Bandara sepagi ini cukup ramai, padahal masih hari kerja. Jumat malam, Adam mau tak mau memasukkan bubuk tidur untuk Irene. Ia harus membawa Irene menuju bandara sekitar pukul 2 dini hari. Tanpa sepengetahuan Irene, mereka akan pergi ke Bali untuk bulan madu. “Kuharap dia nggak akan marah. Ini semua ide Darren,” harap Adam sambil melirik ke kursi pesawat di sampingnya, di mana Irene masih terlelap. Pria itu tengah merasa bersalah. Ia seperti sedang menjebak Irene saat ini. "Tapi kata Darren, Irene pasti menolak kalau dia tahu aku akan membawanya bulan madu."Lagi, ia menyalahkan Darren. “Padahal aku berniat membahas ini dengan Irene. Aku tidak ingin memaksanya.”Tak tahu harus bersikap bagaimana saat Irene bangun nanti, Adam semakin pusing dibuat. “Harusnya aku hentikan saja rencana Darren kemarin,” gerutu Adam. Detik berikutnya, Adam seolah tersadar kalau ia bertingkah aneh, dengan memperhatikan perasaan Irene. Batinya, “Ugh! Kenapa juga aku jadi mempertimbangkan perasaan Irene
Setelah berkendara cukup lama, mobil yang membawa Irene dan Adam berhenti di depan sebuah bangunan minimalis yang cukup menarik perhatian Irene. Desainnya sederhana tapi tetap terkesan mewah. “Wow. Ini vilanya?” gumam Irene sambil mengamati setiap detail. Vila itu memiliki taman kecil yang cantik. Persis seperti keinginan Irene sejak dulu—punya rumah kecil hanya satu lantai dengan taman mungil. Adam merasa puas melihat Irene senang dengan vilanya. Ia kemudian menepuk punggung gadis itu dan berkata, “Masuk dan istirahat dulu. Ada yang akan menyiapkan makanan nanti.”“Oh … aku berarti belum mandi ya?”Adam mendengus geli. “Menurutmu?”Irene hanya cekikikan saja mendengar Adam tetap merespon hal-hal kecil yang ia utarakan. Sementara masing-masing mereka beristirahat, para staf rumah tangga sibuk menyiapkan hidangan dan beragam makanan ringan untuk majikan mereka.Irene pun tidak tanggung-tanggung. Ia menikmati waktu sendirinya dengan berendam di bak kamar mandi. “Ah … aku bisa dengar
“Ayo!” seru Irene dengan wajah sumringah. Mereka pun segera menuju ke belakang vila dan menikmati pemandangan pantai. Irene tidak menyangka akan menemukan restoran di pinggir pantai yang cukup ramai dengan pengunjung. “Apa kita boleh makan di sana?” tanya Irene penasaran. Adam mengangguk. “Boleh. Mungkin sarapan besok pagi kita bisa coba makan di sana.”“Oke!”Setelah puas menikmati pasir pantai, mereka kembali ke dalam vila. Bersamaan dengan datangnya pakaian untuk Irene. Tidak ada yang menyadari bahwa seseorang sepertinya mengenali Irene dari kejauhan. Walau sepertinya, orang tersebut tidak yakin dengan apa yang dilihatnya.Dan karena hari ini hari pertama Irene dan Adam dalam satu rumah berdua saja, Adam memutuskan untuk tidak menyentuh Irene. Ia memberi waktu bagi Irene untuk mempersiapkan dirinya. Malam itu, Irene ternyata tidak bisa terlelap. Deburan ombak yang siang tadi terasa nyaman didengar, kini seperti suara yang menakutkan. Ia memutuskan untuk mendengarkan musik deng
Keesokan paginya, Irene terbangun dengan mata membelalak dan tubuh kaku.Bukan karena kerasukan, tetapi karena ia langsung menyadari kalau Adam masih ada di sampingnya. Memeluk Irene seolah itu adalah hal biasa.“Mati aku! Posisi apa ini?! Apa semalam terjadi sesuatu? Tapi aku nggak ingat,” pekik Irene panik dalam pikirannya. Ia mencoba mengingat-ingat tapi sepertinya tidak ada hal lain yang mereka lakukan selain …“Kissed! Aku dan Adam ci-” Netra Irene semakin terbuka lebar setelah mengingat apa yang terjadi semalam. Ia bahkan tidak berani menyebut kata itu walau hanya dalam benaknya. “Sudah bangun setelah meninggalkanku semalam, hm?” sindir Adam yang sebenarnya sejak tadi sudah bangun dan memilih menikmati pagi di sisi Irene. Padahal ia tidak berniat bersikap lembut seperti ini, tetapi melihat wajah lelap Irene yang tanpa beban itu membuatnya ingin berada di sana, menyaksikan gadis itu bangun dari tidurnya. Siapa sangka, setelah Irene terbangun, gadis itu malah sibuk membuat ban
