Tanpa ragu gadis itu mengambil sendok tebal yang ia gunakan untuk makan dan melempar ke arah wajah mantan tunangannya itu. “Argh! Perempuan barbar!” raung Jeremy yang langsung mengangkat tangannya untuk melepas tamparan pada Irene. Untungnya, Regan datang tepat waktu. Sang bodyguard itu langsung mencengkram pergelangan tangan Jeremy, sehingga tidak sampai mengenai majikan perempuannya itu. “Berani sekali menyentuh Nona Irene!” bentak Regan sambil memelototi Jeremy. Ia mendorong dengan keras tubuh Jeremy hingga terjerembab ke belakang. Semua orang yang ada di restoran itu pun langsung terkesiap. Pemilik restoran pun tak berani melerai, karena ia mengenal Regan yang adalah anak buah Adam. Namun, sepertinya para pengunjung itu malah mengatisipasi adanya perkelahian antara dua pria yang memperebutkan seorang wanita.Pria pengecut yang sudah menjual seluruh harta warisan Irene itu terlihat ketakutan. Namun, ia masih sempat mengejek Irene, katanya, “Ha! Kau bahkan menjual diri pada ber
“Ah … maaf, Pak Adam. Saya sepertinya tidak enak badan,” ujar Irene beralasan. Ia tetap membuka lebar pintu kamarnya, memberi kode bahwa Adam bebas masuk ke kamar itu sesukanya. Dan lagi, Adam pasti tidak mau menyia-nyiakan kesempatan bulan madu itu. Hanya saja, Irene benar-benar tidak bisa mengakomodasi apapun kebutuhan Adam .Adam kemudian mengekor di belakang Irene dan duduk di samping gadis itu, di pinggir tempat tidur. Dengan kepala tertunduk, Irene berkata, “Saya akan coba bayar sebagian dari uang bulan madu ini—”“Irene. Nggak usah dipikirin soal bulan madu.” Adam menepuk pundak Irene meyakinkan bahwa saat ini ia tidak ingin membebani gadis itu dengan urusan bulan madu. Netra Irene berkaca-kaca mendengar ucapan Adam. Ia tidak pernah berpikir bahwa pria itu akan berkata demikian. Sebenarnya, berat juga baginya untuk membayar biaya bulan madu yang pasti tidak murah ini.Irene semakin tersentuh ketika Adam bersikap manis dengan mengatakan, “Kalau–uhm … kalau kau butuh sesuatu
Satu minggu setelah bulan madu mereka. Jeremy tidak berhasil ditangkap, karena ternyata ia langsung pergi dari sana untuk menghindari Irene menanyakan perihal rumah dan tanah yang ia jual. Saat ia muncul di hadapan Irene, ia berpikir bahwa Irene adalah perempuan lemah. Jadi, ketika Irene malah melawan dan bahkan melakukan kekerasan, Jeremy sadar bahwa gadis itu tidak bisa disepelekan.Lagipula, tidak ada tanda-tanda akan menggugat Irene perkara kekerasan dengan melempar sendok besi itu. Jelas, Jeremy tahu kalau dia juga akan ikut terseret kalau sampai membawa-bawa pihak berwajib. Dan hari ini, berita mengenai tanggal kedatangan Adolf Allaster dan keluarganya pun muncul. Mereka akan datang besok—hari minggu, ke kediaman Adam. Irene bahkan sudah lupa kepanikan kalau dirinya sudah menyerahkan kegadisannya malam itu pada Adam. Kedatangan keluarga Allaster lebih mengerikan baginya.“Bagaimana kalau Claire ingat aku ada di kantormu?” tanya Irene yang baru sadar kalau di antara tamunya y
“Ah … jadi dia memilih menganggap kedatangannya ke kantorku tidak pernah terjadi. Kurasa dia juga memikirkan pandangan Aldrich kalau ketahuan mengunjungiku,” batin Adam mencoba menganalisa perilaku Claire. Leon juga mengutarakan adanya kemungkinan Claire menahan diri untuk tidak mengatakan kalau ia mengenal Irene, karena hanya akan merugikannya jika Aldrich mulai cemburu.Namun, Sarah berulah. Dengan angkuh ia mengatakan, “Buat apa kamu kenal dengan orang rendahan seperti mereka, Claire. Kalau bukan karena Papa kalian ini, mana aku sudi datang ke rumah anak haram ini.”Irene tertegun mendengar ucapan ibu mertuanya itu. Bahkan sang pemimpin keluarga Allaster tidak menegur istrinya yang sudah merusak suasana makan siang. Pelan-pelan, Irene mencoba melirik Adam, mencari tahu bagaimana raut wajah pria yang sedang berusaha menjadi suami pada umumnya itu. Tak Irene sangka, akting Adam jauh di atasnya. Pria itu terkekeh pelan kemudian berkata, “Jangan bicara begitu, Tante. Istriku ini tid
