Apa yang dilakukan Karin membuat dirinya seakan kehilangan akal sehatnya. Laki-laki mana yang mampu menolak apa yang ditawarkan oleh wanita yang dicintainya. Agar tidak lepas kendali, ia menarik tangannya dan kembali menyelimuti tubuh polos kekasihnya.
"Abang, lakukan bang, lakukan." Diciumnya bibir Rafasya dengan buas dan penuh hasrat. Ia tidak pernah menyangka, bahwa kisah percintaannya dengan pria yang begitu sangat dicintainya, akan seperti ini."Kenapa Abang tidak membalas, apa Abang sudah tidak cinta aku lagi. Apa secepat ini, Abang melupakan aku." Karin menangis. Ia kecewa, ketika Rafasya tidak membalas ciuman yang diberikannya.Rafasya menggelengkan kepalanya. "Abang tidak mencintai dia. Cinta abang hanya untuk Karin." Ditatapnya wajah cantik Karin yang sudah berantakan."Abang bilang tidak cinta dia, tapi abang menikah dengan dia." Karin berucap dengan tangan yang di kepalkan. Ia memukul-mukul dada Rafasya dengan tenang yang lemah. Posisinya terancam dengan kehadiran Cinta, wanita muda yang dipilih oleh kedua orang tua Rafasya. Bagaimana mungkin dirinya bisa tenang ketika wanita yang menjadi istri dari kekasihnya seorang gadis yang begitu cantik dan masih sangat muda. Berbeda dengannya yang sudah berusia 28 tahun. 4 tahun lamanya Karin menghabiskan waktu untuk berpacaran dengan Rafasya. Dengan harapan kedua orang tua Rafasya mau menerimanya menjadi bagian dari keluarga Wijaya. Namun apa yang didapatnya, hanyalah kekecewaan."Abang terpaksa menikah dengan dia, karena mama, papa memaksa. Namun nanti Abang akan menceraikan dia. Sekarang Abang hanya sedang mencari alasan untuk bisa menceraikan dia. Yakinlah, kita akan menikah." Rafasya sudah memikirkan rencana yang akan dibuatnya. "Abang jangan bercanda." Karin mengusap air matanya. Ditatapnya wajah sang kekasih dengan mata yang terbuka lebar.Rafasya menggelengkan kepalanya. "Abang tidak bercanda Karin, abang beneran," ucap dengan penuh keseriusan.Tangis Karin mereda, saat mendengar janji manis yang diucapkan kekasihnya."Aku tahu, Abang tidak suka alkohol. Aku sudah siapkan Abang minuman. Abang pasti lelah, setelah duduk bersanding seharian. Abang minum dulu." Disodorkannya botol minuman mineral yang sudah dibuka tutupnya.Rafasya diam memandang minuman yang diberikan Karin."Ayo bang, diminum." Karin tersenyum dan memaksa kekasihnya untuk meminum air mineral yang sudah di siapkannya. Ditatapnya wajah kekasihnya dengan matanya tidak terbuka dengan sempurna."Iya, Abang minum." Rafasya hanya memegang botol minuman tersebut."Minum bang, kita nikmati malam ini berdua, hingga pagi." Tangganya dengan sangat nakal bermain di dada bidang milik si lelaki. Selimut yang tadi menutupi tubuhnya sudah dibuang kembali dan dengan gaya eksotik, Karin mengelus bagian di bawah pusarnya.Rafasya hanya diam dan menelan air liurnya. Godaan ini, sungguh terasa berat untuknya. Namun aroma bau alkohol dari mulut Karin, begitu sangat mengganggunya. Ia, bukan jenis laki-laki yang menyukai minuman yang memabukkan tersebut."Aku rela menjadi pengganti dia. Aku tahu Abang datang ke sini dan tidak melakukan malam pertama dengannya. Karena itu, aku siap memberikan tubuhku untuk abang." Karin menurunkan selimut yang menutupi tubuhnya. Tanpa ada rasa malu, tangannya bermain-main dan memelintir puncak kecil berwarna kecoklatan tersebut. Karin senyum memandang wajah kekasihnya."Abang pegang, remas dan cubit puncaknya bang, seperti ini bang. Ini rasanya sangat enak bang." Karin mempraktekkan seperti apa yang diinginkannya. Napasnya turun naik dan sedikit mendesa.Dipegangnya tangan Rafasya dan meletakkan di bagian dadanya. Demi pria yang dicintainya, wanita itu rela menjatuhkan harga dirinya hingga serendah-rendahnya. Kini Karin sudah seperti wanita yang tidak memiliki harga diri dan memohon belaian dari seorang pria.Rafasya diam ketika menyentuh bagian yang penuh digenggamnya. Tidak ada yang diucapkannya. Ia hanya sibuk mengendalikan dirinya, agar tidak melakukan perbuatan yang akan merugikan wanita yang dicintainya"Abang, lakukan bang, Abang aku cinta Abang. Abang jangan malu-malu. Abang pasti sangat menginginkan ini. Aku akan sangat bahagia, bisa melakukan dosa terindah ini." Bagaikan seorang pengemis, ia memohon dengan kekasihnya yang sudah menjadi suami, wanita