Cinta keluar dari kelas dengan tersenyum. Dia berharap sang suami sudah menunggunya di depan kelas seperti biasa.Ada rasa kecewa ketika tidak melihat sosok pria yang teramat dia cintai. Namun Cinta mencoba untuk berpikir secara positif. Mungkin saja saat ini Rafasya sedang sibuk. Atau terjebak macet hingga belum datang menjemputnya."Tumben belum datang?" Cahaya memandang Cinta."Mungkin lagi sibuk," jawab Cinta. Cinta kemudian mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya dan melihat beberapa panggilan telepon tidak terjawab dan pesan masuk dari Rafasya. Cinta diam ketika membaca pesan dari suaminya. Rafasya meminta izin untuk berangkat ke Bali dan tidak bisa menjemputnya. Pria itu mengatakan akan ada sopir untuk mengantar jemput istrinya selama dia berada di bali. "Kenapa?" Cahaya memandang wajah sahabatnya yang mulai muram."Bang Rafa ke Bali," jawab Cinta dengan penuh rasa kecewa. Selama menikah dengan Rafasya, ini yang pertama kalinya pria itu pamit dengannya. Namun tetap saja Cinta
Ketika pulang dari kampus tadi, Cinta meminta kepada sopirnya untuk pulang saja karena dia memang tidak ada keperluan keluar. Namun berhubung akan pergi ke rumah sakit, Cinta memutuskan untuk memakai taksi online saja. Dia takut sopir pribadinya menghubungi Rafasya dan memberi kabar tentang hal ini. Sedangkan Cinta tidak ingin suaminya tahu atas penyakit yang dideritanya. Cinta dengan cepat membersihkan dirinya di kamar mandi dan kemudian pergi dengan taksi yang sudah menjemputnya. Dengan sengaja Cinta memilih rumah sakit yang dekat dengan apartemennya agar tidak lama terkena macet.Entah Seperti apa saat ini perasaannya yang pasti ada rasa takut yang membuat hatinya tidak tenang. Cinta mendaftar di bagian pendaftaran dan dia diarahkan ke dokter spesialis kandungan setelah bagian administrasi mendengar keluhannya. "Maaf Mbak, saya tidak hamil." Cinta menolak ketika wanita petugas itu mengarahkannya ke dokter spesialis kandungan. "Sebaiknya diperiksa langsung oleh dokter spesiali
Baik mbak Cinta, kita dengerin dulu ya detak jantungnya. Dokter mengaktifkan suara detak jantung bayi. Cinta baru yakin setelah mendengar detak jantung calon bayinya. Rasa bahagia tidak bisa terucap dengan kata-kata. Bahkan air matanya menetes ketika mendengar detak janin yang dikandungnya."Tunggu sebentar ya dok, saya mau rekam suara detak jantung dan layar monitor. Untuk dikirim ke opa dan oma nya di Singapura." Cinta begitu sangat bahagia dan akan mengabadikan suara detak janin yang saat ini terdengar bagaikan alunan musik yang sangat merdu. "Boleh Mbak Cinta, silahkan," jawab ibu dokter. "Saya bantu mbak Cinta." Si perawat menawarkan jasanya. "Terimakasih Sus," Cinta menyerahkan ponselnya kepada perawat muda tersebut. Setelah selesai merekam, si perawat memberikan ponsel milik Cinta kembali. Cinta kemudian duduk setelah perawat membersihkan cairan di perutnya. "Ini Mbak Cinta, silakan ditampung urine-nya." Dokter memberikan wadah kecil untuk menampung urine. "Apa masih pe
