Share

Bab 5

"Seharusnya kau jujur saja."

Juan terdiam sambil menatap lurus pada wanita cantik yang ada di depannya. Ia menghisap rokok dalam-dalam, dan menghembuskannya perlahan. Asap yang keluar dari mulutnya adalah bagian dari kegelisahan dan rasa sakit yang melanda, ia berharap hal itu dapat menguranginya.

"Ini bukan cinta, Liona." balas Juan pada wanita itu. Liona berdecak pelan, ia memberikan tatapan sinis pada Juan. "Benar, bukan cinta tapi kegilaan." "Kau memang tidak waras, membeli ini dan itu hanya untuk menyenangkannya. Dan apa-apaan? Penthouse, perusahaan, kau membelinya dalam kedipan mata?!" ujar Liona dengan kekesalan yang menggebu-gebu.

"Apa kau sehat, Juan Scherbakov?"

Juan hanya melirik singkat ke arah Liona, ia tidak akan pernah memperdulikan ucapan wanita itu. "Lebih baik kau lamar saja dia, dan obati rasa sakitmu itu."

"Aku tidak bisa, Liona. Menjadi seorang aktris adalah mimpinya." balas Juan terdengar lemah. "Aku tidak akan menghancurkannya."

"Tapi kau yang akan hancur! Dia tidak akan pernah melihatmu, dan kemungkinan buruk yang akan terjadi adalah dia bisa saja jatuh cinta pada pria lain, dan itu bukan dirimu!" jelas Liona dengan sedikit membentak Juan. Sedangkan Juan, Pria itu masih diam dalam kekalutan.

"Tidak masalah, lagi pula aku tidak menginginkannya." Jawab Juan membuat Liona semakin kesal. "Terserah!" balasnya.

Wanita itu kemudian pergi meninggalkan ruangan Juan dengan membanting pintu. Juan tertawa sambil meneteskan air matanya, ia pun meraih vas bunga yang ada di atas meja kerjanya, lalu melemparnya dengan kekuatan penuh ke arah pintu.

Anggap saja itu sebagai pelampiasan dari rasa sakitnya.

**

"Mr.Scherbakov?" Aleena membuyarkan lamunan Juan sambil mengibaskan sebelah telapak tangannya di depan wajah pria itu. Juan kedapatan melamun di depan mata Aleena saat keduanya hendak berangkat ke kantor agensi.

Pria itu terkejut untuk beberapa saat, namun detik berikutnya dirinya dengan mudah mengendalikan diri dan merubah ekspresi wajahnya. "Kau sudah selesai?" tanyanya pada Aleena yang saat ini tengah memakai seatbelt.

Aleena mengangguk cepat, "Sudah dari tadi." jawabnya dengan hati-hati. "Baiklah, kita berangkat sekarang." Juan langsung melajukan mobilnya dalam kecepatan sedang. Masih ada waktu satu jam lagi untuk pertemuan Aleena dan Tuan Steve, sedangkan mencapai kantor membutuhkan waktu kurang lebih 25 menit. Dirinya memang sengaja mencari tempat tinggal yang tidak jauh dari kantornya.

Aleena kembali diserang kecanggungan, beberapa kali dirinya melirik Juan, namun pria itu masih fokus pada jalanan lurus di depan mereka. Juan balas memperhatikan Aleena lewat ekor matanya, diam-diam ia meneliti penampilan wanita itu yang mengenakan rok mini berwarna abu-abu. Ia tidak suka melihatnya. Tiba-tiba terlintas ide untuk membuat Aleena trauma mengenakan rok mini di depannya. Karena penampilan wanita itu sukses membangkitkan gairahnya dalam sekejap.

Juan memelankan laju mobilnya, sebelah tangannya bergerak dan berusaha menggapai paha Aleena yang polos tanpa perlindungan. Kedua mata milik Aleena langsung terbelalak, dirinya menoleh pada pria itu namun yang ia dapat hanyalah wajah datar milik Juan.

Jantungnya bertalu dengan cepat, apalagi setelah pria itu menyelipkan jari telunjuknya untuk memasuki lipatan paha Aleena. Juan masih melakukan pekerjaannya tanpa ekspresi yang berarti, berbeda dengan wanita itu yang kini sudah mulai bergerak gelisah.

Aleena membekap mulutnya yang hampir mengeluarkan suara, tatkala jari milik pria itu sukses menembus perlindungan terakhir pada bagian bawah tubuhnya. Keringat sebiji jagung mulai muncul di pelipis, Aleena menatap Juan dengan gusar. “Sir, ti-tidak bisakah, Ah!" lagi, untuk kesekian kalinya Aleena membekap mulutnya.

Sementara itu Juan mulai merasakan sesak di bagian bawah perutnya, dan tubuhnya tiba-tiba merasa gerah bukan main. "Sial!" Pria itu mengumpat kasar dan dengan cepat membawa mobilnya secara ugal-ugalan.

Keduanya sampai di salah satu toilet umum yang keberadaannya tidak jauh dari pusat perbelanjaan. Juan menarik tangan Aleena kasar, wanita itu hanya mampu menundukkan wajahnya karena malu.

Pria itu membawa Aleena memasuki bilik toilet wanita, ia menendang pintunya cukup keras. Beruntung sekali disana sedang dalam kondisi kosong.

Aleena diterpa shock yang luar biasa, lidahnya terasa kelu hanya untuk sekedar mengucapkan kata-kata penolakan. Alhasil dirinya hanya berdiri mematung seperti orang bodoh, sambil menatap Juan yang kini tengah menatapnya dengan tajam.