lain.Rafasya menelan air liurnya, yang terasa kering. Matanya menatap gunung indah yang sudah di genggaman tangannya.Ada rasa kecewa ketika melihat pria itu hanya memegang saja tanpa melakukan apapun. Namun Karin tidak menyerah. ia meremas, mencubit dan menarik puncak atas dadanya dengan keras dan berharap Kekasihnya lepas kendali.Rafasa diam dan memejamkan matanya. Ia mencoba untuk menenangkan diri dan tidak ingin melihat keindahan yang dipajang di depan mata. Tubuhnya terasa panas saat Karin membuka lebar kakinya dan memperlihatkan areal pribadinya yang menggoda. Namun dengan cepat ditepisnya pikiran kotor yang sudah memenuhi tempurung kelapanya."Sayang jangan seperti ini." Raffasa memegang tangan Karin.Karin tersenyum dan mencium bibir kekasihnya dengan buas. Seperti apa yang sudah direncanakan, Rafasya harus masuk ke dalam perangkatnya. Ia tidak akan pernah rela dan mau melepaskan pria yang begitu sangat dicintainya.Apa yang tawarkan Karin sungguh tidak mampu ditolaknya. Ia membalasdengan tidak kalah panasnya dengan tangan yang sudah meraba bagian dada kekasihnya.Karin tersenyum ketika melepaskan bibir kekasihnya. Kini tangannya mulai bermain-main di pangkal paha milik Rafasya.Rafasya memegang tangan Karin dan menjauhkan dari barang miliknya. Pria itu tidak ingin lepas kendali dan masih bisa menjaga prinsip yang selalu dipertahankannya."Apa benar, Abang gak mau coba bang. Ini rasanya sangat enak." Karin tidak lelah untuk merayu kekasihnya."Karin kamu mabuk." Rafasya berkata dengan nafas tersengal-sengal."Aku memang mabuk bang, aku dimabukkan cinta abang." Karin tertawa kering."Jangan seperti ini Karin, kamu mabuk."Dengan cepat dipegangnya tangan kekasihnya dan menyelimuti tubuh wanita tersebut. Dipeluknya tubuh Karin, agar bisa memberikan rasa tenang. Rafasa hanya diam dan mengusap kepala Kekasihnya hingga tertidur.Dihubunginya nomor ponsel milik manajer Karin, melalui telepon seluler milik sang artis. Dengan cepat, sambungan telepon diangkat si pemilik nomor.Setelah berbicara dengan si pemilik nomor, Rafasya menutup sambungan telepon, setelah mendengar jawaban di seberang sana.Hanya diam dan terpaku, menatap sosok yang begitu sangat menyediakan tersebut. Melihat Karin seperti ini, membuatnya merasa bersalah.Dilihatnya jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Kenapa dia lama sekali," kata Rafasya setelah cukup lama menunggu manajer Jessy datang."Mas Rafasya."Rafasya yang sedang larut dalam pikirannya, terkejut ketika mendengar suara manajer Jessy. "Aku senang, kamu sudah datang. Aku ingin kamu menjaganya. Jangan tinggalkan dia sendiri.""Baik mas," jawabnya."Abang pulang dulu ya Karin." Diusapnya kepala Karin dan mencium kening.Manager Jessy hanya diam memandang Rafasya. Melihat Artisnya seperti ini, ia begitu sangat kasihan."Bila pagi besok, dia bangun dan mencari ku, Katalan aku baru saja pulang, dan kamu baru saja datang," pesan Rafasya."Baik mas," jawab Jessy. Ia meletakkan botol minum mineral miliknya di atas meja yang ada di samping tempat tidur Karin.Setelah manajer Jessy datang, kini ia bisa tenang meningkatkan kekasihnya. Rafasya mengambil botol minum mineral yang diberikan Karin untuk diminum di dalam mobil. Ia kemudian pergi tanpa memasangkan baju Karin terlebih dahulu.***Cinta hanya diam dan duduk termenung di meja makan. Dipandangnya hidangan lezat yang tertata rapi di atas meja makan. Sejak tadi ia hanya diam dan memandang hidangan tersebut hingga mendingin. Seharusnya malam ini momen makan malam perdananya dengan suaminya. Namun semua itu hanya mimpi karena pada kenyataannya wanita cantik tersebut hanya duduk seorang diri sambil memandangi lilin kecil yang yang akan padam dengan sendirinya karena sudah habis mencair. Setelah kepergian Rafasya, Cinta hanya diam dan menangis dan berharap rasa sakitnya bisa berkurang dengan menangis seperti. Pikirannya mundur jauh ke belakang. Kenangan di saat kedua orang tuanya mengantarkan Cinta ke Jakarta untuk kuliah, menjadi momen pertemuan sang papa dengan sahabat lamanya yang merupakan Erik, papa dari Rafasya. Cinta tidak menyangka bahwa ternyata sebelum pergi, kedua orang tua Rafasya meminta untuk menjodohkan Cinta dan Rafasya. Padahal mereka tahu jika putra mereka sudah memiliki kekasih yang bernama Karina.
