Kehilangan seseorang bisa menyerang mental seseorang. Kalau lagi sedih, ada baiknya ngobrol dengan seseorang supaya hati jadi lega... Jangan dipendam sendiri 😘
Setelah keluarganya mengalami kebangkrutan, Johan terpaksa bekerja menjadi karyawan biasa di sebuah toko perhiasan. Dia sudah melamar pekerjaan di mana-mana, tetapi hanya toko itu yang mau menerima dirinya. Bahkan, semua relasi yang selama ini berhubungan baik dengannya maupun Edmund, tak ada satu pun yang mau membantu. Johan tahu, Jason pasti tak akan membiarkan hidupnya tenang. Pemilik toko perhiasan itu pun sebenarnya juga mengenal Jason. Akan tetapi, Claire, pemilik toko perhiasan itu, tak peduli dengan desas-desus yang mengatakan bahwa JG Group akan membuat perhitungan dengan siapa pun yang membantu Edmund dan Johan. Asalkan Johan dapat bekerja dengan baik dan jujur, Claire tak akan mempermasalahkan hal-hal kecil seperti itu. Dan selama hampir satu bulan bekerja untuknya, Johan tak pernah membuat masalah satu pun di sana. Namun, agaknya Johan sedang sial sekarang. Melihat Elena ada di hadapannya, sudah jelas jika Elena akan berbuat sesuatu untuk menghancurkan dirinya. Johan m
Johan memeluk Elena dengan erat. Badannya gemetaran, kemudian berucap lirih, “Aku merindukanmu, Elena. Rasanya menyakitkan setelah berpisah denganmu. Maafkan aku ... aku sudah salah telah mengkhianati kepercayaanmu ....” Elena mendorong Johan dengan kasar. Dia merasa badannya terkena kotoran oleh pelukan pria yang pernah ada di hatinya. Dia bersiap memaki Johan. Namun, bibirnya kembali mengatup rapat ketika melihat Johan ternyata sedang menangis dengan wajah merah padam. Meskipun Johan pernah menipunya dan selalu melihat Elena dengan tatapan sendu ketika sedang sakit, tetapi Johan tak sekali pun mengeluarkan air mata. Elena hanya terdiam sambil menerka-nerka rencana Johan hingga bersandiwara seperti itu. Namun, dia tak menemukan adanya kebohongan dari raut wajah Johan. ‘Tidak! Aku tidak boleh tertipu lagi!’ “Bisa-bisanya kau merindukanku .... Kau sudah mendapatkan wanita yang kau inginkan, dan sekarang untuk apa kau menangis di depanku?” sinis Elena. “Aku tidak mengharapkan apa
Elena berkali-kali menghubungi Jason, tetapi Jason tak menjawab panggilannya. Dia juga mengirim banyak pesan untuk menghentikan Jason. Jangankan membalas, Jason bahkan tak membaca pesan darinya.Bukan Elena tak tega membiarkan Johan terkena amukan Jason. Elena tak ingin Jason melakukan sesuatu di luar batas, mengingat Jason akhir-akhir ini sering berbuat dan berkata-kata kasar.“Apa kau tidak tahu ke mana tujuan mereka?” Elena bertanya kepada Ryan sambil masih berusaha menelepon Jason.“Saya tidak tahu, Nyonya,” sesal Ryan.Elena pun tak tahu tempat tinggal Johan sekarang. Dia hanya pernah mendengar jika Johan sering keluar masuk hotel dengan seorang wanita. Kemudian, dia menyuruh Ryan untuk mengantarkan ke hotel itu.Setelah menunggu hampir setengah jam, tak ada tanda-tanda keributan di tempat itu. Elena memutuskan untuk menuju toko perhiasan Claire meski tahu Johan sudah pulang atau mungkin dipecat.Sayangnya, sampai di sana pun Elena tak melihat kehadiran Jason. Menurut pet
Jason akhir-akhir ini sering bermimpi buruk. Dia melihat dirinya sendiri dalam versi yang lain. Orang itu bicara dengannya, tetapi Jason tak pernah bisa mendengar suaranya. Namun, orang itu selalu menunjukkan perbuatan-perbuatan keji yang mengganggu mata. Hingga malam itu, setelah Jason bertemu Johan, dia akhirnya bisa mendengarkan suara orang yang berwajah sama dengannya. “Kau sekarang tidak tuli lagi, bukan? Semua memang butuh proses. Aku harus berterima kasih kepada Elena.” “Siapa kau?” tanya Jason dengan suara bergetar. “Kau bertanya siapa diriku?” Orang itu menunjuk diri sendiri, lalu tertawa terbahak-bahak. “Dari wajahku saja kau sudah bisa menebak siapa aku, bukan? Elena pasti percaya jika aku memang leluhurmu. Ha ha!” Tidak. Jason tak mengerti. Wajah kebingungannya terlihat jelas di mata orang itu. Lalu, apa maksudnya dengan berterima kasih kepada Elena? Apakah orang itu pernah bertemu dengan Elena? “Aku adalah kau, dan kau adalah aku.” “Apa maksudmu?” Kaki Jason melang
