Seperti yang dijanjikan oleh Bryan, siang ini manajer sekaligus Asisten yang akan mengurus seluruh jadwal dan penampilan Aleena telah datang.
Dan untuk pekerjaan pertamanya setelah Aleena menandatangani kontrak dengan Jewelry Entertainment, adalah melakukan pemotretan untuk majalah lokal. Aleena saat ini tengah berpose sesuai arahan dari sang fotografer, dan konsep kali ini adalah Fairy. Ia memakai riasan dan busana yang menggambarkan sosok peri di alam tersembunyi. "Angkat wajahmu sedikit!" seru Sam dengan lantang. Aleena pun menurut dan melakukan apa yang diarahkan oleh lelaki itu. "Bagus." gumam Sam, ia kemudian memberi kode jika pemotretan telah selesai. Aleena berjalan dan mendekati Sam untuk ikut melihat hasil jepretan lelaki itu. "Kau cantik sekali." puji lelaki itu dengan binar takjub sambil menatap beberapa hasil jepretannya. Aleena tersipu malu mendengarnya, "Terima kasih." Balas wanita itu. Setelah semuanya selesai, Aleena segera mengganti pakaian dan juga riasan wajahnya. Ia beserta manajer dan para asistennya berjalan keluar dari studio pemotretan. Mereka menaiki Van putih untuk melakukan pekerjaan, dan saat setelah berada di dalam Aleena langsung mengambil ponselnya. "Setelah ini apa lagi?" Tanya Aleena pada Lizzy. Gadis berkaca mata itu meraih buku catatannya, dan membaca dengan seksama perihal jadwal Aleena selanjutnya. "Untuk hari ini kita telah selesai. Tapi besok jam sembilan, kamu harus menemui seorang produser dan sutradara dari rumah produksi X untuk membicarakan series yang akan kamu bintangi." jelas Lizzy membuat Aleena terkejut. "Tunggu!" sela wanita itu. Ia menatap Lizzy dengan raut wajah bingung. "Aku ada projek membintangi sebuah Series?" tanyanya tidak percaya, Lizzy mengangguk cepat. "Benar, dan kamu menjadi lead femalenya." ucap gadis manis itu lagi. Aleena menjerit kegirangan, mimpi apa dirinya semalam karena tiba-tiba saja ia mendapat tawaran main series sebagai pemeran utama. Sungguh, ini pencapaian luar biasa untuk dirinya yang berstatus Junior. Aleena kemudian mengetik pesan pada Juan, ia ingin mengucapkan terima kasih pada pria itu. Karena dirinya yakin jika semua pekerjaan yang menghampiri dirinya saat ini merupakan campur tangan pria kaya itu. Aleena mengerucutkan bibirnya kesal, ia jengkel dengan balasan pesan dari pria itu yang begitu singkat. Maka dengan kesal Aleena hanya membaca balasan dari Juan tanpa berniat membalasnya lagi. Memangnya apa yang ia harapkan? Hubungan keduanya kan hanya sekedar simbiosis mutualisme, buang jauh-jauh pikiran bahwa pria itu akan bersikap manis terhadapnya. . Hal pertama yang Aleena lakukan untuk membunuh waktu senggangnya adalah menonton drama dan film. Ia melakukan itu sebagai referensi dirinya dalam mengolah peran. Dirinya suka mencoba beberapa karakter yang ia tiru di drama atau film untuk pengembangan kemampuannya. Aleena melirik keadaan Penthousenya yang sepi, ia menghela nafas lelah. Entah kenapa dirinya jadi kesepian, ia tidak tahu harus melakukan apa. Beres-beres ruangan sudah dilakukan oleh housekeaper yang Juan sewa. Sedangkan memasak, dirinya bahkan selama ini tidak pernah menyentuh peralatan dapur semasa hidupnya. Aleena kembali menghela nafasnya untuk kesekian kali, ia meraih ponsel dan melihat notifikasi di layar. Tidak ada pesan ataupun panggilan telepon Juan, Aleena kecewa entah untuk alasan apa. Pria itu seperti tidak niat menjalani hubungan seperti ini, Aleena pernah mendengar dari salah satu temannya yang juga seorang aktris. Mereka mengatakan jika para pemberi sponsor cenderung