Cinta masih tidak percaya dengan apa yang saat ini dilihatnya. "Karin." Cinta memanggil nama wanita yang sudah duduk di sofa tepat di sampingnya.Bagaimana cara Karin bisa masuk? Ini yang menjadi pertanyaan untuk Cinta. Ketika masuk kedalam apartemen, Cinta sudah menutup pintu rapat. Jadi tidak mungkin wanita itu bisa masuk seperti ini. Apartemen ini memiliki kunci otomatis. Jika pintu tertutup, maka akan langsung terkunci secara otomatis. "Iya Cinta, aku Karin." Karin tersenyum ramah sambil sedikit menepuk tangan Cinta. "Kenapa sih lihat aku seperti lihat hantu gitu." Karin tertawa ngakak ketika melihat raut wajah Cinta yang terkejut dan pucat."Aku ini manusia Cinta bukan hantu, jadi lihatnya santai aja. Enggak usah sampai pucat seperti itu. Aku juga masuk ke sini itu melalui pintu bukan terobos pintu. Jadi kamu santai aja." Karin kembali tertawa seakan mengejek Cinta yang saat ini duduk di sampingnya."Kamu heran ya lihat aku bisa datang ke sini, eh bisa masuk ke sini. Past
Rasa Bahagia yang baru tadi dirasakannya dalam sekejap mata sirna. Cinta tidak menyangka bahwa Rafasya begitu sangat kejam dan menghancurkannya dengan cara seperti ini.Selama ini dia tidak pernah menyesal mencintai seorang Rafasya, pria yang dianggapnya sempurna. Seperti apapun buruk perlakuan Rafasya terhadap dirinya, Cinta selalu membukakan pintu maaf selebar-lebarnya. Bahkan tanpa diminta sekalipun dia selalu memaafkan.Namun tidak untuk sekarang. Cinta akan menutup pintu maaf untuk suami. Hatinya sungguh sangat terluka dan bahkan sekarang dia seperti manusia yang sudah kehilangan nyawa."Kamu itu terlalu bodoh Cinta, ingat bucin boleh bodoh jangan. Karena kamu terlalu bodoh sehingga orang sangat senang memperlakukan kamu seperti sekarang. Kamu mimpi terlalu tinggi, berharga Rafasya mencintai kamu. Kamu juga tidak berkaca dengan diri kamu. Lihatlah kamu dibandingin aku, nggak ada apa-apanya. Kamu terkenal hanya karena nasib mujur. Secara kebetulan model itu tidak datang dan kami m
Tidak ada satu katapun yang keluar dari bibirnya. Cinta hanya duduk terdiam dengan air mata yang terus saja jatuh dipipi.Baru saja dia membayangkan suatu kebahagiaan yang akan datang menghampirinya. Kehadiran calon anak yang saat ini sedang dikandungnya, akan membuat kehidupan rumah tangganya berupa. Namun ternyata yang terjadi justru sebaliknya.Cinta membuka amplop coklat yang sejak tadi dipegangnya. Dipandangnya foto calon bayi yang belum terlihat sempurna. tidak terbayang olehnya, didalam kandungan saja anaknya sudah tidak mendapatkan kasih sayang dari ayahnya. Kenyataan ini membuat Cinta merasa hancur, sehancur-hancurnya. Harga diri sebagai istri hilang sudah. Bahkan wanita yang menjadi pelakor dalam rumah tangganya sudah menginjak-injak kepalanya. Mengapa suaminya dengan tega melemparkan kotoran di wajahnya. Padahal Rafasya sendiri yang melarang keras untuk tidak menceritakan tentang rumah ke luar. Cinta dengan sangat patung menuruti perintah sang suami.Cinta yakin Rafasya m
"Mama papa, Cinta datang." Cinta tersenyum dan duduk di tengah-tengah makam kedua orang tuanya. Makam kedua orang tuanya berada di kompleks pemakaman keluarga Wijaya. Lahan kuburan yang memiliki luas 1 hektare. Disini hanya ada beberapa kuburan. Keburan kedua orang tua erik, keburan ayahnya Sari, kuburan anak bungsu mereka yang perempuan. Hanya orang-orang terpilih yang akan dikuburkan dilahan ini. Makam ini begitu sangat indah dan nyaman. Berbeda dengan makan pada umumnya. Selain permohonan, taman bunga ada juga gazebo untuk beristirahat. Bisa dimakan di sini merupakan suatu kehormatan tersendiri bagi mereka yang sudah mengabdi untuk keluarga Wijaya. Cinta memandang batu nisan yang bertuliskan nama papanya. Ia memandang ke kiri dan memandang batu nisan yang bertuliskan nama mamanya. Bayangan ketika mama dan papanya masih ada, kembali melintas. Senyum manis sang mama dan senyum papa yang menawan, tidak pernah terlupakan olehnya. "Mama, papa, Cinta rindu, rindu sekali. Cinta selal
