An Se terkejut atas seruan An Zi dan ia merasa tidak enak hati jika Yin Long mendengarnya. "Mengapa?" An Se menatap An Zi lekat-lekat, seakan sedang menyelami pemikiran pemuda itu. "Mengapa kamu tidak mau berobat?" Melihat tatapan tajam sang paman, hati An Zi menjadi ciut. Pemuda itu pun langsung menundukkan kepala dan tak berani menentang pandangan mata An Se. "Apakah kamu tidak ingin hidup normal dan tidak lagi merasakan sakit?" tanya An Se, suaranya kali ini terdengar sedikit tajam. "Bukan begitu, Paman. Tentu saja aku sangat ingin sekali sembuh dan sehat seperti anak-anak muda seusiaku. Dan ...." An Zi tampak sedih. "Dan aku juga ingin bisa berlatih ilmu kanuragan seperti para murid itu." An Zi berkata dengan suara lirih. "Tapi, aku ke mari hanya berniat bertemu dengan orang yang sudah menolongku dan bukan untuk berobat, Paman." "Meski demikian, tapi ini juga adalah suatu kebetulan karena orang yang menolongmu itu ternyata juga adalah seorang penyembuh. Jadi, paman la
"Oh!" An Se dan An Zi terkejut. Mereka segera melepaskan genggaman tangan masing-masing. Keduanya pun bergegas menemui Yin Long yang sudah menunggu dengan senyum cerah di wajahnya yang tampan nan cantik. "Maaf, kami berdua terlalu asyik mengobrol di luar. Hampir saja kami melupakan maksud dan tujuan kami ke mari." An Se merasa tidak enak hati terhadap Yin Long. Yin Long menggeleng. "Tidak mengapa. Justru sayalah yang merasa tak enak hati karena telah mengganggu pembicaraan kalian berdua." An Se melambaikan tangan. "Kalau begitu, kita lanjutkan saja di dalam." "Mari!" Yin Long sambil memberi jalan kepada kedua tamunya. Yin Long melangkah masuk ke dalam rumah dan berkata dengan sedikit malu-malu. "Maaf, tempatnya masih sangat berantakan. Mungkin ini tidak layak untuk kalian berdua. Saya akan membereskannya nanti." An Se dan An Zi segera melangkah mengikuti Yin Long. Mereka menebarkan pandangan mata ke seluruh ruangan. Meskipun masih ada beberapa bagian rumah yang rusak,
An Zi tiba-tiba saja merasakan kebingungan tak terkatakan, seakan melihat bayangan-bayangan sebuah peristiwa besar di depan mata. Penglihatan tersebut seperti rekaman kejadian-kejadian pada suatu tempat dan masa yang ia sendiri tidak mengetahui kapan hal itu terjadi. Pegangan tangan An Zi mengendur hingga sisa kue di tangannya pun terjatuh ke lantai. "An Zi, mengapa kamu membuang kuenya?" An Se mengira An Zi sengaja membuang kue merah muda dan membuat hatinya merasa tidak enak terhadap Yin Long. "Apakah kamu tidak menyukainya?" An Zi sendiri terlonjak kaget, menatap kue merah muda yang tergeletak di lantai. "Maaf, Paman. Maaf, Paman Yin. Aku tidak bermaksud membuangnya!" "Lalu kenapa kamu membuangnya?" An Se masih tak memahami ulah An Zi. An Zi menjawab, "Sangat suka. Aku sangat suka kue buatan Paman Yin. Rasa kue itu sangat lezat dan membuatku ingin menangis juga merasa senang dalam waktu bersamaan." An Zi lantas mengambil kue dan hendak memakannya, tapi Yin Long segera d
