Begitu mendengar lengkingan Citra beberapa meter di depannya, jantung Dokter Lavin tanpa diminta berdebar gila-gilaan mengantisipasi apa yang akan ditemukannya nanti. Ia pun mengeratkan pegangan pada tubuh Belinda di punggungnya dan meminta anaknya mendekapnya kuat-kuat kemudian berlari menyusuri lahan kosong gelap yang terhampar dengan hanya mengandalkan penerangan dari senter ponselnya.Segera saja cahaya di tangannya menangkap pemandangan yang sama sekali tidak menyenangkan: tubuh si sopir terkapar dalam posisi tertelungkup dengan Citra yang bersimpuh di sampingnya, berupaya keras membaliknya dengan tenaganya sebagai sesama korban yang tidak seberapa. Dokter Lavin lalu menurunkan Belinda dari gendongan dan mengambil alih hal yang tadi dilakukan Citra dan berhasil.Sambil berdoa dalam hati, meminta agar si sopir baik-baik saja dan cuma tidak sadarkan diri, Dokter Lavin mulai memeriksa nadi di lengan dan leher kemudian dilanjutkan dengan mendengarkan detak jantung. Tapi, ia tidak bis
“Suaranya dari arah sana. Cepat! Cepat!”Erian diam-diam mengikuti Nadi dan rekan-rekannya dari belakang menuju arah teriakan Citra yang baru saja terdengar, mengabaikan omongan Nadi yang menyuruhnya menunggu di ambulans saja. Enak saja, pikir Erian tidak terima, ia tidak akan membiarkan Dokter Lavin dan Citra memiliki waktu bersama-sama lebih banyak. Mungkin ini kedengarannya tidak masuk akal, tapi entah kenapa, sejak awal bertemu dengan Dokter Lavin, Erian punya perasaan aneh jika pria yang sudah memiliki anak itu merupakan ancaman baginya. Semestinya Erian tidak berpikir seperti itu, terlebih ia sudah melihat kalau Dokter Lavin sudah ada yang punya. Namun, bukankah Erian sendiri telah mempunyai Henny di sisinya saat dirinya bermain api dengan Citra? Jadi, bukan tidak mungkin jika Dokter Lavin juga melakukan hal yang sama.Ketika sampai di lokasi tubuh si sopir ditemukan dan mendapati pemandangan yang sanggup membuat amarahnya menggelegak, Erian tahu kalau instingnya benar. Jika d
Perpaduan apik antara shock, kelelahan, dan kesakitan yang teramat hebat membuat Citra tidak dapat menanggungnya lebih lama dan akhirnya tumbang ke bumi. Erian yang menyaksikan langsung bagaimana wanita yang mengandung anaknya pelan-pelan melepaskan tangan dari perutnya dan jatuh ke sisi kanan tubuhnya dengan mata terpejam sontak diselimuti kepanikan tingkat gawat. “Citra! Tidak! Tidak! Citra!” Erian berteriak. Tangannya mengguncang-guncang pundak Citra kuat-kuat sebagai upayanya menyadarkan wanita itu. Setelah beberapa saat dan hasilnya tidak ada, Erian pun mengangkat kepalanya menatap seantero lahan kosong yang remang-remang, mencari keberadaan Nadi, rekan polisinya, dan paramedis yang tadi datang untuk membawa tubuh sopir taksi yang malang.“Tolong! Tolong! Ada yang tidak sadarkan diri di sini! Tolong!” Karena tidak menemukan siapa pun, Erian kemudian berdiri dan memanggil-manggil. Tapi, tidak ada satu pun orang yang menyahuti panggilannya ataupun memunculkan diri. Erian mendecih.