selalu meminta 'bermain' hampir setiap hari. Namun apa yang pria itu lakukan? Bahkan hampir seharian ini Juan tidak muncul di hadapannya. Bukannya ia berharap ingin disentuh, tapi tetap saja rasanya aneh. Pria itu seperti tidak tertarik padanya dan tubuhnya. Aleena kemudian memutuskan untuk beranjak dari ranjang dan menatap cermin besar di depan sana. Ia menatap tubuhnya dengan seksama. "Apa aku tidak cantik dan menarik? Apa tubuhku ini tidak seksi?" tanya Aleena pada dirinya sendiri. Aleena hanya khawatir jika Juan memang tidak tertarik padanya, karena jika pria itu tidak menginginkan dirinya, Aleena akan lebih mudah disingkirkan. Ia tidak mau Juan membuangnya, dirinya baru saja menjalani kehidupan mewah dengan pekerjaan yang berjalan lancar. Dirinya tidak mau semua kenikmatan duniawi ini berakhir dengan cepat. **Juan datang ke penthouse milik Aleena tepat pada pukul 12 malam, ia sengaja menunggu waktu tengah malam dengan tujuan agar Aleena telah tertidur. Saat dirinya memasuki ruang tengah, rupanya Aleena telah mematikan hampir sebagian lampu di ruangan tersebut, hingga sinar yang dihasilkan hanyalah sekadar temaram. Pria itu melepas jas, sepatu dan menyimpan semua itu pada tempatnya. Ia berjalan perlahan menuju lantai atas dimana kamar Aleena berada. Saat membuka pintu ber cat hitam itu, Juan mendapati Aleena yang sudah terbaring nyaman di atas tempat tidur. Ia menatapnya dalam diam. Rasa sesak di dada kembali dirasakannya. Juan menaiki ranjang dengan hati-hati, ia mendekap tubuh Aleena, hidungnya menghirup aroma tubuh wanita itu dengan rakus. Tiap ia menyentuh dan mencium aroma tubuh wanita itu, rasa sakit pada jantungnya semakin menggila. Sama halnya dengan debarannya yang tidak pernah terkendali. Juan meneteskan air matanya, "я скучаю по тебе (ya skuchayu po tebe)" bisiknya terdengar lirih. hingga kemudian dirinya pun ikut terlelap sambil memeluk tubuh Aleena.. Aleena mematung tepat di depan wastafel, ia menatap pantulan wajahnya yang terlihat pucat. Dirinya tidak tidur hampir semalaman, gara-gara memikirkan kalimat yang Juan bisikkan. Aleena memukul kepalanya beberapa kali, "Sebenarnya apa yang pria itu ucapkan semalam?" ujarnya dengan gemas. Aleena rasa jika Juan mengucapkan kalimat semalam dalam bahasa Rusia, mengingat pria itu berasal dari negara tersebut. namun ia penasaran tentang arti dari kalimatnya, karena sebelum mengucapkan kalimat itu Juan sempat meneteskan air matanya. Pada awalnya Aleena hanya ingin pura-pura tidur dan berharap pria itu membangunkan dirinya lalu mereka akan bercinta hingga pagi. Tapi nyatanya ia malah mendapati sisi rapuh pria itu yang justru semakin membuat Aleena tidak mengerti. Kenapa Juan menangis saat memeluknya? Kenapa nada kalimat itu terdengar sendu dan pilu. Aleena merasakan hatinya ikut bergetar hebat saat setelah mendengarnya. Aleena menghembuskan nafas kasar, ia kemudian membasuh wajahnya dengan air dingin, ia kembali menatap wajahnya yang terlihat seperti mayat hidup. "Sial! Padahal pagi ini aku ada pertemuan dengan Mr. Steve." umpatnya dengan kesal. Aleena memutuskan untuk kembali ke kamar karena ia tidak mau membuat pria itu menunggu lama. Saat kembali ke kamarnya, Aleena melihat Juan yang tengah memakai dasi berwarna merah maroon. Aleena mendekat sambil tersenyum gugup."Biar aku bantu," ucapnya menawarkan diri. Juan terdiam, pria itu hanya membebaskan kedua tangannya yang tadi memegang dasi tersebut. Ia membiarkan Aleena memasangkan dasi padanya, dan hal itu membuat Aleena gugup bukan main. "Kapan pertemuanmu dengan