An Se seketika menoleh ke arah Yin Long dengan tatapan penuh curiga. "Ah Yin, ada apa dengan An Zi? Atau … jangan-jangan, kue itu bermasalah?" Tatapannya semakin tajam ketika sebuah dugaan melintas di benaknya. "Racun!" serunya, tiba-tiba. Tatap tajam mata An Se begitu, menusuk wajah Yin Long. "Apakah kamu menaruh racun di dalam kue ini?" Yin Long tetap tenang, memahami kekhawatiran An Se. Ia menggeleng perlahan sebelum menjawab, "An Se Gege, tenanglah. Jika kue itu beracun, bukankah kamulah yang seharusnya merasakan efeknya terlebih dahulu? Tapi lihatlah, kamu masih baik-baik saja, bukan?" Ia menambahkan dengan nada santai, "Lagipula, aku tidak akan setega itu terhadap orang yang telah begitu baik padaku. Bisa saja ini hanya efek dari penyakitnya." Kata-kata Yin Long beresonansi di benak An Se. 'Benar juga. Jika memang ada yang salah dengan kue itu, akulah yang seharusnya terkena dampaknya terlebih dahulu.' 'Mungkin saja yang ia katakan ada benarnya. Lagipula, bukankah kemarin A
Mata Yin Long berbinar saat menatap benda bulat di hadapannya. Hatinya bergetar, wajahnya menyiratkan kebahagiaan.Bola kristal yang sebelumnya penuh dengan energi liar itu kini tampak jinak, seolah telah menerima kehadiran jiwa Yin Long.Dengan langkah perlahan, pemuda itu mendekat, matanya tak lepas dari permukaan kristal transparan yang berpendar lembut, seiring kilauan warna-warni yang berputar di dalamnya."Kristal Naga Pelangi ini memang milik Yang Mulia Raja," gumamnya lirih. "Baguslah. Tidak sia-sia aku datang ke bumi dan turun dari puncak Gunung Dawu untuk mengikuti aura ini!"Jemari Yin Long tanpa sadar mengepal di sisi tubuhnya, mengamati secara saksama benda bulat yang berpijar indah di hadapannya. Keheningan sejenak menguasai suasana, sebelum mata pemuda itu menangkap adanya bayangan samar muncul di tengah-tengah bola kristal."Ada bayangan!" Alis Yin Long berkerut saat matanya menangkap sesuatu yang membuatnya terk
Hanya dengan membayangkannya saja, hati Yin Long sudah sangat bahagia. Bagaimana jika kelak itu benar-benar terjadi?"Aku akan menunggu hari itu tiba. An Zi dengan wujud Yang Mulia Raja, memangnya siapa yang mampu menandingi keindahan rupanya di dunia ini?" pikir Yin Long.Yin Long pun tersenyum diam-diam. Ia tidak mengetahui bahwa di pihak lain, ada seseorang yang tengah bermuram durja dengan perasaan gelisah.Caihong Xue mendesah pelan, dan suaranya kali ini terdengar lebih lembut. Aura kewibawaan luar biasa menyeruak dari tubuh bayi di dalam bola kristal, membuat Yin Long tanpa sadar menahan napas dalam perasaan haru dan bahagia yang bercampur menjadi satu.Caihong Xue berkata, "Ternyata kamu memanglah jenderalku yang setia. Kamu benar-benar bersedia mengikutiku sampai ke tempat ini. Sayangnya, aku masih belum bisa melakukan apa-apa dengan tubuh fana ini. Inti jiwaku masih lemah dan tidak bisa berbuat banyak untuk sekarang, dan entah sampai kap
"Terjebak di tempat yang gelap, itu pasti ... sangat menyedihkan!" gumam Yin Long dengan perasaan sedih. "Tidak. Aku sama sekali tidak merasa hal itu menyedihkan. Namun, walau jujur saja aku merasakan kehampaan panjang yang aku sendiri tidak mengetahui seberapa lama. Di sana pula aku mencoba untuk memperbaiki keretakan kristal jiwa ini dengan esensi alam yang berhasil kuserap." Sambil berkata, jemari transparan proyeksi jiwa Caihong Xue menyentuh bola kristalnya sendiri. "Esensi alam itu ternyata sangat bermanfaat untuk memperbaiki vitalitas jiwaku, sekaligus merapatkan kembali retakan pada permukaan kristal jiwaku ini." "Baguslah! Hamba sungguh senang mendengarnya." Yin Long merasa lega. Caihong Xue kembali menghela napas. "Untung saja aku akhirnya dapat keluar dari tempat itu setelah terjadi ledakan dahsyat yang berhasil memecah ruang gelap tersebut. Dan ternyata, selama itu aku terjebak di dalam perut gunung berapi." "Pada saat itulah, ternyata itu adalah malam yang sudah kutu
