Bisa jadi cuma reaksi biologis biasa... 😶🌫️
Jason membanting setir ke pinggir jalan. Dia menatap Elena dengan ekspresi tercengang. “Apa kau bilang? Aku apa?” Elena menutup bibirnya dengan jemari. Dia kelepasan menanyakan sesuatu yang seharusnya dipendam dalam hati. “K-kau … kau sangat mesum, Elena Forbes!” Elena terkesiap. “Apa!? Justru kau yang sangat mesum! Apa yang ada di kepalamu saat kau memelukku?” Jason menggertakkan gigi seraya menatap tajam Elena. Dia kemudian berpaling ke depan, lalu kembali melajukan mobil. Karena pertanyaan Elena itu, mereka diam-diaman sampai rumah. Gloria yang menduga keretakan hubungan mereka pun jadi sangat bahagia. Saat ini, di meja makan kediaman Wright, anggota keluarga mereka bertambah satu. Jenna telah diboyong Johan ke rumahnya hari ini. Namun, Jenna tampak tak senang tinggal di sana. Sejak datang, Gloria dan Edmund mengacuhkan dirinya. Sekarang, Gloria justru memperlakukan Elena bak ratu. “Makan yang banyak, Elena. Kau pasti lelah setelah perjalanan jauh beberapa hari.” Gloria men
Tangan Elena gemetaran kala Jason memegang pergelangan tangannya. “I-ini ….” Sebuah lebam merah kehitaman muncul di area dada kiri Jason. Elena tahu persis apa itu. Seperti tanda-tanda kala penyakitnya di kehidupan pertama akibat racun yang diberikan Anna. Bagaimana bisa Jason memiliki tanda yang sama? Apakah seseorang telah meracuni Jason? Mau diingat berapa kali pun, Jason tak pernah dikabarkan sakit-sakitan ataupun terluka parah. Kenapa di kehidupan kedua ini, Jason mendapatkan luka yang sama persis dengan tanda-tanda penyakit misterius itu? “K-kau tidak seharusnya … berada di sini ….” Jason susah payah bicara. “Apa … apa yang terjadi …? Bagaimana kau bisa mendapatkan luka ini?” Elena masih tak mau percaya jika yang dilihatnya sungguh nyata. Dia tahu bagaimana rasanya ketika penyakitnya berawal. Begitu menyakitkan … dan kian menyakitkan hingga tak tertahankan. Melihat Jason melakukan perbuatan senonoh sendiri tentunya lebih baik dari ini. Pria itu mengerang semakin keras ket
“Dari mana kau?” Jason keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk sebatas pinggang, bertepatan dengan Elena yang masuk ke kamar. “Jalan-jalan.” Elena masih terlihat bingung. Dia berbaring terlentang di ranjang dengan kedua tangan di kedua sisi kepala. Menerawang ingatan semalam yang kian pudar. ‘Masa aku hanya mimpi? Aneh sekali ....’ Butiran air menetes di wajah Elena, satu lagi menetes di matanya, sehingga membuat Elena berkedip-kedip. Jason menunduk tepat di atas wajahnya dengan rambut yang masih basah. “Jason! Bisa tidak, sekali saja kau tidak menggangguku!?” Elena mengusap wajah dengan kasar menggunakan dua tangan. “Jangan mengotori kasurku! Kau belum mandi! Bajumu penuh bakteri!” Jason justru menggelengkan kepala supaya air di rambutnya mengenai Elena. “Argh! Kau menyebalkan sekali! Aku sedang berpikir!” pekik Elena sambil mendorong-dorong wajah Jason. Jason selalu saja mengusik konsentrasi Elena. Dia jadi tak bisa berpikir jernih karena harus mengurusi kepribadian m