Mr.Steve?" tanya Juan dengan melirik Aleena sekilas. Aleena mendongak dan menatap pria itu, dirinya langsung mengumpat dalam hati tatkala disuguhi pemandangan yang menampilkan sisi rahang Juan yang tegas."Pukul sembilan nanti." jawab Aleena setelah berhasil menguasai diri dari keterpanahannya terhadap pesona pria itu. Juan melirik jam tangan yang melingkar apik di pergelangan tangan kirinya. masih ada dua jam lagi menuju pukul sembilan. Tiba-tiba sebelah tangan Juan terulur dan menarik pinggang ramping milik Aleena. Ia menekannya cukup kuat, sedangkan wajahnya tenggelam di antara perpotongan bahu milik Aleena. Juan mengecupnya disana, seketika ia merasakan darahnya berdesir hebat dan jantungnya berdegup dengan kencang. Kedua matanya kembali terpejam erat, Juan jadi gelisah sendiri merasakan hasrat seksualnya yang memuncak di pagi hari. Sedangkan Aleena, wanita itu sepenuhnya sudah menunggu jika sewaktu-waktu Juan menyerangnya. Namun hingga detik demi detik berlalu, pria itu masih betah berada di posisi yang sama. "Ayo kita sarapan bersama." Itulah perkataan yang menjadi akhir dari pertarungan antara batin dan hasratnya.Lagi-lagi Aleena hanya bisa menghela nafas kecewa, Pria itu benar-benar membuatnya seperti wanita yang tidak mampu menarik minat laki-laki. Aleena jengkel luar biasa."Seharusnya kau jujur saja." Juan terdiam sambil menatap lurus pada wanita cantik yang ada di depannya. Ia menghisap rokok dalam-dalam, dan menghembuskannya perlahan. Asap yang keluar dari mulutnya adalah bagian dari kegelisahan dan rasa sakit yang melanda, ia berharap hal itu dapat menguranginya."Ini bukan cinta, Liona." balas Juan pada wanita itu. Liona berdecak pelan, ia memberikan tatapan sinis pada Juan. "Benar, bukan cinta tapi kegilaan." "Kau memang tidak waras, membeli ini dan itu hanya untuk menyenangkannya. Dan apa-apaan? Penthouse, perusahaan, kau membelinya dalam kedipan mata?!" ujar Liona dengan kekesalan yang menggebu-gebu."Apa kau sehat, Juan Scherbakov?" Juan hanya melirik singkat ke arah Liona, ia tidak akan pernah memperdulikan ucapan wanita itu. "Lebih baik kau lamar saja dia, dan obati rasa sakitmu itu.""Aku tidak bisa, Liona. Menjadi seorang aktris adalah mimpinya." balas Juan terdengar lemah. "Aku tidak akan menghancurkannya.""Tapi kau yang akan hancur! Dia
Pada saat itu, Juan hanya mampu duduk seorang diri di sudut restoran yang ramai, tempat di mana Aleena bekerja sebagai pelayan. Aleena mengikat rambutnya yang indah, hingga leher jenjang nan putih itu nampak begitu jelas. Beberapa kali gadis itu tersenyum pada setiap pelanggan yang datang hanya untuk sekedar menyapa. Juan masih memperhatikan Aleena dari jauh, seperti orang dungu yang hanya mampu terdiam tanpa berkeinginan untuk menunjukkan eksistensinya.Juan takut Aleena menjauh dari pandangan matanya."Aleena, tolong antarkan pesanan ini ke meja nomor 17!" Suara nyaring milik rekan kerjanya menyadarkan keterpanahan Juan akan keindahan Aleena. dan untuk kesekian kali Juan harus rela kehilangan sosok Aleena yang hilang ditelan kerumunan."Apa tidak masalah aku memainkan karakter seperti itu?" tanya Aleena pada Juan. Pria itu membuka kedua kelopak matanya, dia baru saja mengingat kilasan masa lalu antara dirinya dan Aleena. Juan menoleh pada Aleena, ia kemudian mengangguk tipis. "Semua
