Nggak usah aneh-aneh makanya ...
“Ah, aku hanya bercanda! Bukan kencan maksudku, tapi jalan-jalan biasa.” Dean segera mengubah ucapannya begitu melihat tampang Elena kebingungan. “Kau tahu, aku tidak punya teman untuk diajak pergi.” ‘Cih, alasan saja. Elena tidak suka dengan pria sepertimu.’ Jason merasa sangat mengenal Elena. Dia tahu jika Elena tak akan mau pergi berdua dengan pria yang kurang terbuka dan ragu-ragu seperti Dean. Seperti dirinya di kehidupan pertama, yang gagal menunjukkan keberanian walau hanya bicara dengan Elena. “Oh! Baiklah. Kebetulan aku juga sudah lama tidak nonton,” jawab Elena sambil mengulas senyum. Jason menelan ludah bulat-bulat. Bagaimana mungkin Elena segampang itu diajak pergi pria lain, sementara dirinya telah memiliki seorang suami!? ‘Apa dia tidak menghargaiku!?’ geram Jason dalam hati. Tidak. Bukankah itu lebih baik untuk mereka? Bukankah Jason sendiri yang sengaja membelikan tiket masuk pameran lukisan favorit Elena agar bisa lebih dekat dengan Dean? Lalu kenapa dia harus
“Kau benar. Aku tidak melupakan tujuanku. Kenapa kau mengira aku bohong padamu?” Elena memutar bola mata. “Lalu kenapa kau tidak peduli jika Johan mengambil dana perusahaan untuk investasi pribadi? Kau sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan kau bisa mengatakan semua itu kepada Papa Edmund. Johan sudah berbohong saat mengaku memakai dana perusahaan untuk menjalankan proyek.” Jason merasa sedang terjebak. Elena benar-benar jeli menilai situasi. Dia berpikir cepat untuk mencari penjelasan masuk akal. “Kau tidak perlu mengkhawatirkan urusanku. Sebelum menikah denganmu, Papa William sepakat untuk membantuku,’ dalih Jason gugup. Beruntung, Elena percaya begitu saja. Jason bisa bernapas lega setelahnya. “Mari tidur.” Jason merangkul Elena dengan natural, seakan mereka benar-benar pasangan saling mencinta. Namun, Elena segera menyentak tangannya. “Kau tidurlah lebih dulu! Aku akan menjaga tanda itu muncul lagi.” Jason tersenyum miring. “Dan kau punya kesempatan istimewa untuk menci
“Tuan Austin, Anda ....” Elena sampai kehilangan kata-kata karena sangat terkejut melihat pria terkaya itu menunduk sopan di depan Jason dan memanggilnya tuan. “Saya tadi pagi belum sempat menyapa Anda dengan benar, Nyonya. Perkenalkan, saya Austin Grey, sekretaris Tuan Jason.” Austin menunduk ala bangsawan. “Atau bisa dibilang, saya merupakan Presdir Boneka milik Tuan Jason.” Elena memandangi sang suami dengan mulut terbuka. “Bagaimana mungkin?” Dia jelas tahu jika Jason Wright di kehidupan pertama hanya pria biasa yang bekerja di perusahaan keluarganya. Namun, pria itu tiba-tiba menjadi pemilik JG Group? “Tunggu ... Jason Grey? Apakah itu kau? Tidak, namamu Jason Wright.” Elena masih bingung dengan keadaan ini. Banyak sekali pria bernama Jason. Dia tak pernah menduga jika Jason dari JG Group merupakan suaminya. “Nama belakang Grey milik nenekku. Austin anak dari adik mamaku. Dia sepupu iparmu.” Jason tersenyum miring, lalu beralih menatap Austin. “Kau sudah memindahkan barang-b