Caihong Xue menatap Yin Long, seolah ragu untuk mengatakannya. "Aku membutuhkan Buah Penguat Jiwa." "Buah Penguat Jiwa?" Yin Long bergumam. Caihong Xue berkata, "Saat ini kekuatanku masih terlalu lemah karena tubuh manusia fana yang menjadi wadah bagi jiwaku tidak memiliki cukup kekuatan untuk menerima energi inti naga mutlakku. Jalan satu-satunya, An Zi harus berlatih kultivasi dan mengkonsumsi Buah Penguat Jiwa agar jiwaku dan tubuh An Zi, bisa menyatu secara sempurna." "Oh, jadi begitu rupanya." Yin Long mengangguk, tanda mengerti. "Yang Mulia, jika demikian, mohon berilah petunjuk mengenai buah itu. Seperti apa ciri bentuknya dan tumbuh di mana. Barangkali Anda mengetahuinya." "Tentu saja aku mengetahuinya." Caihong Xue menjelaskan lebih lanjut, "Saat aku terjebak di tempat gelap, ternyata aku bisa bertahan dikarenakan esensi alam yang kudapatkan berasal dari sebatang pohon tua yang mungkin berusia seribu tahun." Yin Long mendengarkan dengan saksama, menghafalkan setiap uc
Beberapa hari kemudian, di Lembah Pakisan.Kabut tipis menggulung pelan di atas aliran Sungai Seruling, menelusup ke celah-celah dedaunan pakis yang tumbuh liar di sepanjang lereng lembah.Malam telah turun, menyelubungi langit dengan jubah kebiruan gelap. Nyala lentera-lentera dari kertas berwarna merah keemasan di Paviliun Bunga Kertas tampak bergoyang lembut diterpa angin lembah.Di dalam paviliun, An Se duduk bersila di atas tikar anyaman bambu, mengenakan jubah dalam warna hijau pinus dengan sulaman awan di ujung lengan. Di hadapannya mengepul secangkir teh hangat, aroma melatinya lembut, bercampur dengan harum kayu cendana dari dupa yang terbakar di sudut ruangan, sedangkan tangannya sibuk menata bidak-bidak catur bulat pipih warna hitam di atas papan berbentuk bujur sangkar.Suar seseorang terdengar dari belakang An Se. "Tuan Besar, Tuan Muda Yin ada di sini. Katanya ada sesuatu yang ingin dibicarakan dengan Tuan Besar." "Suruh dia masuk," kata An Se dengan suara tenang."Bai
Hei Fu Long langsung mengerti. Wanita itu mengambil guci tempat arak dan menuangkannya hingga hampir penuh ke dalam cawan di tangan suaminya. "Silakan, Yang Mulia." Pangeran Hei Xin Long hanya mengangguk dengan anggun. Para prajurit naga hitam segera bangkit dari bersujudnya dan berdiri berbaris dengan wajah yang sedikit lebih baik."Baiklah. Untuk masalah kegagalan para prajurit bisa kita bahas di lain waktu. Aku masih bisa memberikan toleransi kepada mereka. Sekarang, kami hanya ingin mengetahui tentang keberadaan Hei Xian, putra kami." Hei Mo mengepalkan kedua tangannya. "Menjawab pertanyaan dari Yang Mulia, sebenarnya kami memberanikan diri untuk kembali, itu karena kami membawa sebuah berita penting." "Berita penting?" Pangeran Hei Xin Long mengernyitkan dahinya. "Sepenting apa berita itu, dan apa adakah kaitannya dengan Xian'er kami?"Semua orang juga merasa penasaran hingga mereka menahan napas."Berita penting apakah itu, lalu di manakah Pangeran kalian?" Pangeran Hei Xin
