An Zi menjawab, "Sangat suka. Aku sangat suka kue buatan Paman Yin. Rasa kue itu sangat lezat dan membuatku ingin menangis juga merasa senang dalam waktu bersamaan." An Zi lantas mengambil kue dan hendak memakannya, tapi Yin Long segera d
An Se seketika menoleh ke arah Yin Long dengan tatapan penuh curiga. "Ah Yin, ada apa dengan An Zi? Atau … jangan-jangan, kue itu bermasalah?" Tatapannya semakin tajam ketika sebuah dugaan melintas di benaknya. "Racun!" serunya, tiba-tiba. Tatap tajam mata An Se begitu, menusuk wajah Yin Long. "Apakah kamu menaruh racun di dalam kue ini?" Yin Long tetap tenang, memahami kekhawatiran An Se. Ia menggeleng perlahan sebelum menjawab, "An Se Gege, tenanglah. Jika kue itu beracun, bukankah kamulah yang seharusnya merasakan efeknya terlebih dahulu? Tapi lihatlah, kamu masih baik-baik saja, bukan?" Ia menambahkan dengan nada santai, "Lagipula, aku tidak akan setega itu terhadap orang yang telah begitu baik padaku. Bisa saja ini hanya efek dari penyakitnya." Kata-kata Yin Long beresonansi di benak An Se. 'Benar juga. Jika memang ada yang salah dengan kue itu, akulah yang seharusnya terkena dampaknya terlebih dahulu.' 'Mungkin saja yang ia katakan ada benarnya. Lagipula, bukankah kemarin A
Mata Yin Long berbinar saat menatap benda bulat di hadapannya. Hatinya bergetar, wajahnya menyiratkan kebahagiaan.Bola kristal yang sebelumnya penuh dengan energi liar itu kini tampak jinak, seolah telah menerima kehadiran jiwa Yin Long.Dengan langkah perlahan, pemuda itu mendekat, matanya tak lepas dari permukaan kristal transparan yang berpendar lembut, seiring kilauan warna-warni yang berputar di dalamnya."Kristal Naga Pelangi ini memang milik Yang Mulia Raja," gumamnya lirih. "Baguslah. Tidak sia-sia aku datang ke bumi dan turun dari puncak Gunung Dawu untuk mengikuti aura ini!"Jemari Yin Long tanpa sadar mengepal di sisi tubuhnya, mengamati secara saksama benda bulat yang berpijar indah di hadapannya. Keheningan sejenak menguasai suasana, sebelum mata pemuda itu menangkap adanya bayangan samar muncul di tengah-tengah bola kristal."Ada bayangan!" Alis Yin Long berkerut saat matanya menangkap sesuatu yang membuatnya terk
Hanya dengan membayangkannya saja, hati Yin Long sudah sangat bahagia. Bagaimana jika kelak itu benar-benar terjadi?"Aku akan menunggu hari itu tiba. An Zi dengan wujud Yang Mulia Raja, memangnya siapa yang mampu menandingi keindahan rupanya di dunia ini?" pikir Yin Long.Yin Long pun tersenyum diam-diam. Ia tidak mengetahui bahwa di pihak lain, ada seseorang yang tengah bermuram durja dengan perasaan gelisah.Caihong Xue mendesah pelan, dan suaranya kali ini terdengar lebih lembut. Aura kewibawaan luar biasa menyeruak dari tubuh bayi di dalam bola kristal, membuat Yin Long tanpa sadar menahan napas dalam perasaan haru dan bahagia yang bercampur menjadi satu.Caihong Xue berkata, "Ternyata kamu memanglah jenderalku yang setia. Kamu benar-benar bersedia mengikutiku sampai ke tempat ini. Sayangnya, aku masih belum bisa melakukan apa-apa dengan tubuh fana ini. Inti jiwaku masih lemah dan tidak bisa berbuat banyak untuk sekarang, dan entah sampai kap
