Ternyata, pikiran Elena yang kotor.
Tangan Elena gemetaran kala Jason memegang pergelangan tangannya. “I-ini ….” Sebuah lebam merah kehitaman muncul di area dada kiri Jason. Elena tahu persis apa itu. Seperti tanda-tanda kala penyakitnya di kehidupan pertama akibat racun yang diberikan Anna. Bagaimana bisa Jason memiliki tanda yang sama? Apakah seseorang telah meracuni Jason? Mau diingat berapa kali pun, Jason tak pernah dikabarkan sakit-sakitan ataupun terluka parah. Kenapa di kehidupan kedua ini, Jason mendapatkan luka yang sama persis dengan tanda-tanda penyakit misterius itu? “K-kau tidak seharusnya … berada di sini ….” Jason susah payah bicara. “Apa … apa yang terjadi …? Bagaimana kau bisa mendapatkan luka ini?” Elena masih tak mau percaya jika yang dilihatnya sungguh nyata. Dia tahu bagaimana rasanya ketika penyakitnya berawal. Begitu menyakitkan … dan kian menyakitkan hingga tak tertahankan. Melihat Jason melakukan perbuatan senonoh sendiri tentunya lebih baik dari ini. Pria itu mengerang semakin keras ket
“Dari mana kau?” Jason keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk sebatas pinggang, bertepatan dengan Elena yang masuk ke kamar. “Jalan-jalan.” Elena masih terlihat bingung. Dia berbaring terlentang di ranjang dengan kedua tangan di kedua sisi kepala. Menerawang ingatan semalam yang kian pudar. ‘Masa aku hanya mimpi? Aneh sekali ....’ Butiran air menetes di wajah Elena, satu lagi menetes di matanya, sehingga membuat Elena berkedip-kedip. Jason menunduk tepat di atas wajahnya dengan rambut yang masih basah. “Jason! Bisa tidak, sekali saja kau tidak menggangguku!?” Elena mengusap wajah dengan kasar menggunakan dua tangan. “Jangan mengotori kasurku! Kau belum mandi! Bajumu penuh bakteri!” Jason justru menggelengkan kepala supaya air di rambutnya mengenai Elena. “Argh! Kau menyebalkan sekali! Aku sedang berpikir!” pekik Elena sambil mendorong-dorong wajah Jason. Jason selalu saja mengusik konsentrasi Elena. Dia jadi tak bisa berpikir jernih karena harus mengurusi kepribadian m
*Jason Wright di kehidupan pertama ... Elena tidak memilih dirinya, melainkan Johan. William baru saja menyampaikan kabar itu. Tampak raut kesedihan di wajah ayah Elena. “Aku berharap kau bisa menjadi menantuku, Jason. Tapi, semua keputusan ada di tangan Elena. Aku tidak bisa memaksanya untuk memilih pria yang tidak dia inginkan.” Sebenarnya, William telah bicara kepada Edmund supaya Elena dan Jason bisa bertunangan. Namun, Edmund justru menawarkan Johan. Edmund terus menekan William dan tak mengizinkan Jason bertunangan dengan Elena. William pun akhirnya memutuskan supaya Elena bisa memilih satu di antara putra Wright. Dia yakin jika Elena akan memilih Jason. Sayangnya, prediksinya salah. “Tidak masalah, Paman.” Sementara itu, Jason awalnya ingin memanfaatkan Elena demi bisa mendapatkan kembali semua haknya di Perusahaan Wright. Dia butuh dukungan William untuk melancarkan aksinya. Setelah bertemu Elena, Jason justru jatuh cinta padanya pada pandangan pertama. Elena merupakan
Hangat .... Tak seperti biasa, tubuh Jason terasa hangat ketika membuka mata. Elena memeluknya semalaman dengan air mata yang kini telah mengering di pipinya. Jason mengusap lembut pipi Elena untuk menghilangkan bekas air mata itu. Kemudian memberikan kecupan di keningnya. Berada di pelukan Elena menghadirkan rasa nyaman dan lega. Jason ingin menghentikan waktu ketika berada di sisi Elena Forbes. “Kau tidak seharusnya memedulikanku. Aku tidak bisa menjanjikan apa pun untukmu,” ujar Jason lirih. Ketika teringat bahwa hubungannya dengan Elena merupakan kesia-siaan, Jason segera terbangun dari impian semu. Dia menyingkirkan Elena dengan kasar. “Bangun, Pemalas!” Elena membuka mata begitu badannya terhempas ke sisi lain di ranjang. Terkejut dengan mulut terbuka. Dia langsung terduduk begitu sadar telah ketiduran saat berusaha merawat Jason semalaman, yang tentu saja berakhir sia-sia. Jason tetap merasakan kesakitan, mengerang, dan membuat Elena menangis terisak-isak. “Jason! Kau b