"Aku akan melakukan apa yang kamu inginkan. Bukankah kamu sangat menginginkan ini?" Rafasya mengangkat sudut bibirnya sebelah kanan. Dengan sangat keras digenggamnya benda berbentuk Buki tersebut."Enggak bang, jangan kuat-kuat sakit." Cinta meringis merasakan sakit ketika suaminya menggenggamnya dengan sangat kuat dan kasar."Jangan bohong, kau pasti sangat menyukai ini. Aku sangat tidak suka wanita munafik seperti kau. Jadi akui saja, bukankah kau begitu sangat menginginkan ini." Rafasya semakin menggenggam dengan sangat kuat."Abang, tolong lepasin." Cinta meringis."Apa gunanya kau, memakai pakaian yang begitu sangat menggoda seperti ini, bila tidak untuk menggoda dan merayu ku. Bukankah ini yang kau inginkan. Aku hanya ingin mencicipi barang ku. Aku ingin tahu, apa milik mu enak dan bisa membuat aku puas dan candu. " Rafasya menarik Mini dress istrinya ke atas. Dibukanya kain pelindung berbentuk segitiga berwarna hitam dengan sangat kasar. Tangannya sebelah kiri, berada di lehe
Cinta berusaha untuk mengeraskan suaranya. Namun tetap saja suaranya tidak keluar. Tangan lebar Rafasya dengan keras menekan batang lehernya. Rafasya melepaskan tangannya di leher istrinya ketika melihat kondisi wanita itu sudah semakin melemah. Tidak ada kelembutan dan tidak ada rasa kasihan. Hatinya seakan mati. Yang ada hanya rasa bahagia dan senang saat mendengar jeritan dan suara tangis kesakitan wanita yang sangat di bencinya. Entah sudah berapa kali dan sudah berapa jam ia melakukan penyatuan terhadap istrinya. Rafasya baru menghentikan permainannya ketika benar-benar merasa puas. Meskipun tahu ini merupakan pengalaman pertama untuk Cinta, namun pria itu tetap melakukannya dengan kasar dan tanpa ada rasa kasihan. Dilihatnya Cinta yang sudah terkulai lemas dan tidak sadarkan diri. Wajahnya pucat, bibir putih dan kering. Di sudut bibir kiri dan kanan, ada sisa darah yang sudah mengering. Tubuh wanita itu tampak menyedihkan. Kulitnya yang putih, meninggalkan jejak tangan yan
Belum membaca isinya saja, Cinta sudah terkena serang jantungan. Tiba-tiba saja dadanya terasa sakit dan sulit untuk bernapas. "Mau sampai kapan kau termenung." Rafasya jengah melihat ekspresi wajah istrinya. Cinta diam dan memandang kertas di tangannya. Meskipun tidak tertarik untuk mengetahui isi dari kertas itu, namun tetap harus di bacanya.Surat perjanjian nikah.Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan akan bertanggung jawab dan menerima sanksi jika saya melanggar isi perjanjian yang sudah di sepakati. Saat ini saya dalam keadaan sehat jasmani dan rohani. Saya melakukan ini semua dengan sadar dan tanpa ada paksaan. Nama : Cinta HanifahUmur : 21 tahunStatus : mahasiswa Tempat, tgl lahir : Yogjakarta, 25 Juli 2002. Isi perjalanan sebagai berikut :"Poin 1. Saya, Cinta Hanifah, tidak akan pernah menginjakkan kaki di perusahaan yang di pimpin suami saya, Rafasya Wijaya. Terkecuali jika di perintahkan." Cinta membaca dengan suara yang sangat pelan dan hanya bisa dide
"Tidak," jawab Rafasya tegas. Dengan sengaja menolak permintaan sang istri untuk menyimpan isi perjanjian. Karena dia takut akan dilaporkan dan ditunjukkan bukti itu kepada orang tuanya.Cinta diam dan menekan dadanya yang terasa sakit. Setelah diam beberapa saat, barulah ia melanjutkan membaca.Poin 7. Saya, Cinta Hanifah, tidak diperbolehkan bertemu dengan kedua mertua dengan alasan apapun. Terkecuali jika mendapatkan izin dari suami atau pergi bersama dengan suami saya, Rafasya Wijaya. Cinta Hanifah juga tidak dibenarkan melakukan hubungan lewat telepon seluler dan lainnya. Selama menjadi istri dari Rafasya, saya tidak diperbolehkan untuk berhubungan dengan teman, sahabat, atau orang-orang yang dianggap saudara sekalipun."Cinta meremas dress yang di pakainya. Bagaimana mungkin ia bisa melakukan hal ini terhadap kedua mertua yang sudah seperti orang tuanya sendiri. Hanya Kepada mereka tempat Cinta mengadu dan berlindung. Namun suaminya dengan sengaja memutuskan hubungannya dengan