*Jason Wright di kehidupan pertama ... Elena tidak memilih dirinya, melainkan Johan. William baru saja menyampaikan kabar itu. Tampak raut kesedihan di wajah ayah Elena. “Aku berharap kau bisa menjadi menantuku, Jason. Tapi, semua keputusan ada di tangan Elena. Aku tidak bisa memaksanya untuk memilih pria yang tidak dia inginkan.” Sebenarnya, William telah bicara kepada Edmund supaya Elena dan Jason bisa bertunangan. Namun, Edmund justru menawarkan Johan. Edmund terus menekan William dan tak mengizinkan Jason bertunangan dengan Elena. William pun akhirnya memutuskan supaya Elena bisa memilih satu di antara putra Wright. Dia yakin jika Elena akan memilih Jason. Sayangnya, prediksinya salah. “Tidak masalah, Paman.” Sementara itu, Jason awalnya ingin memanfaatkan Elena demi bisa mendapatkan kembali semua haknya di Perusahaan Wright. Dia butuh dukungan William untuk melancarkan aksinya. Setelah bertemu Elena, Jason justru jatuh cinta padanya pada pandangan pertama. Elena merupakan
Hangat .... Tak seperti biasa, tubuh Jason terasa hangat ketika membuka mata. Elena memeluknya semalaman dengan air mata yang kini telah mengering di pipinya. Jason mengusap lembut pipi Elena untuk menghilangkan bekas air mata itu. Kemudian memberikan kecupan di keningnya. Berada di pelukan Elena menghadirkan rasa nyaman dan lega. Jason ingin menghentikan waktu ketika berada di sisi Elena Forbes. “Kau tidak seharusnya memedulikanku. Aku tidak bisa menjanjikan apa pun untukmu,” ujar Jason lirih. Ketika teringat bahwa hubungannya dengan Elena merupakan kesia-siaan, Jason segera terbangun dari impian semu. Dia menyingkirkan Elena dengan kasar. “Bangun, Pemalas!” Elena membuka mata begitu badannya terhempas ke sisi lain di ranjang. Terkejut dengan mulut terbuka. Dia langsung terduduk begitu sadar telah ketiduran saat berusaha merawat Jason semalaman, yang tentu saja berakhir sia-sia. Jason tetap merasakan kesakitan, mengerang, dan membuat Elena menangis terisak-isak. “Jason! Kau b
“Nak ... Elena ... kenapa kau memaksa Jason seperti itu?” William bergegas mengunci pintu dengan raut wajah yang masih tercengang. “Ini di tempat kerja, Sayang. Kendalikan hawa nafsumu.” Tangan Elena yang melekat di kemeja Jason terlepas lemas dengan sendirinya. Apa sekarang ayahnya juga akan mengatakan bahwa dirinya wanita mesum? “Ini tidak seperti yang Papa lihat. Aku hanya-” Elena menunjuk dada Jason dengan telapak tangan terbuka ke atas, kemudian menunjuk sembarangan. “Jason, maafkan putri Papa yang terlalu bersemangat. Astaga ... aku akan minta Frank membawakan baju ganti untukmu,” kata William. Manik cokelat William masih tertuju pada tanda kemerahan di area dada Jason. “Bagaimana kalau sampai ada yang melihat bekas itu? Kau akan mempermalukan Jason, Elena. Jason sekarang pemimpin di perusahaan kita.” Elena dan Jason sontak mengikuti arah pandang William. Benar ... ada bekas tangan Elena yang terlalu kuat mencengkeram kemeja Jason hingga mengenai dadanya. William mengira be
Setelah kembali dari masa depan, Jason langsung mendapatkan tanda itu. Awalnya, masih hanya terasa menggelitik dan sebesar titik. Tanda merah kehitaman kian membesar setiap kali muncul. Terjadi selama seminggu sekali, kemudian berubah menjadi lebih sering hingga area tanda kian meluas. Akhir-akhir ini, tanda itu keluar begitu menyakitkan. Jantungnya terkadang seakan seperti diremas-remas, tetapi tak jarang seperti tertusuk benda tajam. Anehnya, kata-kata Elena benar. Rasa sakit itu sedikit berkurang ketika Elena sibuk melumat bibirnya. Jason membalas ciuman itu dengan lahap. “Eugh ...,” erangan kesakitan Jason tertahan saat masih berciuman dengan Elena. Elena membalik badan Jason supaya dia bisa lebih leluasa menciumnya. Dia menekan dada kiri Jason yang terasa sakit, berharap jika luka itu akan menghilang oleh desakan tangannya. Jason meremas punggung Elena kala jantungnya seperti tertusuk benda tajam. Bibir dan lidahnya menyerang rongga mulut Elena lebih kuat untuk meredam rasa