Hari ini tepat tiga hari setelah insiden dimana Juan menampar Aleena hingga membuat bibir wanita itu terluka. Dan sejak saat itu pula keduanya belum bertatap muka satu sama lain hingga hari ini. Juan yang memilih untuk menyembunyikan diri seperti seorang pengecut, sedangkan Aleena, wanita itu tidak tahu harus melakukan apa dan lebih memilih untuk tetap mengikuti alur permainan yang Juan ciptakan untuk dirinya. Aleena menghela nafas pelan, ia memegang pergelangan kakinya yang sakit akibat terkilir. Kedua matanya berpendar mengamati ruang tunggu miliknya, Lizzy pergi untuk memanggil dokter, namun sampai saat ini gadis itu belum kembali. Semua kejadian tadi tidak akan terjadi jika dirinya fokus saat berakting. Pada saat ia harus melakukan scene melompat, Aleena malah kurang fokus sehingga dirinya berpijak tidak pada tempat yang seharusnya. Bagaimana dirinya bisa fokus bekerja selama ini jika pikirannya masih terpaku pada pria itu. Pria yang menyakitinya lalu menghilang begitu saja. A
“Dia bilang dia merindukanku... ” Aleena menepuk kedua pipinya yang telah bersemu merah. wanita itu bahkan tidak henti-hentinya mengulum senyum karena terlalu bahagia. Aleena masih tidak menyangka jika dirinya akan mendengar kalimat tersebut keluar dari mulut Juan. jika seperti itu, bisakah dirinya beranggapan kalau Juan memiliki perasaan terhadapnya? karena tidak mungkin ada kerinduan jika tidak ada perasaan di dalamnya. “Ouch!” Aleena meringis pelan ketika ujung telunjuknya tidak sengaja menyentuh panci yang ia pakai untuk merebus ramyeon. Karena dirinya terlalu larut dalam khayalannya tentang Juan, membuat Aleena kehilangan fokus dan melupakan kegiatannya saat ini. Juan yang mendengar rintihan milik Aleena lantas bergegas untuk memeriksa keadaan wanita itu. dan saat berada di pantry, Juan melihat Aleena tengah meniup ujung telunjuknya. “Kau kenapa?” tanya pria itu terdengar khawatir. Aleena menatap Juan de
Jadwal Aleena hari ini adalah menghadiri pertemuan untuk pembacaan naskah. Ia akan bertemu dengan Lizzy pukul 11 siang nanti, dan saat ini dirinya masih berada di dalam penthouse bersama Juan. Aleena berdiri mematung di depan lemari es, menatap isinya dengan tatapan menyedihkan. karena di dalamnya tidak ada apapun yang bisa ia masak.Aleena menggigit bibir bawahnya sambil berkacak pinggang, tadinya ia ingin membuatkan sesuatu untuk Juan. "Apa aku pesan sarapan saja?" tanya Aleena pada dirinya sendiri. Aleena pun kembali menutup pintu lemari es, lalu berjalan menuju kamarnya untuk menemui Juan. Aleena mendorong pintu kamarnya secara perlahan, ia menyembulkan kepalanya mengintip keadaan kamar dan ia melihat Juan masih berada di atas ranjang. Kemudian dirinya melangkah memasuki kamar dan mendekati pria itu, Aleena berdiri mematung di samping Juan. Aleena sedikit ragu untuk membangunkan pria itu, namun dirinya pe
“Bagaimana kalau kita makan siang bersama?" Alga dengan senyum ramahnya seperti biasa, mengajak Aleena saat setelah melaksanakan pembacaan naskah. Aleena lantas menoleh dan balas tersenyum, "Maaf, tapi aku ada janji dengan seseorang." tolaknya secara halus. Wanita itu kemudian kembali menatap layar ponselnya, menunggu balasan pesan dari Juan. Jujur saja dirinya begitu mengkhawatirkan keadaan pria itu. Dan membuatnya kembali tidak fokus pada kegiatannya karena memikirkan pria itu. "Ah begitu, baiklah sampai nanti." balas Alga lalu pergi meninggalkan Aleena yang masih berdiri mematung di depan ruang rapat mereka. "Lizzy, bisakah aku pulang sekarang?" tanya Aleena pada manajernya yang baru muncul. Lizzy kemudian membuka buku catatan miliknya dan melihat jadwal Aleena setelah ini, dan ternyata kosong. "Ya, kau boleh pulang sekarang." jawabnya.Aleena pun tersenyum tipis lalu mengucapkan terima kasih pada Lizzy, karena setel