Johan tertawa tak percaya. “Apa otakmu terganggu? Kau gila!? Aku datang mencari Tuan Austin. Enyahlah dari sini!” Bukan kali ini saja Jason mengabaikannya. Johan sudah terbiasa tak ditanggapi. Namun, kali ini berbeda. Dia sangat terganggu melihat Jason masih bebas berkeliaran di rumah yang seharusnya menjadi miliknya. “Kalau tidak ada urusan denganku, kau bisa pergi dari sini sekarang juga.” Jason lagi-lagi tak menanggapi ucapan Johan dan malah mengusir dirinya, seolah dialah pemilik rumah itu. Johan masih belum paham dengan situasi. Johan tak ingin bertemu Jason, tetapi harus bertemu dengan Austin dan memohon padanya sekali lagi. Dan dia tak mau Jason melihat dirinya mengemis kepada Austin. Harga dirinya bisa jatuh sekali lagi. Lebih parahnya, Jason bisa menceritakan perbuatannya kepada Elena. Johan beranjak dari kursi. Dia memanggil pengawal yang ada di pintu, tetapi tak ada yang menyahut panggilannya. “Panggil Tuan Austin sekarang juga! Jangan jadi orang serakah dan tak tahu
Elena sebenarnya juga menikmati ciuman Jason. Bibirnya telah merindukannya. Akan tetapi, dia memang belum sikat gigi. Karena itu, dia menolak pada awalnya. ‘Ah, aku sudah berkumur dengan cairan pembersih mulut. Tidak apa-apa.’ Elena pun menyerah dan mulai membalas ciuman panas sang suami. Dia tersentak tatkala Jason menyentuh kewanitaannya. Mulanya, Elena tak ingin Jason menyentuh area intimnya. Namun, gerakan liar di bawah sana, membuat dirinya terlena. Di saat Elena hampir mencapai puncak kenikmatan, Jason tiba-tiba berhenti bergerak. Bibir itu tak lagi melumatnya, lidahnya ditarik mundur. ‘Tidak ... jangan berhenti sekarang ...,’ pinta Elena dalam hati. Elena dapat melihat bola mata Jason bergerak liar, seakan baru tersadar dari perbuatannya. Dia menduga bahwa pria itu akan berhenti menyenangkan dirinya. Elena lantas menarik tengkuk Jason. Mengikatnya dengan kedua lengan agar pria itu tak menjauh. Malu, Elena menutup mata dan bersikap seolah Jason masih menciumnya. Giliran E
‘Bukankah dia Jason?’ Elena setengah tak percaya melihat Jason memakai kumis palsu dan pakaian tebal di tengah cuaca panas. Jason menghindari tatapan Elena. Dia gegas memutar kepala dan menatap wanita di sebelahnya, seakan mereka telah lama mengenal. “Kau baik-baik saja? Pakailah sendok ini, aku mengambil dua sendok karena selalu menjatuhkannya sepertimu,” ujar wanita di sebelah Jason. Bagus. Wanita itu secara tak langsung membantunya. Jason mengangguk-angguk tanpa suara. “Ada apa Elena?” Dean ikut melihat Jason. “Ah, tidak apa-apa. Kupikir, aku melihat seseorang yang aku kenal.” Elena memutus pandang dari pria itu. ‘Apakah aku salah? Bukan hanya Jason yang memiliki warna mata hijau.’ Dia memiringkan sedikit kepala sambil mengamati bentuk badan Jason dari belakang. Karena tertutup mantel tebal, Elena tak bisa memastikannya. Namun, tinggi pria itu sama dengan Jason. “Apa kau mengatakan bahwa kau punya suami hanya karena tidak menyukaiku?” Dean tampak kecewa. Elena kembali foku
“Sial!” umpat Jason. Hanya dalam sekali kedipan, orang itu menghilang. Jason berjalan tanpa arah sambil mengamati orang-orang. Dia beberapa kali salah menghentikan orang bertudung yang memiliki warna yang sama dengan jaket orang itu. ‘Di mana orang itu!? Kenapa bisa menghilang sangat cepat!?’ Jason menyerah tatkala melihat jam di pergelangan tangannya. Dia segera kembali ke mobil, melaju dengan cepat kembali ke rumah. Beruntung, Jason lebih dulu sampai rumah sebelum Elena. Saat dia membuka pintu, taksi yang membawa Elena pun telah berhenti di depan gerbang. Selagi Elena berjalan menuju rumah, Jason lari terbirit-birit ke dalam kamar. Dia membuka baju dan celana dengan gerakan cepat, lalu menyembunyikan ke kolong ranjang. Langkah Elena terdengar karena pintu kamar tak tertutup. Jason panik melihat sekeliling kamar untuk mencari-cari sesuatu yang dapat memperlihatkan kesibukan. Namun, Elena telah membuka pintu. Jason langsung melemparkan badan ke atas ranjang. Menyentak selimut de
