Pria dengan suara berat dan dalam itu semakin mendekat dan membawa kengerian yang luar biasa. Elena spontan mundur menghindar. Wajahnya serupa dengan Jason, tetapi aura pria itu sangat berbeda. Dia menyeringai hingga membuat Elena bergidik. “Oh, kau pasti mengira bahwa aku ... hmmm ... Jason, bukan?” “S-siapa kau? A-apa maumu? Di mana ini? Apa aku telah mati?” Suara Elena bergetar oleh rasa takut yang begitu dalam. “Kau tidak perlu tahu siapa aku dan namaku. Yang perlu kau tahu adalah ... Jason sudah membawamu kembali ke masa lalu dengan benda keramat milik Keluarga Wright. Tidak masalah jika-” “Apa!?” pekik Elena. Dalam sekejap, pria yang tak mau menyebutkan nama dan berwajah mirip Jason itu berdiri tepat di depan Elena. Elena bahkan tak sempat berkedip saat pria itu mencengkeram lehernya. Wajah Elena membiru dan paru-parunya seakan hampir meledak karena cekikan di lehernya. Dia meronta-ronta sambil mencakar tangan dingin pria itu, tetapi usahanya berakhir sia-sia. “Jangan me
Dalam sekejap, Elena terbangun di tengah ruangan dengan ketujuh tetua yang berdiri mengelilinginya. Mereka sudah berhenti merapalkan mantra. Jason dan William memegang kedua sisi tangan Elena sangat erat. Kepala kedua pria itu menunduk dan bersandar di sisi ranjang. Tak sadar jika Elena telah membuka mata. “Jason ... Papa ...,” panggil Elena lirih. Jason sontak bangkit, lalu memeluk Elena. “Kau baik-baik saja, Sayang?” tanya Jason dengan mata sembab. William tersenyum dan mengangguk sambil menatap Elena dengan raut kesedihan, kemudian mundur untuk memberikan ruang kepada anak dan menantunya. Para tetua mengajak William ke luar dari ruangan itu, menyisakan mereka Jason dan Elena. Elena mengusap wajah Jason penuh kasih sayang. Tak menyangka jika Jason nekat melakukan apa saja untuk membawanya dari kematian. “Aku ingin duduk ...,” pinta Elena. Jason membimbing Elena hingga terduduk. Kemudian kembali memeluk sambil mengusap lembut rambutnya. “Terima kasih dan maafkan aku, Jason Wr
Bola mata Elena menggantung tanda tak suka .... Dia melihat gerak-gerik Jason dengan sebal. Setelah bergumul panas sampai pagi, Jason kembali menatap dirinya seperti wanita yang patut dikasihani. “Sudah selesai? Mau berangkat sekarang?” tanya Jason halus. “Jason ... jangan seperti ini terus! Kembalilah seperti biasanya!” sergah Elena. “Aku sungguh baik-baik saja. Seperti katamu, kita bisa memiliki anak lagi suatu saat nanti. Waktu kita masih panjang ....” Elena sudah membuat kontrak dengan leluhur Jason. Dia tak peduli apa pun isinya, asalkan leluhur Jason dapat melenyapkan 'kotoran' sampai bersih sehingga Elena tak perlu mencemaskan masa depannya lagi atas kutukan itu.Namun, Elena tak bisa mengatakannya kepada Jason, sesuai kesepakatan dengan sang leluhur. Jason belum tahu jika buah hati mereka tidak benar-benar ada.Bagaimana mungkin Jason bisa kembali seperti dulu, di saat dirinya telah kehilangan buah hati mereka? Pun, Jason masih mengira Elena hanya pura-pura kuat di hadapanny
Jason sontak mendongak ke atas untuk melihat wajah Elena yang terkejut. Tangannya terangkat untuk mengusap pipi Elena. “Maafkan aku, Sayang .... Kepalaku masih sangat pusing dan Austin banyak melakukan kesalahan saat rapat. Banyak orang yang susah diatur. Jiwaku seakan masih tertinggal di ruang rapat. Aku ....” Jason menunduk penuh penyesalan. Keheranan Elena menghilang, berganti dengan rasa iba. Belum pernah sekali pun Elena mendengar Jason memaki. Jason pasti sangat membutuhkan istirahat saat ini. “Jason, pulanglah ke rumah. Biar aku suruh Logan yang memijatmu. Tanganku lemas karena banyak mengetik dan menulis. Maaf ....” Jason meremas telapak tangan Elena yang bertengger di bahunya. Kemudian memajukan sampai di depan mulut dan menciumnya. “Aku yang seharusnya minta maaf ... aku sudah membentakmu. Aku tidak sengaja ....” Jason menampar mulutnya sendiri dengan keras. “Mulut ini sudah melakukan kesalahan besar!” “Jason!” sergah Elena sambil mencekal pergelangan tangan Jason. “Ti