Ada kilatan penuh amarah dalam obsidian hitam milik Juan, dan juga terdapat kabut gairah disana. Aleena tidak mengerti pria itu.

Juan kemudian membuka ikat pinggangnya kasar beserta ritsleting celananya, ia membalikkan tubuh Aleena dan mendorongnya. Aleena secara sigap menahan tubuhnya dengan cara berpegangan pada kloset. Setelahnya Juan langsung mengarahkan ereksinya untuk memasuki tubuh Aleena.

Pria itu memeluk tubuh Aleena dari belakang, ia menjilati daun telinga wanita itu begitu rakus. Aleena meringis pelan, ia juga menahan mati-matian agar tidak mendesah keras. Juan melenguh pelan, membuat Aleena merinding saat mendengarnya. Bagaimana bisa suara pria itu begitu seksi di saat-saat seperti ini?

**

Aleena memasuki gedung agensi dengan sedikit tergopoh-gopoh, beberapa pekerja menatap dirinya aneh. Ia memejamkan matanya sekejap, wajar saja mereka menatapnya seperti itu, semua dikarenakan penampilan dirinya yang terkesan acak-acakan. Belum lagi kini bagian bawah tubuhnya dilindungi jas milik Juan, membuat penampilannya semakin tidak enak dilihat.

"Aleena," ucapan Lizzy terhenti ketika dirinya mendapati Aleena dalam keadaan mengkhawatirkan. "Apa yang terjadi padamu?" tanya Lizzy.

Aleena terdiam seraya mengatur nafasnya yang tidak beraturan. Wanita itu menatap manajernya dengan raut bingung yang kentara, ia tidak tahu harus menjawab apa. Untung saja Lizzy sangat peka terhadap keadaan, gadis manis itu segera menarik tangan Aleena untuk memasuki ruang ganti. Disana telah ada dua orang yang sudah menunggu Aleena, mereka adalah penata rias dan busana wanita itu.

Lizzy kemudian menyuruh mereka untuk segera melakukan pekerjaannya, sedangkan Aleena menurut saja karena dirinya sedang dalam keadaan linglung.

"Rokmu kena apa?" tanya Lizzy ketika melihat ada setitik noda di bagian belakang rok milik Aleena. Wanita itu gelagapan, dan ia berusaha memutar otak untuk mencari jawaban yang tepat.

"Tadi di perjalanan ada seorang pria yang menabrakku dan menumpahkan minumannya." Jawab Aleena dengan cepat. "Sial sekali, jadi kotor kan?" lanjutnya.

Lizzy hanya mengangguk ringan, kali ini tatapan matanya tertuju pada jas cokelat susu yang tadi menutupi rok milik Aleena.

"Haruskah aku mengirimnya ke tempat laundry?" tanya Lizzy lagi. Ia memegang jas milik Juan, dan hal itu langsung membuat Aleena bagai kehilangan detak jantungnya. Dengan cepat ia merebut jas itu dari tangan Lizzy.

Wanita itu tertawa canggung, "Biar aku saja yang mencucinya, ini milik pria tadi yang menabrakku." ucap Aleena.

Lagi-lagi Lizzy menurut, dan tanpa terasa Aleena telah selesai dirias. Wanita itu hanya mengenakan riasan tipis namun masih mampu menampilkan sisi elegannya.

"Kita berangkat sekarang, lima menit lagi Mr.Steve datang." ujar Lizzy mengingatkan Aleena.

..

Aleena benar-benar bergabung dengan series besutan Mr.Steve, ia akan memainkan peran seorang wanita penggoda suami orang. Dalam series tersebut dirinya juga akan beradegan panas bersama lawan mainnya yang bernama Alga Kim. Awalnya Aleena ragu, namun karena ini kali pertama dirinya menjadi pemeran utama, ia pun tidak menolak tawaran tersebut. Kesempatan emas seperti ini tidak akan datang dua kali, maka dari itu dirinya tidak akan menyia-nyiakannya.

Lagipula aktor lawan mainnya sangat tampan, dan Aleena berpikir beruntung bisa beradegan panas dengan pria itu.

"Tapi, apa tidak apa-apa?" Tanya Aleena pada dirinya sendiri. Ia memikirkan bagaimana pendapat Juan tentang hal ini, meski hubungan keduanya sangat jauh dari kesan romantis, tetap saja akan aneh jika dirinya melakukan kontak fisik berlebihan dengan pria lain.

Aleena masih mematung di tempatnya, padahal pertemuan dirinya dengan pihak series terkait telah usai. Dan tanpa disadari oleh wanita itu, Alga berjalan mendekat ke arahnya.

"Hai." Sapa lelaki itu dengan senyum ramah. Aleena terlonjak kaget, ia menatap pada Alga. "Maaf, aku tidak bermaksud mengagetkanmu." ucap Alga.

Aleena mengangguk tipis, ia tersenyum canggung pada Alga. "Tidak apa-apa, aku baik-baik saja." jawabnya. "Senang bertemu denganmu." Aleena mengulurkan tangannya mengajak Alga berjabat tangan. Alga tersenyum lalu menerima jabatan tangan milik Aleena.

“Kuharap kita bisa bekerja sama dengan baik.” ucap Alga.

Aleena tersenyum tipis, dan mereka pun memutuskan untuk mengobrol lebih lanjut perihal pekerjaan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status