Di ranjang lainnya, Johan tergeletak tak berdaya. Sang adik masih hidup dengan kondisi mengenaskan. Jason telah meminumkan racun yang telah membunuh Elena dulu padanya. Jason bersumpah akan melakukan hal yang sama kepada ketiga penjahat yang telah membunuh Elena. “Tuan, Anda sudah bangun ....” Logan yang mendengar langkah Jason pun ikut bangun. “Ryan menelepon terus sejak tadi malam dan saya hanya mengabaikannya. Apa kita bisa pulang sekarang? Saya takut dimarahi Nyonya Elena.” “Tentu saja, Logan. Kau sudah banyak membantu. Aku akan menaikkan gajimu!” Jason menepuk pundak Logan dengan wajah berseri-seri. “Lalu bagaimana dengan Johan?” “Suruh orang untuk mengobati lukanya. Saat memar di tubuhnya hilang, kau bisa mengembalikannya ke tempat semula. Aku tidak peduli.” ‘Dia akan mati perlahan dengan sendirinya,’ lanjut Jason dalam hati. Ah, itu tidak penting sekarang. Jason hanya ingin segera bertemu Elena. *** Sampai di kediaman Forbes, Jason Wright langsung duduk seperti anak kec
Setelah William memanggil Logan dan menginterogasi selama berjam-jam, William akhirnya memercayai penjelasan Jason dan Logan. Dia tidur lebih awal semalam dan tak tahu jika Jason tak pulang. Lagi pula, Jason tampak benar-benar menyesal karena tak menghubungi Elena karena kelelahan. Jason sampai sekarang masih menunduk, memandangi lututnya tanpa memalingkan wajah ke arah lain sejak tadi. Akan tetapi, Jason sebenarnya bukan sedang menyesal. Dia saat ini merenung sambil memikirkan cara yang mungkin dilakukan jiwanya yang lain untuk menyenangkan hati Elena sehingga dia dapat memeluknya. Tak heran jika Jason bertindak aneh selama beberapa kali muncul kemarin. Dia sungguh tak tahu cara memperlakukan wanita, terlebih Elena yang sangat dicintainya. ‘Haruskah aku membelikan Elena barang-barang mahal? Wanita biasanya menyukai itu, bukan? Apa aku harus memeluk dan merayunya? Tidak ... tidak ... Elena bisa mengira aku pria mesum. Argh! Sial! Aku harusnya tidak bersikap menyebalkan kemarin!’ “
Anna hampir tersedak makanan. Dia menatap Jason penuh tanya. Bukankah Jason adalah orang yang memenjarakan dirinya dan bersikeras tak akan mau menyelesaikan dengan cara damai? “Kenapa ... kau mau membantu Mama?” tanya Anna keheranan. Anna sebelumnya hanya berharap jika Jason mau meringankan hukumannya. Tak pernah terbersit dalam benak Anna jika Jason akan menawarkan kebebasan. Jason tiba-tiba menggenggam tangan Anna hingga sendok yang dipegangnya terjatuh. “Akhir-akhir ini, aku bermimpi tentang ibu kandungku. Dia marah padaku karena memperlakukan mama tiri istriku dengan buruk. Aku percaya jika Mama Anna akan berubah setelah keluar dari penjara, seperti kata ibuku dalam mimpi.” Anna terharu mendengar cerita Jason. Kali ini, air mata yang menetes bukanlah kepalsuan. “Jason ... Mama memang bersalah kepada Elena dan William. Mama tidak apa-apa jika harus dipenjara. Tetapi, bisakah kau membantu Mama agar hukuman Mama diringankan? Mama berjanji akan hidup di tempat lain yang jauh dari
Jason tersenyum miring saat membaca pesan singkat dari anak buahnya. [Johan baru saja dibawa ke rumah sakit oleh Nona Claire. Dia memuntahkan darah, tetapi tidak ada masalah kesehatan apa pun yang terdeteksi alat medis canggih.] Begitulah reaksi pertama bagi orang yang menelan racun yang sama dengan Elena dulu. Bukan hanya Johan, Anna dan Jenna pun telah menelan racun tersebut tanpa sadar. Apakah Jason akan membunuh mereka? Tidak. Di kehidupan ini, Jason tak akan bertindak gegabah dengan melenyapkan nyawa mereka dengan mudah. Apalagi, dia kini telah menikah dengan Elena. Oleh karena itu, Jason hanya memberi sedikit dosis racun supaya tak sampai membunuh mereka. Ketiga orang itu akan ketakutan setelah mengetahui ada yang tak beres dengan kondisi tubuh mereka. Di saat racun itu menghilang dari tubuh mereka, Jason akan memberikan dosis tambahan, hingga seumur hidup mereka dibayang-bayangi ketakutan akan kematian. Penjara merupakan tempat yang mudah. Kematian mereka pun tak akan bisa