“Nak ... Elena ... kenapa kau memaksa Jason seperti itu?” William bergegas mengunci pintu dengan raut wajah yang masih tercengang. “Ini di tempat kerja, Sayang. Kendalikan hawa nafsumu.” Tangan Elena yang melekat di kemeja Jason terlepas lemas dengan sendirinya. Apa sekarang ayahnya juga akan mengatakan bahwa dirinya wanita mesum? “Ini tidak seperti yang Papa lihat. Aku hanya-” Elena menunjuk dada Jason dengan telapak tangan terbuka ke atas, kemudian menunjuk sembarangan. “Jason, maafkan putri Papa yang terlalu bersemangat. Astaga ... aku akan minta Frank membawakan baju ganti untukmu,” kata William. Manik cokelat William masih tertuju pada tanda kemerahan di area dada Jason. “Bagaimana kalau sampai ada yang melihat bekas itu? Kau akan mempermalukan Jason, Elena. Jason sekarang pemimpin di perusahaan kita.” Elena dan Jason sontak mengikuti arah pandang William. Benar ... ada bekas tangan Elena yang terlalu kuat mencengkeram kemeja Jason hingga mengenai dadanya. William mengira be
Setelah kembali dari masa depan, Jason langsung mendapatkan tanda itu. Awalnya, masih hanya terasa menggelitik dan sebesar titik. Tanda merah kehitaman kian membesar setiap kali muncul. Terjadi selama seminggu sekali, kemudian berubah menjadi lebih sering hingga area tanda kian meluas. Akhir-akhir ini, tanda itu keluar begitu menyakitkan. Jantungnya terkadang seakan seperti diremas-remas, tetapi tak jarang seperti tertusuk benda tajam. Anehnya, kata-kata Elena benar. Rasa sakit itu sedikit berkurang ketika Elena sibuk melumat bibirnya. Jason membalas ciuman itu dengan lahap. “Eugh ...,” erangan kesakitan Jason tertahan saat masih berciuman dengan Elena. Elena membalik badan Jason supaya dia bisa lebih leluasa menciumnya. Dia menekan dada kiri Jason yang terasa sakit, berharap jika luka itu akan menghilang oleh desakan tangannya. Jason meremas punggung Elena kala jantungnya seperti tertusuk benda tajam. Bibir dan lidahnya menyerang rongga mulut Elena lebih kuat untuk meredam rasa
“Ah, aku hanya bercanda! Bukan kencan maksudku, tapi jalan-jalan biasa.” Dean segera mengubah ucapannya begitu melihat tampang Elena kebingungan. “Kau tahu, aku tidak punya teman untuk diajak pergi.” ‘Cih, alasan saja. Elena tidak suka dengan pria sepertimu.’ Jason merasa sangat mengenal Elena. Dia tahu jika Elena tak akan mau pergi berdua dengan pria yang kurang terbuka dan ragu-ragu seperti Dean. Seperti dirinya di kehidupan pertama, yang gagal menunjukkan keberanian walau hanya bicara dengan Elena. “Oh! Baiklah. Kebetulan aku juga sudah lama tidak nonton,” jawab Elena sambil mengulas senyum. Jason menelan ludah bulat-bulat. Bagaimana mungkin Elena segampang itu diajak pergi pria lain, sementara dirinya telah memiliki seorang suami!? ‘Apa dia tidak menghargaiku!?’ geram Jason dalam hati. Tidak. Bukankah itu lebih baik untuk mereka? Bukankah Jason sendiri yang sengaja membelikan tiket masuk pameran lukisan favorit Elena agar bisa lebih dekat dengan Dean? Lalu kenapa dia harus
“Kau benar. Aku tidak melupakan tujuanku. Kenapa kau mengira aku bohong padamu?” Elena memutar bola mata. “Lalu kenapa kau tidak peduli jika Johan mengambil dana perusahaan untuk investasi pribadi? Kau sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan kau bisa mengatakan semua itu kepada Papa Edmund. Johan sudah berbohong saat mengaku memakai dana perusahaan untuk menjalankan proyek.” Jason merasa sedang terjebak. Elena benar-benar jeli menilai situasi. Dia berpikir cepat untuk mencari penjelasan masuk akal. “Kau tidak perlu mengkhawatirkan urusanku. Sebelum menikah denganmu, Papa William sepakat untuk membantuku,’ dalih Jason gugup. Beruntung, Elena percaya begitu saja. Jason bisa bernapas lega setelahnya. “Mari tidur.” Jason merangkul Elena dengan natural, seakan mereka benar-benar pasangan saling mencinta. Namun, Elena segera menyentak tangannya. “Kau tidurlah lebih dulu! Aku akan menjaga tanda itu muncul lagi.” Jason tersenyum miring. “Dan kau punya kesempatan istimewa untuk menci