Karin pulang ke apartemennya dengan hati yang begitu sangat senang. Baginya, Cinta hanya hama yang begitu muda untuk di basmi. Apa lagi istri dari mantan kekasihnya itu tidak bisa melawan sama sekali. Menurut Karin, istri Rafasya itu sangat bodoh dan lemah. Bisanya hanya menangis dan berlindung dibawa ketiak mertuanya. "Aku akan membuat semua orang tahu bahwa saat ini aku sedang hamil." Karin begitu sangat bahagia dan melihat alat tes kehamilan yang sudah dia simpan layaknya harta karun.Seperti yang diketahui oleh media, Karin tidak pernah berhubungan dengan laki-laki manapun terkecuali Rafasya. Bisa dikatakan permainannya sangat rapi. Setelah mengetahui kehamilannya, Karin tidak pernah lagi berhubungan dengan Jack. Yang diinginkannya hanya janin, hal itu sudah dia dapatkan. Maka dia sudah tidak membutuhkan ayah dari janin yang dikandungnya.Karin menghubungi seorang fotografer untuk membuat video dokumentasinya. Sebelum Rafasya mengetahui bahwa istrinya sudah pergi, dia harus mem
Rafasya harus menahan rasa sakit di kulit kepalanya, karena Cinta yang terus-menerus menarik rambutnya. Jika tahu kondisinya akan seperti ini dia pasti akan memotong rambutnya hingga 2 cm sebelum Cinta melakukan persalinan. "Mama sakit banget mah." Cinta kembali menangis dan dia pun menarik rambut suaminya dengan keras. "Iya nak tahanan ya." Sari kembali menguatkan menantunya."Anto cepat." Rafasya berkata dengan keras ketika istrinya kembali menarik rambutnya dengan kuat. "Iya Bos, ini jalanan macet," kata Anto. "Kenapa harus pilih jalan yang ini," kata Erik yang menyalahkan sopir sekaligus Bodyguard putranya itu. "Hanya satu jalan menuju ke rumah sakit Pak," jawab Anto gugup. Meskipun yang akan melahirkan istri dari bosnya namun Anto juga merasa panik dan gugup. Apalagi mendengar suara Cinta yang terus saja menangis karena kesakitan. Dia tidak bisa membayangkan ketika Nanti istrinya ada mengalami hal seperti ini.Jika dalam kondisi panik seperti ini semua orang pasti tidak akan
Cahaya dan juga Cinta sedang bersantai di taman belakang.Sejak pagi Cahaya sudah di rumah Cinta. Istri Anto itu pun akan pulang ketika suaminya sudah kembali bekerja."Lihat, ini cantik kan?" Cinta begitu bersemangat ketika menunjukkan gambar desain Baby Doll untuk bayi perempuannya. "Cantik sekali, lihat ini keren gak?" Cahaya dengan bangganya menunjukkan sweater untuk bayi laki-laki. "Keren, buatin untuk calon baby Aku juga ya," kata Cinta yang begitu sangat senang. "Siap, sebelum kamu minta aku sudah minta tukang jahit untuk membuat dua. Satu berwarna biru pekat dan satu lagi berwarna pink." "Pasti lucu ketika mereka memakai baju couple. "Kita bakal buat mereka foto bareng ya." Cahaya tersenyum dan tidak sabar menunggu kelahiran putranya.Sepertinya apa yang didoakan oleh suaminya memang terkabulkan. Karena Cahaya mengandung anak laki-laki. Kedua Wanita itu sudah berniat untuk membuka baby shop setelah mereka melahirkan nanti. Bahkan semua koleksi baju-baju bayi untuk calon