"Terjebak di tempat yang gelap, itu pasti ... sangat menyedihkan!" gumam Yin Long dengan perasaan sedih. "Tidak. Aku sama sekali tidak merasa hal itu menyedihkan. Namun, walau jujur saja aku merasakan kehampaan panjang yang aku sendiri tidak mengetahui seberapa lama. Di sana pula aku mencoba untuk memperbaiki keretakan kristal jiwa ini dengan esensi alam yang berhasil kuserap." Sambil berkata, jemari transparan proyeksi jiwa Caihong Xue menyentuh bola kristalnya sendiri. "Esensi alam itu ternyata sangat bermanfaat untuk memperbaiki vitalitas jiwaku, sekaligus merapatkan kembali retakan pada permukaan kristal jiwaku ini." "Baguslah! Hamba sungguh senang mendengarnya." Yin Long merasa lega. Caihong Xue kembali menghela napas. "Untung saja aku akhirnya dapat keluar dari tempat itu setelah terjadi ledakan dahsyat yang berhasil memecah ruang gelap tersebut. Dan ternyata, selama itu aku terjebak di dalam perut gunung berapi." "Pada saat itulah, ternyata itu adalah malam yang sudah kutu
Saat di depan tempat yang dituju, Jenderal Hei Kun mengulurkan tangannya untuk menyentuh kabut dan benar saja, memang tidak ada pergerakan yang berarti. Sirat tak berdaya kembali muncul dalam tatapan matanya. Ia menggeleng kecil sambil bergumam, "Memang tidak ada apa-apa. Aneh sekali." Kedua jenderal saling beradu tatap tak mengerti. Mereka bahkan tidak menemukan jawaban atas kejanggalan ini. Pangeran Hei Xin Long sendiri kembali berjalan hilir mudik di atas tebing sambil menggendong tangan dan tampak serius berpikir, "Jika pagar pelindung hanya disentuh seperti ini saja, sepertinya memang tidak akan ada reaksi apa pun, karena sifatnya bukan memaksa. Tapi, bagaimana kalau disentuh dengan kasar atau bahkan diterobos secara paksa?" Pria itu dengan rasa penasaran dengan sengaja menyentuh kabut tipis dengan sedikit kasar. Ujung jari telunjuk Pangeran Hei Xin Long sudah berjarak setengah senti dari kabut putih, tetapi yang terjadi sungguh diluar dugaannya. Kabut-kabut tipis itu secar
Dalam sekejap, pandangan mata gaib pemimpin tertinggi Klan Naga Hitam berhasil menembus tirai gaib yang membuatnya terkejut. bola mata tajam Pangeran Hei Xin Long memancarkan cahaya hijau terang yang kuat, pertanda jika dia sedang menggunakan kekuatan penembus melalui penglihatannya."Ah Kun, Ah Xiang, aku melihat ada hal yang sangat menarik di dalam sana!" seru Pangeran Hei Xin Long setelah selesai dengan pelacakannya dan menarik kembali kekuatannya."Benarkah, Yang Mulia?" Jenderal Hei Xiang merasa tertarik."Ya." Pangeran Hei Xin Long maju beberapa langkah ke depan. "Sepertinya ini adalah tempat yang dikatakan oleh Hei Mo kemarin saat kita memburu anak itu." Jenderal Hei Xiang teringat akan suatu hal. "Hamba rasa juga demikian, Yang Mulia. Kemarin kelompok Pangeran Hei Xianlah yang berhasil menemukan anak yang kita cari selama ini, dan Hei Mo menjelma menjadi seekor kelinci untuk memancing anak itu agar keluar dengan sendirinya dari lingkup ru