"Pangeran merencanakan sesuatu yang berbahaya," ucap Hei Mo disertai keringat dingin yang membuat tubuhnya gemetar."Ah Xian! Apa yang direncanakan olehnya?" Hei Fu Long sangat khawatir. "Kamu tenanglah dulu, Fu'er!" Pangeran Hei Xin Long mengingatkan. Hei Fu Long menatap Pangeran Hei Xin Long, ekspresi wajahnya terlihat cemas. "Yang Mulia ...." Pangeran Hei Xin Long menggeleng dan berkata, "Lanjutkan!""Baik, Yang Mulia." Hei Mo melanjutkan, "Semula kami hanya mengawasi dari jauh apa pun yang dilakukan oleh Yang Mulia Pangeran, sampai akhirnya kami kehilangan jejaknya untuk sementara waktu.""Kehilangan jejak?" Alis Pangeran Hei Xin Long berkerut, lalu bertanya, "Sepertinya kalian baru saja bertarung dengan orang yang bisa membuat kalian kewalahan dan menjadi seperti ini.""Itu memang benar, Yang Mulia," ucap Hei Mo dengan rasa was-was hingga kepalanya ditunjukkan dengan cukup dalam. "Dan kami ... kalah." "Susah kuduga. Jika kalian baru saja bertarung dan kalah, lalu mengapa kali
Pangeran Hei Xin Long mengangkat kepalanya dari sandaran kursi. Wajahnya terlihat buruk. "Jika ada cara untuk menembus segel sialan itu, maka sudah sejak lama aku pasti akan melakukannya!"Nada suara Pangeran Hei Xin Long terdengar emosi. Ekspresi wajahnya bahkan langsung berubah dari hanya kesal menjadi marah. "Jangankan untuk menghancurkan pagar pelindung itu, sedangkan menyentuhnya saja kita tidak bisa!"Melihat gelagat tidak baik, Tetua Hei Ji merasa hatinya bergetar. Dia buru-buru berkata yang bersifat menenangkan. "Yang mulia mohon tenanglah, saya yakin pasti akan ada cara untuk mengatasi masalah ini.""Kalau begitu, sebaiknya Anda segera memikirkan caranya. Aku tidak mau tahu bagaimana cara Tetua melakukannya, dan aku hanya ingin Anda berhasil mendapatkan cara untuk mendobrak pagar pelindung di atas lembah itu." Pangeran Hei Xin Long berkata sembari mengibaskan tangan hingga kain lengan jubahnya bergerak, menimbulkan desir angin.Tetua Hei
Hei Fu Long segera bangkit dan berjalan ke arah Pangeran Hei Xin Long. Wanita itu kembali menggamit lengan Pangeran Hei Xin Long dengan mesra, lalu berucap dengan suara lembut. "Kami semua mengerti akan perasaan Anda, Yang Mulia. Tentu saja kita harus merebut kristal jiwa itu meski harus membunuh anak itu. Sekarang kita hanya perlu sedikit bersabar dan berusaha lagi." Hei Fu Long tentu saja mengetahui, jika orang semacam ini tidak mudah diluluhkan. Namun, dia tetap melakukannya meski mungkin Sang Penasihat Agung ini tidak terlalu menganggap ucapannya adalah hal yang penting. "Hamba tahu kalau masalah ini tidak dapat diabaikan. Raja Klan Naga Hitam harus secepatnya dibangunkan agar kita semua kembali memiliki pemimpin yang sesungguhnya. Atau ... bagaimana jika hamba juga turun tangan dan melihat formasi yang melindungi lembah itu?" Hei Xin Long tidak menjawab ataupun menepis pegangan tangan istrinya dan membi
Saat ini, Pangeran Hei Xin Long merasa perih dalam hati. "Bertahun-tahun. Ini sudah bertahun-tahun, bahkan kita di sini sudah lebih dari dua ratus tahun dalam pencarian kristal jiwa raja naga keparat itu, Fu'er!" Pangeran Hei Xin Long menatap wajah wanita cantik di sampingnya dengan pandangan yang sulit diartikan. "Dan waktu kita sudah tidak banyak lagi. Tubuh Hei Wang tidak bisa terus ditempatkan di dalam peti giok hitam itu untuk selamanya." Tetua lain berseru, "Benar sekali apa yang dikatakan oleh Anda, Yang Mulia. Meskipun peti giok itu dapat mempertahankan tubuhnya, tetapi juga dapat menyerap habis vitalitas dan daya kekuatan Yang Mulia Raja. Dan kalaupun Yang Mulia Raja bisa dibangunkan kelak, mungkin dia sudah tidak memiliki kekuatan seperti semula." Kepala Pangeran Hei Xin Long semakin terasa sakit. "Jadi, ternyata peti giok hitam itu tetap ada akibat buruknya juga?" tanya Jenderal Hei Kun Long. "Jika aku tidak memikirkan hal itu, maka aku tidak akan terlalu terburu