Aleena memegang butir obat yang ia temukan di dekat almari handuk, itu adalah obat yang ia berikan pada Juan dan ternyata pria itu tidak meminumnya. Aleena semakin bingung dengan Juan, kenapa pria itu tidak meminum obat pemberiannya? Dalam kebingungan yang melanda dirinya, Aleena dikejutkan dengan suara ponsel miliknya yang berdering nyaring. Ia menoleh ke belakang dan bergerak mendekati nakas untuk mengambil ponselnya, dan Aleena cukup terkejut saat tahu itu merupakan panggilan telepon dari Juan. Tanpa menunda waktu lama lagi, Aleena segera menggulir tombol hijau pada layar ponselnya. "Hallo?" sahutnya pelan. “Aku sedang berada di rumah sakit, bisakah kamu kemari?” ucap Juan di balik panggilan teleponya. Jantungnya seakan melompat dari tempatnya tatkala Aleena mendengar kabar itu, kecemasan terhadap Juan kembali menghantui dirinya dan melupakan sejenak kekecewaan yang Aleena rasakan. "Aku akan kesana, t
"Selamat sore," Aleena muncul di balik pintu setelah dipersilakan masuk. wanita itu tersenyum cerah meski tubuhnya cukup lelah karena dirinya baru saja menyelesaikan syuting series untuk beberapa scene. Juan tersenyum tipis di balik layar laptopnya, namun sayangnya Aleena tidak melihat semua itu. Pria itu mematikan laptop dan menutupnya, lalu beralih menatap Aleena yang datang menghampirinya dengan berbagai buket bunga dan juga hadiah-hadiah kecil dalam pelukannya. Aleena meletakkan semua hadiah dan bunga yang tadi ia bawa ke atas meja, sedangkan Juan mulai berdiri dan duduk di atas sofa. Aleena mendekati pria itu sambil tersenyum simpul, hingga kemudian berakhir duduk di samping Juan. "Bagaimana hari ini?" tanya Juan datar setelah menenggak air dalam botol minum milik Aleena, Wanita itu mengerjapkan kedua matanya menyaksikan itu, kaget karena pria itu meminum dari botol bekas bibirnya. "Air lemon?" tanyanya sambi
Film The Cursed yang dibintangi Aleena bersama Jake menerima sambutan hangat dari publik. Film tersebut merupakan comeback perdana bagi Aleena setelah dirinya hiatus lebih dari satu tahun, dan itu juga merupakan film pertama bagi Aleena mencoba peran sebagai wanita tangguh.Setelah satu tahun terlewati dari waktu syuting, film tersebut akhirnya rilis dan ditayangkan di beberapa negara.Aleena sendiri tidak lagi mengambil proyek setelah film itu. Entah apa yang membuat wanita itu banyak menolak tawaran bermain dalam sebuah series maupun film. Namun banyak media yang memberitakan jika semua itu ada sangkut pautnya dengan suami Aleena yang terkenal cemburuan dan posesif itu.Tidak sedikit yang menuduh Juan sebagai dalang dari tidak berkembangnya potensi yang dimiliki Aleena.“Lama-lama aku muak dengan semua pemberitaan tentangku di media.” Juan menggerutu kesal ketika kembali menemukan artikel yang menyudutkan dirinya gara-gara Aleena
Seorang wanita paruh baya dengan penampilan lusuh berdiri di depan gerbang besar mansion milik Juan. Wanita itu menatap sedih pada bangun besar nan megah tersebut. Membayangkan jika putrinya tinggal dengan nyaman di dalam sana membuat dirinya ikut senang.Hubungannya dengan putrinya memang tidak baik. Atau lebih tepatnya perlakuan dirinya di masa lalu lah yang membuat hubungan keduanya tidak pernah harmonis.Lidya merasakan apa itu penyesalan saat dirinya tidak lagi memiliki apa-apa. Harta tidak ada, anak pun pergi dan enggan menjalin hubungan dengannya lagi. Sikap buruknya pada Aleena membuat Lidya merasa pantas dibenci oleh putrinya sendiri.“Aleena, Ibu hanya ingin meminta maaf.” gumam Lidya.Ia tidak berani meminta pada penjaga gerbang untuk mempertemukannya dengan Aleena. Dirinya merasa malu dan tidak punya muka untuk kembali menemui Aleena.Sementara itu Juan yang baru pulang dari kantor terkejut melihat keberadaan Ib