“Hei, ada telpon!”Tapi, Orion seperti tidak mendengar omongan si polisi yang bertugas menjaganya di ruang tahanan itu. Posisi duduknya tidak berubah sesenti pun, kepalanya masih bersandar di pojok sel dengan tatapan menerawang yang kosong, sedangkan kedua tangannya sibuk mendekap lutut. Orion sudah mempertahankan pose itu sejak dini hari tadi sebab tidak bisa tidur memikirkan kenyataan yang semalam disodorkan oleh Ulfa padanya.“Hei, kamu dengar tidak, sih? Ada telpon untukmu, nih. Ponselmu bunyi terus dari tadi, bikin berisik saja. Bikin orang tidak bisa istirahat. Lagipula, seharusnya ponselmu dimatikan. Tapi, atasan memintaku membiarkannya dan mengizinkanmu berkomunikasi. Enak sekali hidup kalian, di tahanan pun masih bisa telponan,” omel si polisi, tangannya mengangsurkan benda pipih yang memekik-mekik nyaring.Mendengar bunyi ponselnya yang khas, Orion seperti tersadarkan dari lamunannya yang kelewat panjang. Ia kemudian mengangkat kepalanya dari dinding, melepaskan lututnya dar
Sinar matahari yang menyusup melalui jendela yang terbuka mengenai wajah Citra sekaligus membangunkannya. Wanita itu pun membuka mata dan mengerjap-ngerjapkannya beberapa kali demi beradaptasi dengan keberadaan cahaya terang itu. Setelah penglihatannya sudah terbiasa, Citra menyadari jika ia tengah terbaring di ruangan yang dirasanya tidak asing, tapi tidak berada di rumah keluarga Indrayana tempatnya berdiam selama ini.Tiba-tiba, rasa sakit di perutnya mendadak terasa. Refleks, Citra menggerakkan tangan untuk menyentuh bagian tubuhnya itu. Saat itulah Citra melihat selang infus yang menjalar dari punggung tangannya ke tiang di sebelah brankarnya dan seketika paham kalau dirinya sedang dirawat di Rumah Sakit Ryha, lagi.“Aduh!” Citra spontan menjerit sebab sakit di perutnya menyerang kembali. Mungkinkah efek dari ledakan semalam baru dirasanya hari ini? Tapi, ia tidak merasa membentur sesuatu saat berlari keluar dari taksi ketika si pemuda yang tangannya sudah dijepit kaca jendela mo
“Ap- apa?”Bik Yuli yang baru saja akan mengetuk pintu geser ruang perawatan Citra refleks menutup mulutnya kemudian memberikan tatapan tidak percaya pada Orion yang berdiri di sampingnya, diapit oleh Nadi dan Kun. Tidak tahu harus melakukan apa dengan informasi mengerikan yang barusan didengarnya, Bik Yuli mundur dan duduk di bangku besi panjang yang terdapat di koridor itu.Di belakang Orion, Nadi dan Kun saling melempar pandang bingung. Bukan sambutan seperti ini yang mereka harapkan saat atasan mereka mengizinkan Orion menjenguk istrinya di rumah sakit dengan pengawalan. Seandainya saja mereka terlambat atau datang beberapa menit lebih cepat, situasi tidak terduga seperti ini mungkin bisa mereka hindari. Sekarang, mereka hanya bisa berharap tidak akan ada perkelahian hebat setelah ini.Orion sendiri tiba-tiba tidak bisa memfungsikan otaknya. Pikirannya mendadak macet, menolak bekerja. Semua keriangan yang tadi bercokol di dirinya telah punah. Omongan yang melompat keluar dari mulu
Pengusaha Ternama Ryha Diduga Selingkuh dengan Menantu SendiriSalah seorang pengusaha hotel ternama di Kota Ryha yang berinisial EI diduga berselingkuh dengan menantunya sendiri yang merupakan seorang publik figur berinisial CN. Berdasarkan pengakuan CN yang ditemui langsung semalam, perselingkuhan itu terjadi sejak setahun yang lalu. Bahkan, menurut CN, dia sempat mengandung anak EI tapi baru-baru ini keguguran akibat perbuatan EI sendiri.Brrraaakkk!Erian melempar tablet di tangannya ke dinding tanpa perasaan sampai benda malang yang mahal itu berserakan di lantai. Sekretarisnya, Tera, terpaksa memunguti serpihan itu dalam diam kemudian tergesa-gesa melipir dari ruangan Erian, khawatir menjadi sasaran kemurkaan selanjutnya.“Sialan, sialan! Citra sialan!” Erian meraung marah. Kali ini sambil menyapu seluruh barang yang tergeletak di meja kerja dengan tangannya. Inilah sebabnya para pegawai dan tamu hotel memberinya tatapan jijik saat ia baru tiba di hotel beberapa menit sebelumnya
“Di mana pasien yang dirawat di ruangan ini?”Pertanyaan Erian yang terlontar keluar ruang perawatan lewat pintu yang terbuka tertangkap oleh telinga Citra yang tengah bersembunyi di salah satu belokan koridor tidak jauh dari situ. Untung saja ia sempat melihat mobil mahal ayah mertuanya memasuki halaman rumah sakit sehingga Citra masih punya waktu untuk melakukan penyelamatan diri.Citra tahu pasti jika pilihannya untuk mengekspos hubungan terlarangnya akan membuat Erian murka semurka-murkanya. Sebab itu, begitu reporter yang mewawancarainya semalam pulang dari rumah sakit, Citra langsung meminta Bik Yuli untuk membereskan semua pakaian dan benda-benda miliknya di rumah keluarga Indrayana. Ia sudah tidak punya alasan lagi untuk tinggal di tempat itu, toh suaminya juga ada di penjara.Tadi pagi, Bik Yuli sudah melapor padanya kalau semua barang-barangnya di rumah sudah dipak, tinggal diangkut ke tempat yang aman. Tapi, di manakah tempat yang aman itu? Citra tidak tahu. Atau lebih tepa