Aneh ... Itulah yang Elena rasakan kepada sang suami. Elena mengamati tingkah laku Jason dalam diam. Awalnya, dia pikir Jason bersikap manja karena sedang sakit. Akan tetapi, setelah diamati baik-baik, Jason sedikit berbeda. Tingkah laku Jason memang terkadang berubah-ubah. Hal tersebut wajar karena semua manusia pasti selalu melakukan perubahan. Yang menjadi masalah adalah kebiasaan yang tak pernah Jason lakukan sebelumnya. Terkadang, Jason berkata-kata kasar lirih setiap kali dia tidak menyukai sesuatu. Bahkan, kepada para bawahannya pun dia tak sebaik dulu. Arogan, satu kata yang mencerminkan kepribadian Jason sekarang. Jason seolah berubah menjadi pria yang dulu dikenal Elena di kehidupan pertama, pria yang tak dapat diajak bicara dengan benar.Namun, anehnya setiap kali bersama Elena, Jason berubah menjadi pria yang sangat lembut, penyayang, dan seakan seperti perayu ulung. Meski terkadang, Elena melihat satu sudut mulut Jason terangkat saat sedang merayu dirinya, seolah-olah
“Kau keterlaluan, Jason!” sergah Elena. “Kemarilah,” titah Jason sekali lagi.Elena bergeming dan tak ingin menuruti perintah Jason. Dia merasa sakit hati oleh kata-kata Jason yang sangat menyakitkan. Katanya, mereka akan terus bersama apa pun yang terjadi. Dengan teganya, Jason mengatakan akan mencari wanita penghibur! Jason melompat dari ranjang, kemudian menyeret Elena hingga terjembab di kasur. Dia mencumbu Elena dengan agresif. Elena tak dapat menolak kekuatan sang suami dan hanya menerima perlakuan itu. Dan sejak saat itu, Elena lebih sering diam saat sedang bersama Jason …. William pun menyadari hubungan Elena dan Jason yang merenggang. Tak tahu apa sebabnya, William langsung bertanya kepada yang sang menantu. “Kau sedang bertengkar dengan Elena?” Jason mengusap wajah dengan kasar. Penampilannya tampak kusut, tak seperti dirinya yang biasa. Dia hanya menekuk wajah dalam diam.Tak mendengar jawaban Jason lebih dari satu menit, William bertanya lagi, “Kau sedang ada masalah
Setelah keluarganya mengalami kebangkrutan, Johan terpaksa bekerja menjadi karyawan biasa di sebuah toko perhiasan. Dia sudah melamar pekerjaan di mana-mana, tetapi hanya toko itu yang mau menerima dirinya. Bahkan, semua relasi yang selama ini berhubungan baik dengannya maupun Edmund, tak ada satu pun yang mau membantu. Johan tahu, Jason pasti tak akan membiarkan hidupnya tenang. Pemilik toko perhiasan itu pun sebenarnya juga mengenal Jason. Akan tetapi, Claire, pemilik toko perhiasan itu, tak peduli dengan desas-desus yang mengatakan bahwa JG Group akan membuat perhitungan dengan siapa pun yang membantu Edmund dan Johan. Asalkan Johan dapat bekerja dengan baik dan jujur, Claire tak akan mempermasalahkan hal-hal kecil seperti itu. Dan selama hampir satu bulan bekerja untuknya, Johan tak pernah membuat masalah satu pun di sana. Namun, agaknya Johan sedang sial sekarang. Melihat Elena ada di hadapannya, sudah jelas jika Elena akan berbuat sesuatu untuk menghancurkan dirinya. Johan m
Johan memeluk Elena dengan erat. Badannya gemetaran, kemudian berucap lirih, “Aku merindukanmu, Elena. Rasanya menyakitkan setelah berpisah denganmu. Maafkan aku ... aku sudah salah telah mengkhianati kepercayaanmu ....” Elena mendorong Johan dengan kasar. Dia merasa badannya terkena kotoran oleh pelukan pria yang pernah ada di hatinya. Dia bersiap memaki Johan. Namun, bibirnya kembali mengatup rapat ketika melihat Johan ternyata sedang menangis dengan wajah merah padam. Meskipun Johan pernah menipunya dan selalu melihat Elena dengan tatapan sendu ketika sedang sakit, tetapi Johan tak sekali pun mengeluarkan air mata. Elena hanya terdiam sambil menerka-nerka rencana Johan hingga bersandiwara seperti itu. Namun, dia tak menemukan adanya kebohongan dari raut wajah Johan. ‘Tidak! Aku tidak boleh tertipu lagi!’ “Bisa-bisanya kau merindukanku .... Kau sudah mendapatkan wanita yang kau inginkan, dan sekarang untuk apa kau menangis di depanku?” sinis Elena. “Aku tidak mengharapkan apa