“Apa Papa sedang mengigau?” Jenna terkekeh pelan. Tak ada yang lebih lucu dari gurauan William. Jenna jelas-jelas pernah menyelidiki latar belakang Jason Wright. Sebelum merayu Johan, dia lebih dulu tertarik kepada Jason. Selain lebih tampan dan berkarisma, Elena telah memilih Johan lebih dulu. Karena itu, Jenna menginginkan Johan supaya kakaknya tahu bahwa dirinya lebih spesial di mata semua orang. Jenna pun tak menyesali keputusan mengundang Johan ke dalam pelukannya. Sebab, Johan memiliki segalanya dan mudah untuk dimanfaatkan hanya dengan menyuguhkan tubuhnya. Dan setelah cukup lama mengenal Johan, Jenna mulai menumbuhkan kasih sayang kepadanya. Biarpun akhir-akhir ini, Jenna kesal karena Johan kehilangan banyak hal. Johan kalah telak dari Jason, yang kini justru menjadi presiden direktur di perusahaan William. Juga kehilangan perusahaan dan sebagian besar hartanya.Entah Johan punya uang atau tidak, Jenna pun tak tahu.“Papa William tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia
“Gemma! Kau ada di mana?” Elena sudah berkeliling di kediaman Wright untuk mencari keberadaan Gemma. Anak perempuan yang kini berusia enam tahun itu biasa bersembunyi saat Elena pulang dari kerja. Di belakang Elena, Jason membuntuti sang istri seperti biasa. Jason kini membuka kantor pribadi di kediamannya karena masih enggan menampakkan diri di JG Group jika bukan untuk menghadiri pertemuan penting. “Gemma pasti sedang bermain petak umpet bersama Brian, Elena. Biarkan saja ....” Elena menatap tajam sang suami. “Kenapa kau tidak mengawasi Gemma? Katanya, kau kerja di rumah karena selalu ingin bersama putrimu! Dan kenapa Brian ada di sini?” Jason menghentikan langkah Elena, lalu mengecup bibirnya yang tak berhenti mengomel. “Lucy sedang menghukum Brian sepertinya. Kau juga tahu, Lucy tidak suka saat Brian pulang terlambat walau satu menit.” Benar. Lima tahun lalu, Brian menikahi Lucy dan tinggal di Desa Redwood. Terkadang, Brian bosan dan jalan-jalan ke kota hingga lupa waktu. Keb
Setelah menghabiskan tiga hari bersama James, Vera pun tahu jika selama ini James hidup di rumah yang terletak di tengah-tengah hutan. Andaikan dirinya tak ke sana malam itu, mereka tak akan pernah bertemu. Vera tak berkutik melawan James Wright. Dia sudah seperti budak yang harus melayani James setiap saat. Meski Vera menginginkan wajah itu. Tetapi, sikap James jauh berbeda dari Jason. Nyaris tak ada kesamaan, selain wajah mereka.‘Dia gila … bagaimana caraku pergi darinya?’ “Ough, ya ampun … wanita di masa depan ternyata sangat pintar melayani pria. Bagus, Sayang, goyangkan tubuhmu lebih kencang.” Vera meliuk-meliuk di atas James sambil menggigit bibir. Dia tak bisa menikmati percintaan panas yang berulang setiap saat. ‘Orang ini benar-benar seperti binatang! Dia bahkan seratus kali lebih buruk dari Andrew,’ maki Vera dalam hati. Selesai menerima puncak kenikmatan, James mendorong Vera dengan kasar hingga tersungkur di lantai. “Ah, aku bosan. Saatnya aku keluar dari tempat meny