Rafasya berkunjung ke Rumah Sakit Bhayangkara tempat di mana anak Karin dirawat. Disini dia bertemu dengan wanita yang mengadopsi anak Karin. "Apa kamu yang akan mengadopsi anak dari almarhumah Karin?" tanya Rafasya "Iya mas, saya Mayra yang akan merawatnya dan ini sesuai dengan amanah dari almarhumah sebelum beliau meninggal," kata berliana dengan suara yang sehalus mungkin. Dia juga mengganti logat bahasanya agar tidak ada yang curiga dengan jati dirinya."Sejak kapan kenal dengan Karin?" Tanya Rafasya. Sekian lama menjadi kekasih karin, Rafasya sangat tahu siapa-siapa saja teman dari mantannya itu. "Sejak Mbak Karin tersandung kasus di tahanan, dan saya yang ngambil job pekerjaannya sebagai Artis. Awal berjumpa mbak Karin ketika saya bekerja di restoran. Mungkin mas Rafasya tahu tentang video viral itu. Saya tidak enak hati karena mengambil pekerjaan almarhumah, jadi karena itu saya datang ke tahan." Mayra berbicara dengan menundukkan kepalanya."Mbak Karin merupakan orang yang
Cinta berjalan sambil memegang tangan suaminya dengan mesra. Kini mereka sudah berada di taman dan melakukan jalan paginya."Abang, Cinta takut." Cinta memandang Rafasya. "Takut kenapa?" tanya Rafasya. "Takut melahirkan." Rafasya diam ketika mendengar jawaban istrinya. Jujur saja dia juga begitu sangat takut ketika mendengar kabar bahwa Karin meninggal karena pendarahan."Adek jangan takut, Abang bakalan terus ada jagain adek. Adek pasti bisa, adek pasti kuat." Rafasya mencoba untuk menenangkan istrinya. "Janji ya." Cinta memandang Rafasya. "Iya sayang." Rafasya memeluk istrinya dan kemudian mencium keningnya.Sedangkan Sari dan Erik memilih duduk di kursi taman sambil mengambil video anak dan menantunya. Setelah mengambil rekaman video anak serta menantunya, Sari membuka Instagram miliknya. Dan di sana banyak muncul berita tentang kematian Karin. Hal ini yang membuat wanita itu terkejut."Pah, apa berita ini Benar?" tanya Sari sambil menunjukkan berita yang sedang dibacanya."C
Rafasya terdiam saat menerima telepon dari pengacaranya. "Pak Efendi yakin?" Tanya Rafasya untuk memastikan bahwa informasi ini tidak salah. "Yakin pak, karena pihak polisi langsung yang menginformasikan berita ini kepada saya," jawab pengacara Effendi. "Jam berapa meninggalnya?" Rafasya masih tidak percaya dengan apa yang dia denger. "Jam 2 dini hari, saudari Karin meninggal setelah melahirkan anaknya. Almarhumah mengalami pendarahan dan menyebabkan harus menjalani operasi jam 9 malam." Pengacara Effendi menjelaskan secara detail. "Urus semuanya, setahu saya almarhumah tidak memiliki keluarga di sini. Karena itu antarakan jenazah ke kampung halamannya. Informasikan juga kabar duka ini kepada kedua orang tuanya."Meskipun Karin sudah melakukan kesalahan yang fatal, namun Rafasya tetap perduli dan mau mengurus jenazah mantan kekasihnya itu. "Kedua orang tuanya meninggal kecelakaan lalu lintas jam 09.00 pagi. Dan saat ini jenazahnya masih ada di rumah sakit, karena tidak ada piha
Berliana merasakan kakinya lemas setelah mendengar jawaban dari dokter. Dia kemudian kembali duduk di depan ruang persalinan tersebut. Melihat bayi di dalam box didorong keluarga. Berliana langsung berdiri. "Mau dibawa ke mana sus?" Tanya Berliana yang mengikuti perawat tersebut."Mau dipindahkan ruang Icu," jawab perawat. "Oh, saya boleh ikut sus?" Tanya Berliana sambil memandang ke dalam box bayi. "Boleh, hanya saja tidak boleh masuk ke dalam ruang icu," jawabnya. "Iya sus, bayinya perempuan atau laki-laki sus?" Berliana ikut mengantarkan bayi malang itu hingga ke depan ruangannya. "Laki-laki," jawab suster yang kemudian membuka pintu ruang ICU. Berliana memandang perawat itu masuk ke ruang ICU dan kemudian menutup pintu. Berliana berusaha mengintip ke dalam lewat kaca transparan berukuran kecil. Setelah bayi itu masuk ke dalam ruangan, Berliana pergi meninggalkan ruang Icu tersebut. Berliana kembali lagi ke ruang operasi. Dia duduk di kursi tunggu.Berliana dengan sangat sab