"Pangeran Hei Xian dapat mendeteksi kristal naga pelangi dalam diri seseorang?" tanya Tetua Hei Sheng dengan ekspresi terkejut. "Bagaimana mungkin?" Mendengar pertanyaan ini, Hei Fu Long menjadi gelisah, takut jika identitas putra kesayangannya terbongkar. Ia melirik sekilas ke arah Pangeran Hei Xin Long yang tetap tak bergerak dari tempatnya. 'Bagaimana ini?' tanya Hei Fu Long dalam hati dan ia semakin merasa khawatir. 'Yang Mulia, tolong katakan sesuatu!' Tetua Hei Sheng memandang ke arah Pangeran Hei Xin Long, lalu bertanya dengan ekspresi penasaran. "Yang Mulia, benarkah apa yang dikatakan Jenderal Hei Xiang tentang Pangeran Hei Xian?" Sebelum menjawab, Pangeran Hei Xin Long meneguk sisa minumannya. "Benar." Semua orang yang baru saja mendengar hal ini pun dibuat terkejut. Pangeran Hei Xin Long melanjutkan ucapannya dengan sikap tenang. "Meskipun dia sedikit nakal tetapi putraku memiliki kemampuan langka yang tidak dimiliki oleh orang biasa. Itu memang keistimewaann
Yin Long teringat ketika dirinya menembus portal cahaya yang membawanya ke bumi. Pintu masuk dan keluar antara alam bumi dan alam langit itu terlalu jauh dari tempatnya sekarang ini. 'Baiklah, untuk masalah ini akan aku bicarakan dengan Senior Zi Wu saat aku bertemu dengannya. Dia lebih berpengalaman tentang kehidupan di sini.' Yin Long merapikan penampilan Bai Xian dan menutup tubuhnya dengan sehelai selimut tipis.Ia memerhatikan sekali lagi wajah tampan nan cantik yang masih tertidur pulas sambil menyentuh dagunya sendiri. Ada kilasan kecantikan Ratu Bai Hua, ada pula lintasan bayangan wajah Yang Mulia Raja Klan Naga Putih, Caihong Xue. Kedua rupa indah itu seakan menyatu dalam wajah Bai Xian yang masih dalam pengaruh mantra penidur. Yin Long merasa pusing dengan penglihatannya. Ia bahkan mengutuki ilusi yang terus saja melintas tanpa henti hingga tubuhnya sedikit terhuyung. Semakin dilihat secara saksama, kian terlihat nyata pula
Pria muda itu kemudian bergegas ke ruangan lain dan berniat segera menyiapkan beberapa hidangan makan malam ala kadarnya untuk disantap mereka berdua. Sesampainya di dapur, Yin Long langsung mengeluarkan barang-barang yang disimpan di dalam sabuk ruang, seperti bahan obat dan mainan yang rencananya akan diberikan kepada An Zi. Sabuk ruang milik Yin Long adalah suatu tempat penyimpanan gaib yang memiliki daya tampung cukup besar. Benda ini semacam alam kecil yang tercipta pada sabuk keramat miliknya. Ukurannya sendiri bisa dikatakan sangat luas hingga bisa menampung banyak sekali benda. Ini adalah benda dari Alam Naga Langit, sebuah dimensi lain tempatnya dirinya berasal dan barang semacam ini tentu saja sangat jarang ada di bumi pada zaman ini. Yin Long tersenyum sendiri saat memainkan benda bulat dari kayu yang sekarang berputar di atas meja. Dia bergumam, "An Zi dan Rakandaru pasti senang dengan mainan ini. Rasanya sangat