Perpaduan apik antara shock, kelelahan, dan kesakitan yang teramat hebat membuat Citra tidak dapat menanggungnya lebih lama dan akhirnya tumbang ke bumi. Erian yang menyaksikan langsung bagaimana wanita yang mengandung anaknya pelan-pelan melepaskan tangan dari perutnya dan jatuh ke sisi kanan tubuhnya dengan mata terpejam sontak diselimuti kepanikan tingkat gawat. “Citra! Tidak! Tidak! Citra!” Erian berteriak. Tangannya mengguncang-guncang pundak Citra kuat-kuat sebagai upayanya menyadarkan wanita itu. Setelah beberapa saat dan hasilnya tidak ada, Erian pun mengangkat kepalanya menatap seantero lahan kosong yang remang-remang, mencari keberadaan Nadi, rekan polisinya, dan paramedis yang tadi datang untuk membawa tubuh sopir taksi yang malang.“Tolong! Tolong! Ada yang tidak sadarkan diri di sini! Tolong!” Karena tidak menemukan siapa pun, Erian kemudian berdiri dan memanggil-manggil. Tapi, tidak ada satu pun orang yang menyahuti panggilannya ataupun memunculkan diri. Erian mendecih.
“Hei, ada telpon!”Tapi, Orion seperti tidak mendengar omongan si polisi yang bertugas menjaganya di ruang tahanan itu. Posisi duduknya tidak berubah sesenti pun, kepalanya masih bersandar di pojok sel dengan tatapan menerawang yang kosong, sedangkan kedua tangannya sibuk mendekap lutut. Orion sudah mempertahankan pose itu sejak dini hari tadi sebab tidak bisa tidur memikirkan kenyataan yang semalam disodorkan oleh Ulfa padanya.“Hei, kamu dengar tidak, sih? Ada telpon untukmu, nih. Ponselmu bunyi terus dari tadi, bikin berisik saja. Bikin orang tidak bisa istirahat. Lagipula, seharusnya ponselmu dimatikan. Tapi, atasan memintaku membiarkannya dan mengizinkanmu berkomunikasi. Enak sekali hidup kalian, di tahanan pun masih bisa telponan,” omel si polisi, tangannya mengangsurkan benda pipih yang memekik-mekik nyaring.Mendengar bunyi ponselnya yang khas, Orion seperti tersadarkan dari lamunannya yang kelewat panjang. Ia kemudian mengangkat kepalanya dari dinding, melepaskan lututnya dar
Sinar matahari yang menyusup melalui jendela yang terbuka mengenai wajah Citra sekaligus membangunkannya. Wanita itu pun membuka mata dan mengerjap-ngerjapkannya beberapa kali demi beradaptasi dengan keberadaan cahaya terang itu. Setelah penglihatannya sudah terbiasa, Citra menyadari jika ia tengah terbaring di ruangan yang dirasanya tidak asing, tapi tidak berada di rumah keluarga Indrayana tempatnya berdiam selama ini.Tiba-tiba, rasa sakit di perutnya mendadak terasa. Refleks, Citra menggerakkan tangan untuk menyentuh bagian tubuhnya itu. Saat itulah Citra melihat selang infus yang menjalar dari punggung tangannya ke tiang di sebelah brankarnya dan seketika paham kalau dirinya sedang dirawat di Rumah Sakit Ryha, lagi.“Aduh!” Citra spontan menjerit sebab sakit di perutnya menyerang kembali. Mungkinkah efek dari ledakan semalam baru dirasanya hari ini? Tapi, ia tidak merasa membentur sesuatu saat berlari keluar dari taksi ketika si pemuda yang tangannya sudah dijepit kaca jendela mo
“Ap- apa?”Bik Yuli yang baru saja akan mengetuk pintu geser ruang perawatan Citra refleks menutup mulutnya kemudian memberikan tatapan tidak percaya pada Orion yang berdiri di sampingnya, diapit oleh Nadi dan Kun. Tidak tahu harus melakukan apa dengan informasi mengerikan yang barusan didengarnya, Bik Yuli mundur dan duduk di bangku besi panjang yang terdapat di koridor itu.Di belakang Orion, Nadi dan Kun saling melempar pandang bingung. Bukan sambutan seperti ini yang mereka harapkan saat atasan mereka mengizinkan Orion menjenguk istrinya di rumah sakit dengan pengawalan. Seandainya saja mereka terlambat atau datang beberapa menit lebih cepat, situasi tidak terduga seperti ini mungkin bisa mereka hindari. Sekarang, mereka hanya bisa berharap tidak akan ada perkelahian hebat setelah ini.Orion sendiri tiba-tiba tidak bisa memfungsikan otaknya. Pikirannya mendadak macet, menolak bekerja. Semua keriangan yang tadi bercokol di dirinya telah punah. Omongan yang melompat keluar dari mulu