Menjalani kehamilan di dalam tahanan seperti ini terasa begitu sangat berat. Di saat para wanita yang sedang hamil menikmati momen berharga bersama dengan suaminya, dan merasakan perhatian serta kasih sayang dari seluruh keluarganya. Namun tidak untuk Karin. Dia melewati semua masa ini seorang diri. Di dalam tahanan ini waktu begitu lambat berlalu. Bersyukur dia memiliki seorang sahabat yang bernama Berliana. Sahabatnya itulah yang setiap saat selalu mengunjunginya dan memberikan dia berbagai macam vitamin serta susu untuk ibu hamil. Sejak tadi Karin merasa gelisah. Seharusnya kedua orangtuanya sudah datang siang ini. Namun mengapa sampai sore, kedua orangtuanya belum datang juga. Apa mereka tidak jadi berangkat hari ini? "Karin ada telepon untuk kamu." Sipir wanita itu berkata setelah membukakan pintu besi tersebut.Karin dengan cepat beranjak dari duduknya. Saat ini perutnya sudah besar. Karena usia kehamilannya yang sudah memasuki bulan ke-7.Karin berjalan dengan pelan mengik
Cahaya tidak bisa menolak paksaan dari suaminya. Dan wanita itu akhirnya memilih untuk menurut. Dan kini pasangan pengantin baru itu sedang berdiri di bawah cucuran air shower. Namun ternyata kamar mandi Bukan tempat yang menyenangkan untuk pasangan yang baru Sah menikah tersebut. Anto kembali menggendong tubuh istrinya dan membawanya ke kamar."Kenapa sudah keluar Mas? Kita belum selesai mandi," Kata Cahaya. Wanita berwajah manis itu sedang berusaha mengatur napasnya yang sejak tadi sudah dibuat ngos-ngosan oleh sang suami."Nanti mandinya kita lanjut lagi. Sayang, Mas pengen lihat anak kita." Anto tersenyum dan kemudian mencium bibir istrinya."Tapi Aya lagi hamil, apa boleh mas?" tanya Cahaya. Melihat benda keramat sang suami, membuat bulu kutuk Cahaya merinding. "Boleh sayang yang penting mainnya jangan keras. Mas bakal pelan-pelan," jawab Anto. Pasangan pengantin baru itu sudah sama-sama polos sejak dari kamar mandi tadi. Cahaya tidak menyangka bahwa suaminya seagresif ini. Pa
"Sayang, bagaimana kondisi anak hari ini?" Rafasya tersenyum dan mengusap perut istrinya. Rafasya sangat cemas ketika Cinta memaksa untuk datang ke acara ijab Kabul Cahaya. Dia takut jika hal buruk terjadi terhadap istri dan calon anaknya."Baik, sangat baik." jawab Cinta. Karena hari ini Cinta tidak merasakan perut yang sakit atau kram. Bahkan gerak bayinya terasa semakin kuat."Anak gadis daddy pintar sekali." Rafasya tersenyum dan mengusap perut istrinya."Sayang Abang rindu." Rafasya berkata dengan wajah serius. "Sudah sedekat ini masih bilang rindu?" Cinta memandang Rafasya dengan sedikit memicingkan matanya. Rasanya sungguh sangat aneh ketika mendengar ucapan dari suaminya itu. Padahal mereka sangat dekat tanpa ada jarak yang memisahkan. Karena Rafasya yang sedang memeluk tubuhnya dengan erat. "Rindu sama ini Dek." Rafasya menyentuh bagian yang dia maksud. Dia sudah sangat menginginkan apam legit yang menggiurkan. Selama di rumah sakit, Rafasya selalu mengurus semua kebutu