Mentari bersinar sangat terang seperti hari sebelum-sebelumnya. Di kota yang sangat sepi itu, Vera masih berusaha mencari keberadaan makhluk bernyawa selain dirinya. Sayang, bahkan serangga pun tak terlihat di tempat itu. Hanya ada dirinya yang mengulang waktu yang sama … setiap hari. Waktunya diam di tempat. Setiap pukul delapan malam, Vera akan mendengar dentuman keras di arah selatan tempat tinggalnya, dekat dengan tanah milik Keluarga Wright. Benar. Dirinya tinggal di kediaman Wright selama ini. Vera hidup di dunia dengan waktu yang sama dan berulang-ulang terus-menerus. Dia ingin melihat asal dentuman itu terjadi. Akan tetapi, ketika hari mulai gelap, Vera tak berani keluar dari rumah. Kota itu adalah kota yang sama, tetapi terasa asing karena memiliki pemandangan yang berbeda. Tak ada gedung-gedung pencakar langit di sekitarnya. Tak ada pula lampu terang-benderang di setiap pinggiran jalan. Tempat tinggal keluarga Vera pun masih berupa tanah kosong dengan puluhan pohon-poho
Dokumen penting yang semula tertumpuk rapi itu jatuh berserakan di lantai saat Jason berlari keluar dari ruangan. Dengan wajah yang terlihat sangat panik, Jason gegas mengikuti Ruby ke kamar. “Elena!” seru Jason dengan napas terengah-engah. Tak seperti bayangan, Elena justru duduk tenang sambil mengelus perutnya meski keningnya berkeringat deras. “Jason, ada sedikit lendir bercampur darah keluar ... Bisakah kau membantuku berjalan sampai mobil? Kita ke rumah sakit sekarang.” Jason panik. Dia malah mondar-mandir sambil sesekali mengusap wajah. Bingung bagaimana caranya menggendong Elena. Bagaimana kalau bayi itu keluar di saat dia menggendong Elena dan lari ke mobil? “Bayiku bisa jatuh,” gumamnya. Tapi, jika dia tak segera membawa Elena ke rumah sakit, bagaimana cara Elena melahirkan? Jason sampai tak kepikiran memanggil dokter kandungan Elena ke rumah. “Tuan!” seru Ruby membangunkan lamunan Jason. “Bisakah Anda lebih cepat membopong Nyonya Elena!?” “Tapi, bagaimana-” “Elena!” W
“Apa benar dugaanku kalau Paman Andrew terkena pengaruh ramuan Vera?” tanya Elena begitu Logan pulang.“Betul, Nyonya. Tetapi, kadar ramuan yang ada di tubuh Tuan Andrew tidak begitu banyak,” terang Logan.Logan lantas mengatakan semua yang Tetua Michael pesankan saat dia meninggalkan Andrew. Tak sampai satu minggu, Logan akan menjemput dan memulangkan Andrew. Lalu, pembicaraan tentang Anna muncul saat Jason bertanya, “Bagaimana dengan dua wanita itu? Aku dengar, mereka akan pindah ke tempat lain lagi?”“Ini surat dari Nyonya Anna. Lebih baik Anda membacanya terlebih dulu.”Logan mengeluarkan sebuah amplop putih, lalu menyerahkan kepada Elena. Surat itu ditunjukkan untuk Elena dan William. William pun mendekat dan ikut membaca isinya.Surat itu berisi tentang penyesalan Anna, juga permohonan maaf atas semua yang sudah Anna dan Jenna rencanakan kepada William dan Elena. Karena pesan Brenda yang ingin supaya Anna menjaga suami dan putrinya jika terjadi sesuatu kepada dirinya, Anna jadi
Elena mengamati sikap Andrew, mulai dari gerakan tubuh, bibir, dan sorot matanya. Rose jelas mengatakan padanya jika Vera tak pernah memberikan ramuan atau mencuci otak Andrew. Tapi, kenapa Elena jadi meragukannya? Andrew terlihat seperti Rose sebelum mendapat pengobatan. Mata pria itu sedikit menggantung, seperti tak fokus bicara atau menatapnya.“Kenapa Paman ingin melihat perempuan itu lagi? Gara-gara Vera, Paman kehilangan perusahaan dan keluarga Paman,” pancing Elena. Kini, Andrew dengan jelas menunjukkan ekspresi yang menahan kemarahan. Sepertinya, Andrew tak suka mendengar Elena menyalahkan Vera. “Paman perlu melihat Vera sekarang.” Andrew masih bersikeras dengan keinginannya. Seolah semua yang telah terjadi tak berpengaruh apa pun padanya.“Tidak bisa, Paman. Maaf … sebaiknya Paman melupakan perempuan itu dan menata hidup Paman yang berantakan karena dirinya.” Saat mengatakan itu, Elena tiba-tiba memikirkan sesuatu. Andrew tak mungkin menyerah dan pasti akan terus mencari
