Pelan-pelan ya bacanya, karena setiap bab saling berhubungan 😉 Cerita ini akan ada banyak misteri.
Hangat .... Tak seperti biasa, tubuh Jason terasa hangat ketika membuka mata. Elena memeluknya semalaman dengan air mata yang kini telah mengering di pipinya. Jason mengusap lembut pipi Elena untuk menghilangkan bekas air mata itu. Kemudian memberikan kecupan di keningnya. Berada di pelukan Elena menghadirkan rasa nyaman dan lega. Jason ingin menghentikan waktu ketika berada di sisi Elena Forbes. “Kau tidak seharusnya memedulikanku. Aku tidak bisa menjanjikan apa pun untukmu,” ujar Jason lirih. Ketika teringat bahwa hubungannya dengan Elena merupakan kesia-siaan, Jason segera terbangun dari impian semu. Dia menyingkirkan Elena dengan kasar. “Bangun, Pemalas!” Elena membuka mata begitu badannya terhempas ke sisi lain di ranjang. Terkejut dengan mulut terbuka. Dia langsung terduduk begitu sadar telah ketiduran saat berusaha merawat Jason semalaman, yang tentu saja berakhir sia-sia. Jason tetap merasakan kesakitan, mengerang, dan membuat Elena menangis terisak-isak. “Jason! Kau b
“Nak ... Elena ... kenapa kau memaksa Jason seperti itu?” William bergegas mengunci pintu dengan raut wajah yang masih tercengang. “Ini di tempat kerja, Sayang. Kendalikan hawa nafsumu.” Tangan Elena yang melekat di kemeja Jason terlepas lemas dengan sendirinya. Apa sekarang ayahnya juga akan mengatakan bahwa dirinya wanita mesum? “Ini tidak seperti yang Papa lihat. Aku hanya-” Elena menunjuk dada Jason dengan telapak tangan terbuka ke atas, kemudian menunjuk sembarangan. “Jason, maafkan putri Papa yang terlalu bersemangat. Astaga ... aku akan minta Frank membawakan baju ganti untukmu,” kata William. Manik cokelat William masih tertuju pada tanda kemerahan di area dada Jason. “Bagaimana kalau sampai ada yang melihat bekas itu? Kau akan mempermalukan Jason, Elena. Jason sekarang pemimpin di perusahaan kita.” Elena dan Jason sontak mengikuti arah pandang William. Benar ... ada bekas tangan Elena yang terlalu kuat mencengkeram kemeja Jason hingga mengenai dadanya. William mengira be
Setelah kembali dari masa depan, Jason langsung mendapatkan tanda itu. Awalnya, masih hanya terasa menggelitik dan sebesar titik. Tanda merah kehitaman kian membesar setiap kali muncul. Terjadi selama seminggu sekali, kemudian berubah menjadi lebih sering hingga area tanda kian meluas. Akhir-akhir ini, tanda itu keluar begitu menyakitkan. Jantungnya terkadang seakan seperti diremas-remas, tetapi tak jarang seperti tertusuk benda tajam. Anehnya, kata-kata Elena benar. Rasa sakit itu sedikit berkurang ketika Elena sibuk melumat bibirnya. Jason membalas ciuman itu dengan lahap. “Eugh ...,” erangan kesakitan Jason tertahan saat masih berciuman dengan Elena. Elena membalik badan Jason supaya dia bisa lebih leluasa menciumnya. Dia menekan dada kiri Jason yang terasa sakit, berharap jika luka itu akan menghilang oleh desakan tangannya. Jason meremas punggung Elena kala jantungnya seperti tertusuk benda tajam. Bibir dan lidahnya menyerang rongga mulut Elena lebih kuat untuk meredam rasa
“Ah, aku hanya bercanda! Bukan kencan maksudku, tapi jalan-jalan biasa.” Dean segera mengubah ucapannya begitu melihat tampang Elena kebingungan. “Kau tahu, aku tidak punya teman untuk diajak pergi.” ‘Cih, alasan saja. Elena tidak suka dengan pria sepertimu.’ Jason merasa sangat mengenal Elena. Dia tahu jika Elena tak akan mau pergi berdua dengan pria yang kurang terbuka dan ragu-ragu seperti Dean. Seperti dirinya di kehidupan pertama, yang gagal menunjukkan keberanian walau hanya bicara dengan Elena. “Oh! Baiklah. Kebetulan aku juga sudah lama tidak nonton,” jawab Elena sambil mengulas senyum. Jason menelan ludah bulat-bulat. Bagaimana mungkin Elena segampang itu diajak pergi pria lain, sementara dirinya telah memiliki seorang suami!? ‘Apa dia tidak menghargaiku!?’ geram Jason dalam hati. Tidak. Bukankah itu lebih baik untuk mereka? Bukankah Jason sendiri yang sengaja membelikan tiket masuk pameran lukisan favorit Elena agar bisa lebih dekat dengan Dean? Lalu kenapa dia harus