Juan berjalan dengan angkuh di sepanjang koridor lift. Ia hendak pergi untuk menemui Diana setelah wanita itu mengirimnya beberapa foto Aleena bersama Jake.Pria itu merasakan gemuruh di dadanya karena marah dan cemburu. Ia cemburu sebab Aleena yang berciuman dengan Jake, dan Marah pada Diana karena wanita itu bertindak seperti seorang provokator. Juan menunggu pintu lift terbuka, dan ketika hal itu terjadi dirinya dikejutkan dengan kemunculan Aleena bersama Leo.Wanita itu tersenyum cerah pada Juan, namun Juan yang tidak membalasnya membuat Aleena kebingungan.Juan mengurungkan niatnya untuk pergi menemui Diana. Karena Aleena sudah berada di depan matanya, maka Juan harus menyelesaikan masalahnya dengan sang istri terlebih dahulu. “Kenapa? Apa kau ada masalah?” tanya Aleena.Juan menarik napasnya untuk beberapa detik, ia butuh meredamkan rasa cemburunya agar dirinya tidak bertindak kasar pada Aleena terutama saa
Hari ini adalah syuting terakhir Aleena bersama Jake. Dan mereka berdua harus melakukan reka adegan lebih dekat demi membangun feel untuk kedua karakter.Aleena mendengarkan dengan bingung saat sutradara menjelaskan dirinya harus berciuman dengan Jake sementara di naskahnya sendiri tidak ada hal tersebut.“Bukankah seharusnya hanya sekedar pelukan sebelum Yuè Liáng mengorbankan nyawanya demi Christ?” Aleena menanyakan kejelasan adegan tersebut pada David.Pria itu tersenyum tipis, “Di naskahnya memang seperti itu. Tapi kami memutuskan untuk merubahnya sedikit agar lebih berkesan.” jelas pria itu. “Love line antara Yuè Liáng dan Christ begitu sedikit, sehingga kami ingin memperlihatkan sesuatu yang bisa menggambarkan besarnya cinta mereka.” ungkap David lagi.Aleena terdiam merenung, ia merasa tidak yakin harus melakukan adegan tersebut. Adegan ciuman mungkin bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan. Tapi masalahnya suaminya sudah memberi peringatan pada dirinya untuk tidak mengambil s
Seperti yang dijanjikan Aleena semalam, hari ini dirinya akan berada di rumah seharian. Dan karena itu pula Juan juga memutuskan untuk tidak pergi ke kantor demi bisa menikmati waktu bersama dengan istri dan anaknya.Mereka bertiga berencana untuk piknik kecil-kecilan di taman belakang mansion. Aleena sudah menyiapkan bekal makanan yang akan ia dan suaminya santap.“Perlu bantuan sayang?” tanya Juan pada Aleena yang masih berdiri di depan meja counter.Aleena tersenyum tipis lalu mengecup pipi Juan, “Aku sudah selesai.” jawabnya.Juan mendesah kecewa, “Apa itu artinya aku datang terlambat?” tanya pria itu yang merasa tidak enak hati karena tidak sempat membantu istrinya.Aleena tersenyum tipis mendengar itu, ia lantas mengatakan pada suaminya bahwa tadi dirinya dibantu maid. Jadi semua pekerjaannya bisa cepat selesai.Dirinya tidak ingin Juan diliputi rasa bersalah karena tidak bisa membantu pekerjaannya.“Bagaimana Leo? Dia sudah mandi?” tanya Aleena mengalihkan topik pembicaraan.“S