"Pangeran, tolong pikirkanlah baik-baik!" Hei Sha dengan sorot mata penuh kekhawatiran."Benar, Yang Mulia Pangeran. Kami tidak akan sanggup melawannya. Terlebih lagi jika dia mengetahui, kalau kita berasal dari Klan Naga Hitam. Saya khawatir, dia tidak akan pernah mengampuni kita!" Hei Mo berteriak mengingatkan."Benar, Yang Mulia! Ingatlah juga, bahwa Anda baru saja sembuh dari luka-luka akibat melawan Naga Ungu, Zi Wu. Kekuatan Jenderal Naga Perak ini juga yang sudah membuat Jenderal Hei Kun terluka di medan perang saat itu!" Prajurit naga hitam lainnya berteriak. Mereka sungguh sangat khawatir, jika sang pangeran akan membuat masalah baru yang kemungkinan lebih besar dari sebelumnya.Pangeran Hei Xian secara tiba-tiba berhenti, berbalik menghadap keenam pengikutnya. Mau tak mau, mereka semua berhenti dengan mengambangkan diri di udara. "Oh, jadi orang itu yang pernah melukai Paman Hei Kun?" Pangeran Hei Xian menganggukkan kepala. "M
Di sisi lain, secara tanpa sadar Yin Long mendongak ke atas dan melihat selarik cahaya keemasan. Meskipun pandangan mata manusia biasa tidak akan bisa melihatnya, tetapi penglihatannya adalah mata naga langit yang luar biasa tajam dan bisa menembus ruang tak kasat mata. Yin Long tertegun. 'Cahaya keemasan itu?'Hati Yin Long terasa berkedut, berharap jika yang dilihatnya tidak salah. "Ada apa, Kakak Bai Yi?" Jatayu yang baru saja selesai menyusuri tepian sungai guna mencari tubuh pengemis pun merasa heran. Ia melihat Yin Long sedang menatap ke suatu arah dengan pandangan aneh."Oh!" Yin Long terkejut."Tidak ada apa-apa, Adik Jatayu. Aku hanya sedang berpikir tentang orang itu. Bagaimana mungkin dia tiba-tiba saja menghilang?" Yin Long terpaksa berkata lain guna mengalihkan perhatian Jatayu."Aku juga tidak habis pikir, mengapa orang itu tiba-tiba saja hilang? Aku sudah memeriksa semua bangkai buaya yang mati itu dan aku meliha
"Ya. Dengan adanya aku di dalam tubuhmu, maka kamu bisa terbang kapanpun kamu mau," jawab Jin Long dengan begitu santai. "Sekarang, aku adalah kamu, dan kamu juga adalah aku." "Benarkah? Lalu, siapa sebenarnya kamu ini?" Elang Ragaseta sungguh takut jika yang menempati tubuhnya saat ini adalah sejenis makhluk jahat. "Aku adalah Jin Long. Dulu aku juga pernah menjadi seorang jenderal perang!" seru Jin Long sambil terus membumbung ke angkasa."Apa?" Elang Ragaseta tidak terlalu jelas dengan ucapan Jin Long. "Jenderal perang?" Jin Long tak memedulikan semua pertanyaan dari si pemilik tubuh dan terus membawa Elang Ragaseta terbang menjauhi daerah tersebut. Ia bahkan tidak menyadari, jikalau ada seseorang yang sedang memerhatikan dari kejauhan. 'Tubuh orang ini sangat lemah dan itu tidak sesuai dengan kekuatanku. Jika aku memaksa menggunakan kekuatanku melalui tubuh ini, kemungkinan hanya akan merusak dan menghancurkannya,' pikir Jin Long
"Kalau begitu terserah padamu." Jin Long tak mau ambil pusing masalah nama.Pengemis muda itu terdiam, memerhatikan kulitnya yang sekarang terlihat halus, putih dan bercahaya. Itu sangat jauh berbeda dengan beberapa saat yang lalu, sebelum Jin Long menyembuhkan luka-luka menjijikkan tersebut dengan esensi kekuatannya yang aneh."Sekarang kulitku seperti kulit bayi yang baru saja terlahir ke dunia," gumam pengemis muda itu dengan rasa takjub. "Kulit tubuhku benar-benar putih dan jauh lebih baik dari kulitku sebelumnya."Pengemis muda itu lalu berkata, "Hmm ... kalau begitu, aku akan menamai diriku dengan nama Elang Ragaseta yang artinya adalah tubuh putih. Itu seperti diriku yang seperti baru saja terlahir kembali. Dan selain itu, aku juga ingin terlihat gagah seperti burung elang yang terbang di angkasa raya!""Baiklah." Jin Long mengangguk setuju. "Mulai sekarang namamu adalah Elang Ragaseta." Pengemis muda tersenyum senang dan bergumam