“Kau benar. Aku tidak melupakan tujuanku. Kenapa kau mengira aku bohong padamu?” Elena memutar bola mata. “Lalu kenapa kau tidak peduli jika Johan mengambil dana perusahaan untuk investasi pribadi? Kau sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan kau bisa mengatakan semua itu kepada Papa Edmund. Johan sudah berbohong saat mengaku memakai dana perusahaan untuk menjalankan proyek.” Jason merasa sedang terjebak. Elena benar-benar jeli menilai situasi. Dia berpikir cepat untuk mencari penjelasan masuk akal. “Kau tidak perlu mengkhawatirkan urusanku. Sebelum menikah denganmu, Papa William sepakat untuk membantuku,’ dalih Jason gugup. Beruntung, Elena percaya begitu saja. Jason bisa bernapas lega setelahnya. “Mari tidur.” Jason merangkul Elena dengan natural, seakan mereka benar-benar pasangan saling mencinta. Namun, Elena segera menyentak tangannya. “Kau tidurlah lebih dulu! Aku akan menjaga tanda itu muncul lagi.” Jason tersenyum miring. “Dan kau punya kesempatan istimewa untuk menci
“Tuan Austin, Anda ....” Elena sampai kehilangan kata-kata karena sangat terkejut melihat pria terkaya itu menunduk sopan di depan Jason dan memanggilnya tuan. “Saya tadi pagi belum sempat menyapa Anda dengan benar, Nyonya. Perkenalkan, saya Austin Grey, sekretaris Tuan Jason.” Austin menunduk ala bangsawan. “Atau bisa dibilang, saya merupakan Presdir Boneka milik Tuan Jason.” Elena memandangi sang suami dengan mulut terbuka. “Bagaimana mungkin?” Dia jelas tahu jika Jason Wright di kehidupan pertama hanya pria biasa yang bekerja di perusahaan keluarganya. Namun, pria itu tiba-tiba menjadi pemilik JG Group? “Tunggu ... Jason Grey? Apakah itu kau? Tidak, namamu Jason Wright.” Elena masih bingung dengan keadaan ini. Banyak sekali pria bernama Jason. Dia tak pernah menduga jika Jason dari JG Group merupakan suaminya. “Nama belakang Grey milik nenekku. Austin anak dari adik mamaku. Dia sepupu iparmu.” Jason tersenyum miring, lalu beralih menatap Austin. “Kau sudah memindahkan barang-b
Johan tertawa tak percaya. “Apa otakmu terganggu? Kau gila!? Aku datang mencari Tuan Austin. Enyahlah dari sini!” Bukan kali ini saja Jason mengabaikannya. Johan sudah terbiasa tak ditanggapi. Namun, kali ini berbeda. Dia sangat terganggu melihat Jason masih bebas berkeliaran di rumah yang seharusnya menjadi miliknya. “Kalau tidak ada urusan denganku, kau bisa pergi dari sini sekarang juga.” Jason lagi-lagi tak menanggapi ucapan Johan dan malah mengusir dirinya, seolah dialah pemilik rumah itu. Johan masih belum paham dengan situasi. Johan tak ingin bertemu Jason, tetapi harus bertemu dengan Austin dan memohon padanya sekali lagi. Dan dia tak mau Jason melihat dirinya mengemis kepada Austin. Harga dirinya bisa jatuh sekali lagi. Lebih parahnya, Jason bisa menceritakan perbuatannya kepada Elena. Johan beranjak dari kursi. Dia memanggil pengawal yang ada di pintu, tetapi tak ada yang menyahut panggilannya. “Panggil Tuan Austin sekarang juga! Jangan jadi orang serakah dan tak tahu
Elena sebenarnya juga menikmati ciuman Jason. Bibirnya telah merindukannya. Akan tetapi, dia memang belum sikat gigi. Karena itu, dia menolak pada awalnya. ‘Ah, aku sudah berkumur dengan cairan pembersih mulut. Tidak apa-apa.’ Elena pun menyerah dan mulai membalas ciuman panas sang suami. Dia tersentak tatkala Jason menyentuh kewanitaannya. Mulanya, Elena tak ingin Jason menyentuh area intimnya. Namun, gerakan liar di bawah sana, membuat dirinya terlena. Di saat Elena hampir mencapai puncak kenikmatan, Jason tiba-tiba berhenti bergerak. Bibir itu tak lagi melumatnya, lidahnya ditarik mundur. ‘Tidak ... jangan berhenti sekarang ...,’ pinta Elena dalam hati. Elena dapat melihat bola mata Jason bergerak liar, seakan baru tersadar dari perbuatannya. Dia menduga bahwa pria itu akan berhenti menyenangkan dirinya. Elena lantas menarik tengkuk Jason. Mengikatnya dengan kedua lengan agar pria itu tak menjauh. Malu, Elena menutup mata dan bersikap seolah Jason masih menciumnya. Giliran E