"Kau tidak mendengar apa yang aku katakan?" Rafasya kesal saat melihat Cinta masih duduk di sofa. Sedangkan pria itu sudah tidak sabar untuk segera pulang dan kemudian ke apartemen Karin, untuk melihat kondisi wanita yang sangat dicintainya.Kondisi tubuh Cinta sangat tidak baik. Kepala pusing, tubuh lemah bahkan tidak memiliki tenaga sama sekali. Mungkin karena tidak makan sejak siang semalam. Belum lagi rasa sakit yang luar biasa di sekujur tubuhnya. Bahkan tulangnya terasa remuk. Untuk bagian kewanitaannya, jangan di tanya seperti apa rasa sakit dan perihnya. Kalau boleh jujur, seperti luka koyak yang terbuka lebar dan darah mengalir dari luka tersebut. Apakah rasa sakit yang dirasakannya jauh lebih sakit dari pada rasa sakit yang di rasakan wanita yang buka segel pada umumnya. Atau hanya Cinta saja yang terlalu cengeng dan tidak tahan merasakan sakit seperti saat ini. Pertanyaan seperti itu, muncul di tempurung kelapanya.Rasa takut membuatnya harus menepikan rasa sakit. Dengan s
Wajah Cinta yang sudah pucat, menjadi semakin pucat saat mendengar perkataan suaminya. Bukan dia tidak ingin berjalan cepat ataupun berlari. Namun kondisi tubuhnya yang tidak memungkinkan. Saat ini tangan kanannya menentang tas yang berisi pakaian dan barang-barang pribadi miliknya dan Rafasya. Sedangkan tangan kiri, terus memegang kepala yang terasa pening. "Kau selalu memancing emosiku." Melihat istrinya hanya diam, membuat emosinya semakin meningkat. "Lihat saja, aku akan membuat perhitungan dengan mu, jika terjadi hal buruk terhadap Karin, ku." Pria itu kemudian masuk ke dalam lift. Sedangkan Cinta hanya diam berdiri di depan pintu lift. Ia sungguh tidak tahu apa yang harus dilakukannya."Hai bodoh, cepat masuk." Rafasya sedikit berteriak. Karena dia yakin tidak akan ada yang mendengar suaranya di sini. Tanpa menjawab, wanita itu masuk ke dalam lift dan berdiri di belakang Rafasya. Dadanya berdegup dengan cepat ketika pria itu memegang tangannya. Dan mengajaknya untuk keluar d
"Ini maksudnya apa?" Cinta memandang Rafasya. Sejak tadi pria itu berkata, ingin segera bertemu dengan kekasihnya. Cinta tidak mengerti mengapa dia dibawa ke sini, sebenarnya ada apa. "Aku sudah memutuskan kita tidak di rumah orang tuaku. "Pria itu tersenyum dengan memiringkan bibirnya. Ia ingin tertawa ngakak ketika melihat keterkejutan dan kekecewaan di wajah sang istri. tidak bisa dipungkiri penderitaan Cinta, adalah kebahagiaan untuknya.Cinta merasakan sesak di dadanya, bahkan untuk bernafas pun terasa begitu sulit. Apa ini apartemen Karin. Jika iya, apa maksudnya membawa Cinta ke apartemen milik Karin dan mengatakan tidak tinggal di rumah mertuanya. Apakah ini berarti bahwa mereka akan tinggal satu atap. Tubuhnya lemas seketika, saat membayangkan ini semua."Apa kau tidak mendengar apa yang tadi aku katakan?" Rafasya tersenyum sambil mengejek istrinya. Apa gunanya isi surat perjanjian yang menyatakan bahwa Cinta tidak boleh dekat dengan kedua orang tuanya, jika mereka tinggal s