“Ah, aku hanya bercanda! Bukan kencan maksudku, tapi jalan-jalan biasa.” Dean segera mengubah ucapannya begitu melihat tampang Elena kebingungan. “Kau tahu, aku tidak punya teman untuk diajak pergi.” ‘Cih, alasan saja. Elena tidak suka dengan pria sepertimu.’ Jason merasa sangat mengenal Elena. Dia tahu jika Elena tak akan mau pergi berdua dengan pria yang kurang terbuka dan ragu-ragu seperti Dean. Seperti dirinya di kehidupan pertama, yang gagal menunjukkan keberanian walau hanya bicara dengan Elena. “Oh! Baiklah. Kebetulan aku juga sudah lama tidak nonton,” jawab Elena sambil mengulas senyum. Jason menelan ludah bulat-bulat. Bagaimana mungkin Elena segampang itu diajak pergi pria lain, sementara dirinya telah memiliki seorang suami!? ‘Apa dia tidak menghargaiku!?’ geram Jason dalam hati. Tidak. Bukankah itu lebih baik untuk mereka? Bukankah Jason sendiri yang sengaja membelikan tiket masuk pameran lukisan favorit Elena agar bisa lebih dekat dengan Dean? Lalu kenapa dia harus
“Gemma! Kau ada di mana?” Elena sudah berkeliling di kediaman Wright untuk mencari keberadaan Gemma. Anak perempuan yang kini berusia enam tahun itu biasa bersembunyi saat Elena pulang dari kerja. Di belakang Elena, Jason membuntuti sang istri seperti biasa. Jason kini membuka kantor pribadi di kediamannya karena masih enggan menampakkan diri di JG Group jika bukan untuk menghadiri pertemuan penting. “Gemma pasti sedang bermain petak umpet bersama Brian, Elena. Biarkan saja ....” Elena menatap tajam sang suami. “Kenapa kau tidak mengawasi Gemma? Katanya, kau kerja di rumah karena selalu ingin bersama putrimu! Dan kenapa Brian ada di sini?” Jason menghentikan langkah Elena, lalu mengecup bibirnya yang tak berhenti mengomel. “Lucy sedang menghukum Brian sepertinya. Kau juga tahu, Lucy tidak suka saat Brian pulang terlambat walau satu menit.” Benar. Lima tahun lalu, Brian menikahi Lucy dan tinggal di Desa Redwood. Terkadang, Brian bosan dan jalan-jalan ke kota hingga lupa waktu. Keb
Setelah menghabiskan tiga hari bersama James, Vera pun tahu jika selama ini James hidup di rumah yang terletak di tengah-tengah hutan. Andaikan dirinya tak ke sana malam itu, mereka tak akan pernah bertemu. Vera tak berkutik melawan James Wright. Dia sudah seperti budak yang harus melayani James setiap saat. Meski Vera menginginkan wajah itu. Tetapi, sikap James jauh berbeda dari Jason. Nyaris tak ada kesamaan, selain wajah mereka.‘Dia gila … bagaimana caraku pergi darinya?’ “Ough, ya ampun … wanita di masa depan ternyata sangat pintar melayani pria. Bagus, Sayang, goyangkan tubuhmu lebih kencang.” Vera meliuk-meliuk di atas James sambil menggigit bibir. Dia tak bisa menikmati percintaan panas yang berulang setiap saat. ‘Orang ini benar-benar seperti binatang! Dia bahkan seratus kali lebih buruk dari Andrew,’ maki Vera dalam hati. Selesai menerima puncak kenikmatan, James mendorong Vera dengan kasar hingga tersungkur di lantai. “Ah, aku bosan. Saatnya aku keluar dari tempat meny