“Jadi, sejak tadi Luna diam karena kau, Logan!?” Elena turut memukul punggung Logan dengan bantal. Logan masih meringkuk di kaki Luna selagi menutupi belakang kepala dengan kedua lengan. Dia takut menunjukkan wajahnya. Dua wanita itu menyerang Logan secara membabi-buta. ‘Aku lebih baik dikeroyok selusin berandalan daripada harus berada di situasi seperti ini!’ jerit Logan dalam hati. Ketika Logan melihat ke arah Jason, pria itu justru pura-pura tak melihatnya! Setelah kemarahan Elena dan Luna sedikit mereda, mereka pun duduk dengan tenang dan berhadap-hadapan. Luna melipat tangan di depan dada dan masih menatap Logan penuh amarah. “Sekarang, ceritakan padaku, Luna. Apa yang sudah Logan perbuat padamu? Kenapa kau minta kesucianmu lagi? Apa jangan-jangan, Logan sudah ….” Elena menggantung ucapannya selagi menatap tajam Logan. Dia akan menghukum Logan hingga merasakan penderitaan jika tebakannya benar. Elena pikir, Logan telah merudapaksa Luna sehingga membuat temannya itu sampai
Jason bersandar lemas di kursi dengan mulut sedikit terbuka. Dia tak menyangka jika Elena lebih cepat mengatasi masalah Vera dibanding dirinya.“Aku hanya beruntung karena Rose mau membantuku.” Elena tampaknya tahu apa yang dipikirkan sang suami.Jason merasa dirinya tak bisa melindungi Elena. Dia seharusnya bergerak cepat, tetapi malah berbaring di sembarang tempat selama beberapa hari ini.“Maaf, Elena, aku seharusnya sadar lebih cepat kalau Logan bergerak sendiri. Bagaimana kalau kau gagal dan perempuan itu membalas perbuatanmu?”Elena menyandarkan kepala di pundak Jason, lalu memeluk perutnya. “Yang penting, semua sudah berakhir sekarang. Dia tidak akan bisa mengganggu hidup kita lagi. Semua musibah yang terjadi juga disebabkan oleh Vera, bukan? Kita tidak perlu mengkhawatirkan apa pun lagi sekarang, kecuali menanti kelahiran bayi kita.”Tak hanya Jason, William juga merasa tak bisa berbuat apa pun. “Lalu, bagaimana dengan perusahaan Andrew yang sekarang diambil alih oleh adik ipa
“Elena? Apa yang sudah Elena lakukan? Apa dia tahu aku ada di sini?” Jason tak pernah menduga kemungkinan itu lantaran dirinya pun baru mengetahui dari Logan beberapa jam sebelumnya. Akhir-akhir ini pun, Jason tak bisa berpikir apa-apa. Dia hanya fokus menikmati mual dan pusing yang selalu melanda di pagi hari dan ketika mencium aroma tertentu.“Benar. Elena yang membantuku untuk mendapatkan aset Andrew dengan mudah. Dia juga yang memintaku ke sini untuk membukakan jalan untukmu, Jason. Ayo, pulang sekarang! Bibi akan mengantar kalian sampai di kediaman Forbes.” Jason mengikuti Whitney masih dengan tampang kebingungan. Sementara itu, Logan menggendong Luna sampai masuk ke mobil Whitney. Dia meninggalkan mobil yang digunakan sebelumnya, yang merupakan milik pengawal Andrew. “Tunggu sebentar, Tuan. Ada yang perlu saya lakukan terlebih dulu,” ujar Logan tiba-tiba. “Kenapa lagi?” “Ada orang yang memukul saya dari belakang waktu itu.” Logan menyeringai ke arah Danny. Tanpa aba-aba, Lo