Tiba-tiba saja, Jin mengeluarkan beberapa benda tipis selebar piring kecil yang tampak sangat berkilauan. "Kamu pakailah ini untuk membiayai hidupmu." "Lempengan emas?" Mata pengemis itu terbelalak lebar. "Dari mana kamu mendapatkan benda itu, dan apakah ini asli?" Jin tersenyum dan mengulurkan lempengan emas itu kepada si pengemis. "Aku punya banyak sekali benda semacam ini. Dan dari yang pernah aku dengar, manusia sangat menyukai dan memujanya sebagai harta berharga yang tak ternilai harganya. Mereka bahkan rela saling membunuh hanya karena benda ini. Padahal menurutku, ini hanyalah sampah yang biasanya akan aku buang setelah dia tidak mau lagi melekat di kulitku.""Ini benar-benar benda berharga, tapi mengapa kamu menyebutnya sampah?" Pengemis muda tidak mengerti, tetapi dia menerima lempengan emas yang menyerupai sisik binatang. "Dan ... apa maksud dari perkataan Kakak Jin yang terakhir tadi?" "Tidak mau lagi menempel di kulit?" Pengemis mu
Pengemis berambut gimbal menyeringai. "Baiklah. Kakak kejam ini yang akan membantu membalas perbuatan semua orang yang sudah berlaku tidak adil terhadapmu. Sekarang, sebaiknya aku mencoba menghilangkan dulu luka-luka ini." Pengemis muda kembali memejamkan kedua matanya dan mulai berkonsentrasi.Cahaya keemasan kembali keluar dari dalam tubuh si pengemis berambut gimbal, membungkusnya dan seperti membakar semua luka-luka di sekujur badannya. Dalam proses ini, jika pemilik tubuh dalam keadaan sadar, maka tak bisa dibayangkan bagaimana sakitnya.Tak seberapa lama kemudian, luka-luka di kulit badan pengemis berambut gimbal itu menghilang seketika dengan tanpa meninggalkan bekas sama sekali. Baru setelah itu, cahaya emas yang membungkus tubuh pengemis muda pun kembali meredup."Berhasil!" Bibir pengemis muda berseru sambil membuka mata. "Rupanya aku masih memiliki kekuatan untuk menyembuhkan diri." "Tapi ... rambut ini, aku sungguh
"Baiklah, Tuan Bai Yi. Semoga kita bisa menjadi sahabat di masa depan." Jatayu berkata seraya menggigit sepotong bakwan yang disusul dengan beberapa buah cabai hijau. "Tentu. Mengapa tidak?" Yin Long menyahut sambil mulai menyantap makanan yang dipesannya dan sudah mulai sedikit dingin. "Silakan dinikmati hidangannya. Anggap saja sebagai tanda perkenalan dari musafir tak beratap ini." Jatayu hanya tersenyum. "Baiklah. Terima kasih, Tuan Bai!" Sebenarnya, Jatayu dengan sengaja mendatangi Yin Long karena ia juga merasakan bau napas naga yang cukup asing baginya. Dia hanya ingin memastikan dari jarak dekat, apakah kecurigaannya ini benar-benar nyata. "Aromanya tidak seperti aura milik Paman Zi Wu yang masih sedikit berbau naga kegelapan. Bau napas naga orang ini justru sangat murni dan tidak mudah ditebak. Siapa dia sebenarnya?" Jatayu berkata-kata dalam hati sembari memerhatikan Yin Long dengan mata menyipit.