Mentari bersinar sangat terang seperti hari sebelum-sebelumnya. Di kota yang sangat sepi itu, Vera masih berusaha mencari keberadaan makhluk bernyawa selain dirinya. Sayang, bahkan serangga pun tak terlihat di tempat itu. Hanya ada dirinya yang mengulang waktu yang sama … setiap hari. Waktunya diam di tempat. Setiap pukul delapan malam, Vera akan mendengar dentuman keras di arah selatan tempat tinggalnya, dekat dengan tanah milik Keluarga Wright. Benar. Dirinya tinggal di kediaman Wright selama ini. Vera hidup di dunia dengan waktu yang sama dan berulang-ulang terus-menerus. Dia ingin melihat asal dentuman itu terjadi. Akan tetapi, ketika hari mulai gelap, Vera tak berani keluar dari rumah. Kota itu adalah kota yang sama, tetapi terasa asing karena memiliki pemandangan yang berbeda. Tak ada gedung-gedung pencakar langit di sekitarnya. Tak ada pula lampu terang-benderang di setiap pinggiran jalan. Tempat tinggal keluarga Vera pun masih berupa tanah kosong dengan puluhan pohon-poho
Dokumen penting yang semula tertumpuk rapi itu jatuh berserakan di lantai saat Jason berlari keluar dari ruangan. Dengan wajah yang terlihat sangat panik, Jason gegas mengikuti Ruby ke kamar. “Elena!” seru Jason dengan napas terengah-engah. Tak seperti bayangan, Elena justru duduk tenang sambil mengelus perutnya meski keningnya berkeringat deras. “Jason, ada sedikit lendir bercampur darah keluar ... Bisakah kau membantuku berjalan sampai mobil? Kita ke rumah sakit sekarang.” Jason panik. Dia malah mondar-mandir sambil sesekali mengusap wajah. Bingung bagaimana caranya menggendong Elena. Bagaimana kalau bayi itu keluar di saat dia menggendong Elena dan lari ke mobil? “Bayiku bisa jatuh,” gumamnya. Tapi, jika dia tak segera membawa Elena ke rumah sakit, bagaimana cara Elena melahirkan? Jason sampai tak kepikiran memanggil dokter kandungan Elena ke rumah. “Tuan!” seru Ruby membangunkan lamunan Jason. “Bisakah Anda lebih cepat membopong Nyonya Elena!?” “Tapi, bagaimana-” “Elena!” W
“Apa benar dugaanku kalau Paman Andrew terkena pengaruh ramuan Vera?” tanya Elena begitu Logan pulang.“Betul, Nyonya. Tetapi, kadar ramuan yang ada di tubuh Tuan Andrew tidak begitu banyak,” terang Logan.Logan lantas mengatakan semua yang Tetua Michael pesankan saat dia meninggalkan Andrew. Tak sampai satu minggu, Logan akan menjemput dan memulangkan Andrew. Lalu, pembicaraan tentang Anna muncul saat Jason bertanya, “Bagaimana dengan dua wanita itu? Aku dengar, mereka akan pindah ke tempat lain lagi?”“Ini surat dari Nyonya Anna. Lebih baik Anda membacanya terlebih dulu.”Logan mengeluarkan sebuah amplop putih, lalu menyerahkan kepada Elena. Surat itu ditunjukkan untuk Elena dan William. William pun mendekat dan ikut membaca isinya.Surat itu berisi tentang penyesalan Anna, juga permohonan maaf atas semua yang sudah Anna dan Jenna rencanakan kepada William dan Elena. Karena pesan Brenda yang ingin supaya Anna menjaga suami dan putrinya jika terjadi sesuatu kepada dirinya, Anna jadi
Elena mengamati sikap Andrew, mulai dari gerakan tubuh, bibir, dan sorot matanya. Rose jelas mengatakan padanya jika Vera tak pernah memberikan ramuan atau mencuci otak Andrew. Tapi, kenapa Elena jadi meragukannya? Andrew terlihat seperti Rose sebelum mendapat pengobatan. Mata pria itu sedikit menggantung, seperti tak fokus bicara atau menatapnya.“Kenapa Paman ingin melihat perempuan itu lagi? Gara-gara Vera, Paman kehilangan perusahaan dan keluarga Paman,” pancing Elena. Kini, Andrew dengan jelas menunjukkan ekspresi yang menahan kemarahan. Sepertinya, Andrew tak suka mendengar Elena menyalahkan Vera. “Paman perlu melihat Vera sekarang.” Andrew masih bersikeras dengan keinginannya. Seolah semua yang telah terjadi tak berpengaruh apa pun padanya.“Tidak bisa, Paman. Maaf … sebaiknya Paman melupakan perempuan itu dan menata hidup Paman yang berantakan karena dirinya.” Saat mengatakan itu, Elena tiba-tiba memikirkan sesuatu. Andrew tak mungkin menyerah dan pasti akan terus mencari