Pengusaha Ternama Ryha Diduga Selingkuh dengan Menantu SendiriSalah seorang pengusaha hotel ternama di Kota Ryha yang berinisial EI diduga berselingkuh dengan menantunya sendiri yang merupakan seorang publik figur berinisial CN. Berdasarkan pengakuan CN yang ditemui langsung semalam, perselingkuhan itu terjadi sejak setahun yang lalu. Bahkan, menurut CN, dia sempat mengandung anak EI tapi baru-baru ini keguguran akibat perbuatan EI sendiri.Brrraaakkk!Erian melempar tablet di tangannya ke dinding tanpa perasaan sampai benda malang yang mahal itu berserakan di lantai. Sekretarisnya, Tera, terpaksa memunguti serpihan itu dalam diam kemudian tergesa-gesa melipir dari ruangan Erian, khawatir menjadi sasaran kemurkaan selanjutnya.“Sialan, sialan! Citra sialan!” Erian meraung marah. Kali ini sambil menyapu seluruh barang yang tergeletak di meja kerja dengan tangannya. Inilah sebabnya para pegawai dan tamu hotel memberinya tatapan jijik saat ia baru tiba di hotel beberapa menit sebelumnya
“Di mana pasien yang dirawat di ruangan ini?”Pertanyaan Erian yang terlontar keluar ruang perawatan lewat pintu yang terbuka tertangkap oleh telinga Citra yang tengah bersembunyi di salah satu belokan koridor tidak jauh dari situ. Untung saja ia sempat melihat mobil mahal ayah mertuanya memasuki halaman rumah sakit sehingga Citra masih punya waktu untuk melakukan penyelamatan diri.Citra tahu pasti jika pilihannya untuk mengekspos hubungan terlarangnya akan membuat Erian murka semurka-murkanya. Sebab itu, begitu reporter yang mewawancarainya semalam pulang dari rumah sakit, Citra langsung meminta Bik Yuli untuk membereskan semua pakaian dan benda-benda miliknya di rumah keluarga Indrayana. Ia sudah tidak punya alasan lagi untuk tinggal di tempat itu, toh suaminya juga ada di penjara.Tadi pagi, Bik Yuli sudah melapor padanya kalau semua barang-barangnya di rumah sudah dipak, tinggal diangkut ke tempat yang aman. Tapi, di manakah tempat yang aman itu? Citra tidak tahu. Atau lebih tepa
Dokter Lavin menunggu reaksi Erian dengan agak tegang atas ucapannya yang provokatif barusan. Sebenarnya, ia tidak bermaksud akan berbicara selancang itu pada pria berpengaruh yang baru dua kali ia temui. Tapi, entah karena alasan apa, Dokter Lavin merasa ingin membalas Erian karena sudah memperlakukan Citra dengan buruk semalam di depan matanya.Erian maju selangkah. Wajahnya memerah menahan amarah yang membuncah. “Jaga ucapan Anda, Dokter Lavin. Kalau saya mau, saya bisa menghancurkan hidup Anda kapan pun. Lebih baik Anda tidak macam-macam dengan orang yang tidak bisa Anda tangani. Semua yang dikatakan Citra dalam artikel itu adalah bohong, dan saya akan pastikan wanita itu menerima balasannya karena sudah berani mencemari nama baik saya. Jadi, saya sarankan Anda bertindak bijaksana dengan tidak ikut campur.”Refleks, Dokter Lavin mengepalkan tinjunya di kedua sisi tubuhnya dan sudah berpikir akan mendaratkan salah satu pukulannya ke pipi Erian. Namun, akal sehatnya masih menahannya
“Sepertinya Dokter Hardi sudah menyuruh staf rumah sakit ini untuk mencariku,” ujar Citra dengan suara teredam karena mengenakan masker. Ia baru saja membuka pintu untuk mengamati sekali lagi situasi di luar sebelum beraksi. “Lihat itu, banyak perawat dan petugas keamanan yang mondar-mandir sambil celingukan. Bagaimana kalau kita sampai ketahuan, Lavin?”Seraya ikut mengintip di belakang Citra, Dokter Lavin menjawab. “Kalau begitu, kita akan ketahuan.” Reaksi yang sama sekali tidak ramah itu membuatnya mendapat tatapan tajam dari wanita itu. Sebab itu, Dokter Lavin terpaksa mengklarifikasi. “Maksudku bukan begitu, Citra. Aku hanya mau bilang, kalau kamu berpikiran seperti itu, maka itu yang akan terjadi. Berusahalah santai dan bersikap wajar.”“Baiklah, aku akan berusaha. Lagipula, Dokter Hardi tidak tahu kalau kita saling kenal, kan? Jadi, beliau tidak akan curiga kalau misalnya kita bertemu dengannya,” kata Citra yang berupaya menghilangkan nada tegang dalam suaranya. Ia kemudian be