“Ha! Selingkuhan? Justru dia … yang mengkhianatiku, Irene,” ujar Adam pedih, membuat Irene sedikit merasa bersalah karena sudah salah menduga.Ketika mendengar percakapan Adam dengan Claire di kantor, Irene berpikir kalau Adam pernah menjadi selingkuhan Claire. Ternyata, hari ini ia mendapati kebenaran yang berbanding terbalik dengan tebakannya. “Jadi, dia tadinya pacarmu?” tanya gadis itu, dengan nada sedikit tak percaya. Pasalnya, semua orang meragukan bahwa Adam bisa jatuh cinta. “Berarti Claire berpikir kalau Adam masih mencintainya, begitu ya?” tanya Irene dalam hati. "Terus, nggak terima kalau aku jadi istri Adam?"Kesal dengan kesimpulannya sendiri, Irene bertekad, “Cih! Aku bersumpah bakal rebut hati Adam! Well, andai aku bisa rebut, bakal aku pamerin kissing Adam di depan dia. Mwahahaha!”Menjawab pertanyaan Irene tadi, Adam mengangguk, “Yeah. Dia dulu pacarku sejak SMA.”Lagi, ia melanjutkan kisahnya, “Waktu tahu aku bukan anak dari istri sah Papa, Claire langsung berpali
Irene mengangkat bahu, lemas. Ia juga terkejut melihat tingkah Adam barusan. Padahal beberapa saat sebelum ini, dia terlihat bersemangat soal kehamilan Irene.“Apa dia bakal membenci anak ini, karena walau darah dagingnya, tapi bukan dari perempuan yang dia cintai?” batin Irene bertanya-tanya. Ia jadi merasa kasihan dengan janin yang dikandungnya, jika Adam hanya akan menggunakannya sebagai alat meraih kekuasaan dan semua yang diinginkannya.Melihat Irene murung, Darren pun langsung berkomentar asal saja, untuk menaikkan suasana. “Kurasa dia cuma kebelet ke kamar mandi, Ir. Kamu istirahat aja dulu. Kayaknya morning sick kamu agak berat nih.”Dan sedikit berhasil membuat Irene terkekeh, walau tawa kecilnya itu tak nampak dari pancaran netranya. “Yeah. Kayaknya aku juga ngantuk, Dok.”Darren mengangguk. Ia kemudian membereskan peralatan USG dan berniat untuk meninggalkan Irene agar beristirahat. Namun, Irene menghentikan langkahnya. Gadis itu sepertinya tak bisa menutupi kesedihan ter
“Aku tidak ingin membahasnya lagi.” Adam memutuskan untuk menyimpan semua pemikiran dan perasaannya tersembunyi dari semua orang. “Ha?! Dam, kau nggak bisa begini. Irene akan salah paham—”“Aku ada rapat lagi, Ren,” ujar Adam memotong protes sang dokter. Ia juga menambahkan, “Cukup untuk diketahui, bahwa aku tetap akan memenuhi semua yang diminta Irene dalam kontrak perjanjian kami. Dan aku nggak berniat membuang anak itu.”Tak bisa memaksa Adam untuk bicara lebih dalam lagi, Darren pun menyerah. “Oke, oke. Tapi aku minta satu hal padamu, jangan abaikan Irene. Dia butuh semua perhatian yang bisa kau berikan, untuk melewati masa kehamilan ini sampai bayi itu lahir.”Adam mengangguk. “Tentu saja.”“Dan kalau bayinya ternyata bukan laki-laki—walaupun menurut hasil tes terdahulu mengatakan bahwa 98% bayi pertama yang akan dilahirkan Irene adalah laki-laki, jangan marah padanya. Dan jangan membuang bayi itu.”Kali ini Adam terdiam sesaat sebelum mengangguk. “Tentu saja.” Adam sendiri ma
“Ha–hamil?! Mati aku kalau ada yang tahu soal aku hamil!” pikir Irene panik. Raut wajah gadis itu sempat menunjukkan shock sepersekian detik, tetapi langsung bisa menguasai diri untuk merespon dengan gurauan. “Nggak lah, Mbak Noora. Cuma lagi agak sensitif aja ini.”“Iya juga sih. Kamu belum punya pacar juga kan, apalagi suami.” Noora membalas seolah ia percaya dengan ucapan IrenePadahal, Irene tidak tahu kalau Noora sempat menangkap raut wajah shock-nya tadi, seolah apa yang dikatakan Noora adalah benar.Karena penemuan yang tidak seberapa itu, dengan caranya Noora mulai menyebar gosip. Semua gosip dimulai dari kantin karyawan—di mana staf sekretariat kebanyakan, tidak pernah menginjakkan kakinya di sana.“Si Irene sakit apa sih ya. Kemarin ketemu sama tenant buat copywriter laporan tahunan kan, terus dia tiba-tiba lari ke toilet. Kukira dia kebelet, ternyata dia kayak muntah gitu.” Noora terlihat khawatir, tetapi tujuannya tidak semulia itu. Gadis itu paling mahir menggiring opin