“Jadi, sejak tadi Luna diam karena kau, Logan!?” Elena turut memukul punggung Logan dengan bantal. Logan masih meringkuk di kaki Luna selagi menutupi belakang kepala dengan kedua lengan. Dia takut menunjukkan wajahnya. Dua wanita itu menyerang Logan secara membabi-buta. ‘Aku lebih baik dikeroyok selusin berandalan daripada harus berada di situasi seperti ini!’ jerit Logan dalam hati. Ketika Logan melihat ke arah Jason, pria itu justru pura-pura tak melihatnya! Setelah kemarahan Elena dan Luna sedikit mereda, mereka pun duduk dengan tenang dan berhadap-hadapan. Luna melipat tangan di depan dada dan masih menatap Logan penuh amarah. “Sekarang, ceritakan padaku, Luna. Apa yang sudah Logan perbuat padamu? Kenapa kau minta kesucianmu lagi? Apa jangan-jangan, Logan sudah ….” Elena menggantung ucapannya selagi menatap tajam Logan. Dia akan menghukum Logan hingga merasakan penderitaan jika tebakannya benar. Elena pikir, Logan telah merudapaksa Luna sehingga membuat temannya itu sampai
Jason bersandar lemas di kursi dengan mulut sedikit terbuka. Dia tak menyangka jika Elena lebih cepat mengatasi masalah Vera dibanding dirinya.“Aku hanya beruntung karena Rose mau membantuku.” Elena tampaknya tahu apa yang dipikirkan sang suami.Jason merasa dirinya tak bisa melindungi Elena. Dia seharusnya bergerak cepat, tetapi malah berbaring di sembarang tempat selama beberapa hari ini.“Maaf, Elena, aku seharusnya sadar lebih cepat kalau Logan bergerak sendiri. Bagaimana kalau kau gagal dan perempuan itu membalas perbuatanmu?”Elena menyandarkan kepala di pundak Jason, lalu memeluk perutnya. “Yang penting, semua sudah berakhir sekarang. Dia tidak akan bisa mengganggu hidup kita lagi. Semua musibah yang terjadi juga disebabkan oleh Vera, bukan? Kita tidak perlu mengkhawatirkan apa pun lagi sekarang, kecuali menanti kelahiran bayi kita.”Tak hanya Jason, William juga merasa tak bisa berbuat apa pun. “Lalu, bagaimana dengan perusahaan Andrew yang sekarang diambil alih oleh adik ipa
“Elena? Apa yang sudah Elena lakukan? Apa dia tahu aku ada di sini?” Jason tak pernah menduga kemungkinan itu lantaran dirinya pun baru mengetahui dari Logan beberapa jam sebelumnya. Akhir-akhir ini pun, Jason tak bisa berpikir apa-apa. Dia hanya fokus menikmati mual dan pusing yang selalu melanda di pagi hari dan ketika mencium aroma tertentu.“Benar. Elena yang membantuku untuk mendapatkan aset Andrew dengan mudah. Dia juga yang memintaku ke sini untuk membukakan jalan untukmu, Jason. Ayo, pulang sekarang! Bibi akan mengantar kalian sampai di kediaman Forbes.” Jason mengikuti Whitney masih dengan tampang kebingungan. Sementara itu, Logan menggendong Luna sampai masuk ke mobil Whitney. Dia meninggalkan mobil yang digunakan sebelumnya, yang merupakan milik pengawal Andrew. “Tunggu sebentar, Tuan. Ada yang perlu saya lakukan terlebih dulu,” ujar Logan tiba-tiba. “Kenapa lagi?” “Ada orang yang memukul saya dari belakang waktu itu.” Logan menyeringai ke arah Danny. Tanpa aba-aba, Lo