Tanpa ragu gadis itu mengambil sendok tebal yang ia gunakan untuk makan dan melempar ke arah wajah mantan tunangannya itu. “Argh! Perempuan barbar!” raung Jeremy yang langsung mengangkat tangannya untuk melepas tamparan pada Irene. Untungnya, Regan datang tepat waktu. Sang bodyguard itu langsung mencengkram pergelangan tangan Jeremy, sehingga tidak sampai mengenai majikan perempuannya itu. “Berani sekali menyentuh Nona Irene!” bentak Regan sambil memelototi Jeremy. Ia mendorong dengan keras tubuh Jeremy hingga terjerembab ke belakang. Semua orang yang ada di restoran itu pun langsung terkesiap. Pemilik restoran pun tak berani melerai, karena ia mengenal Regan yang adalah anak buah Adam. Namun, sepertinya para pengunjung itu malah mengatisipasi adanya perkelahian antara dua pria yang memperebutkan seorang wanita.Pria pengecut yang sudah menjual seluruh harta warisan Irene itu terlihat ketakutan. Namun, ia masih sempat mengejek Irene, katanya, “Ha! Kau bahkan menjual diri pada ber
“Ah … maaf, Pak Adam. Saya sepertinya tidak enak badan,” ujar Irene beralasan. Ia tetap membuka lebar pintu kamarnya, memberi kode bahwa Adam bebas masuk ke kamar itu sesukanya. Dan lagi, Adam pasti tidak mau menyia-nyiakan kesempatan bulan madu itu. Hanya saja, Irene benar-benar tidak bisa mengakomodasi apapun kebutuhan Adam .Adam kemudian mengekor di belakang Irene dan duduk di samping gadis itu, di pinggir tempat tidur. Dengan kepala tertunduk, Irene berkata, “Saya akan coba bayar sebagian dari uang bulan madu ini—”“Irene. Nggak usah dipikirin soal bulan madu.” Adam menepuk pundak Irene meyakinkan bahwa saat ini ia tidak ingin membebani gadis itu dengan urusan bulan madu. Netra Irene berkaca-kaca mendengar ucapan Adam. Ia tidak pernah berpikir bahwa pria itu akan berkata demikian. Sebenarnya, berat juga baginya untuk membayar biaya bulan madu yang pasti tidak murah ini.Irene semakin tersentuh ketika Adam bersikap manis dengan mengatakan, “Kalau–uhm … kalau kau butuh sesuatu
Satu minggu setelah bulan madu mereka. Jeremy tidak berhasil ditangkap, karena ternyata ia langsung pergi dari sana untuk menghindari Irene menanyakan perihal rumah dan tanah yang ia jual. Saat ia muncul di hadapan Irene, ia berpikir bahwa Irene adalah perempuan lemah. Jadi, ketika Irene malah melawan dan bahkan melakukan kekerasan, Jeremy sadar bahwa gadis itu tidak bisa disepelekan.Lagipula, tidak ada tanda-tanda akan menggugat Irene perkara kekerasan dengan melempar sendok besi itu. Jelas, Jeremy tahu kalau dia juga akan ikut terseret kalau sampai membawa-bawa pihak berwajib. Dan hari ini, berita mengenai tanggal kedatangan Adolf Allaster dan keluarganya pun muncul. Mereka akan datang besok—hari minggu, ke kediaman Adam. Irene bahkan sudah lupa kepanikan kalau dirinya sudah menyerahkan kegadisannya malam itu pada Adam. Kedatangan keluarga Allaster lebih mengerikan baginya.“Bagaimana kalau Claire ingat aku ada di kantormu?” tanya Irene yang baru sadar kalau di antara tamunya y
“Ah … jadi dia memilih menganggap kedatangannya ke kantorku tidak pernah terjadi. Kurasa dia juga memikirkan pandangan Aldrich kalau ketahuan mengunjungiku,” batin Adam mencoba menganalisa perilaku Claire. Leon juga mengutarakan adanya kemungkinan Claire menahan diri untuk tidak mengatakan kalau ia mengenal Irene, karena hanya akan merugikannya jika Aldrich mulai cemburu.Namun, Sarah berulah. Dengan angkuh ia mengatakan, “Buat apa kamu kenal dengan orang rendahan seperti mereka, Claire. Kalau bukan karena Papa kalian ini, mana aku sudi datang ke rumah anak haram ini.”Irene tertegun mendengar ucapan ibu mertuanya itu. Bahkan sang pemimpin keluarga Allaster tidak menegur istrinya yang sudah merusak suasana makan siang. Pelan-pelan, Irene mencoba melirik Adam, mencari tahu bagaimana raut wajah pria yang sedang berusaha menjadi suami pada umumnya itu. Tak Irene sangka, akting Adam jauh di atasnya. Pria itu terkekeh pelan kemudian berkata, “Jangan bicara begitu, Tante. Istriku ini tid