Juan memperhatikan putranya yang sedang diajak bermain oleh Diana, sahabat istrinya.Semenjak Aleena menandatangani kontrak untuk sebuah film barunya, wanita itu mulai disibukkan dengan kegiatan syuting. Aleena jarang berada di rumah dan bermain dengan Leo.Karena itulah Juan yang harus mengalah membawa pekerjaannya ke rumah guna bisa menemani Leo.Tapi akhir-akhir ini Diana sering berkunjung dengan alasan rindu pada Leo. Juan tidak bisa melarangnya karena wanita itu merupakan teman baik Aleena.“Leo sangat pintar, dia benar-benar cepat belajar.” ujar Diana setelah wanita itu menempatkan dirinya duduk bersebelahan dengan Juan.Juan tersenyum tipis menanggapinya, “Bagiku semua anak-anak pintar.” ujar Juan. “Mereka masih muda dan murni.” lanjutnya lagi. “Kau benar.” Diana merespon dengan cepat tanpa mengurai senyum manisnya.Juan terdiam sambil memperhatikan wanita itu. Ia cukup risih dengan keberadaan Diana, jika dirinya boleh jujur. Namun Juan tidak sampai hati kalau harus melarangny
Aleena membaca penggalan naskah film yang akan ia bintangi dan juga merupakan proyek pertama dirinya setelah kembali dari hiatus.“Kali ini aku menerimanya, menurutmu bagaimana?” tanya Juan pada istrinya itu.Aleena mendongak dan menatap Juan dalam diam, hingga kemudian wanita itu berdiri lalu berlari menerjang tubuh suaminya. Aleena tersenyum senang, saking bahagianya ia mencium seluruh permukaan wajah Juan dengan bertubi-tubi.“Juan, terima kasih banyak!” Juan tersenyum lega, ia tadinya berpikir jika Aleena akan menolak dengan alasan genrenya yang tidak cocok.“Ini juga merupakan tantangan besar untukku sebagai seorang aktris yang ingin mencoba memerankan berbagai macam karakter.” ungkap Aleena tanpa menyembunyikan rasa senangnya.Juan membalas pelukan istrinya, kedua tangannya merambat menyentuh punggung wanita itu dan menekannya dengan lembut.“Apakah kau akan memberiku hadiah?” tanya Juan seraya menyeringai. Aleena balas tersenyum nakal, ia lantas mengalungkan kedua lengannya de
Sesuai kesepakatan, Juan mengizinkan Aleena kembali ke industri hiburan sebagai aktris. Wanita itu hanya boleh mengambil pekerjaan untuk berakting, sisanya Juan tidak mengizinkannya.Aleena tidak masalah karena tujuannya memang untuk akting, ia tidak terlalu peduli dengan kegiatan lain seperti menjadi model majalah atau mengadiri acara tertentu. Jika dulu Juan mencoba menahan diri agar tidak nampak posesif di depan Aleena. Maka sekarang beda lagi, pria itu benar-benar memperlihatkan sisi posesifnya untuk wanita itu.Juan akan membatasi segala kegiatan Aleena termasuk memilah beberapa proyek akting yang datang pada wanita itu.“Sudah kesekian kali kamu menolak tawaran akting dari beberapa produser film.” ujar Aleena terdengar jengkel.Wanita itu mendatangi suaminya ke kantor, dan tentu saja dengan si kecil Leo yang saat ini berada di pangkuannya.Juan tersenyum tipis, “Kamu tidak berhak berkomentar soal itu, sayang.” balasnya.Aleena menekuk wajahnya karena kesal dengan sikap Juan. Jik
Juan memijit pelipisnya dengan pelan, sakit yang dirasakan kepalanya tidak kunjung mereda. Semua gara-gara perkataan Aleena semalam, di mana wanita itu mengatakan keinginannya untuk kembali ke industri hiburan.Dan sekarang Juan tidak tahu langkah apa yang akan ia ambil. Apakah dirinya perlu memberi izin atau tidak.Dirinya harus mempertimbangkan sebaik mungkin, dengan memikirkan dampak baik dan buruknya pekerjaan Aleena demi kelangsungan rumah tangga mereka.Apalagi anak mereka saat ini masih sangatlah kecil, Juan takut jika pekerjaan Aleena membuat putranya kekurangan kasih sayang dari Aleena sendiri.Juan sudah sangat sibuk dan hanya memiliki waktu sedikit untuk Leo. Ia takut jika Aleena kembali ke industri hiburan dan membuat wanita itu sama sibuknya dengan Juan.“Aku harus bagaimana?” tanya Juan pada dirinya sendiri. Sementara itu di lain tempat, Aleena sedang mengajak putranya jalan-jalan di sekitaran taman kota. Wanita itu ditemani oleh Damian yang merupakan pengawal pribadi