Delicia pulang tanpa hasil, di apartemen dia menunggu Lucio dengan gusar. Kini, Delicia telah mengatakan semuanya pada Lucio, rahasia terbesarnya yang selama ini dia simpan rapat-rapat, akhirnya dia bongkar sendiri setelah Jose tiba-tiba menghilang.Suara pintu terdengar dibuka, Delicia seketika menoleh berharap jika Lucio yang datang. Akan tetapi adiknya Diego yang muncul dengan wajah yang lesu.“Bagaimana?” tanya Delicia. “Apa kamu menemukan Jose?”Diego menggeleng. “Aku sudah melihat CCTV di sekitar sekolah. Jose berjalan sendirian. Jadi, dia tidak mungkin diculik, kan?”“Bukan masalah diculik atau tidak. Tapi dia masih kecil, Diego!”“Aku tahu Kak!”Keduanya kemudian diam.“Lucio mau membantuku mencari Jose.” Delicia berkata begitu pelan hingga hampir tidak terdengar.“Benarkah? Kakak bilang apa mengenai Jose?”“Aku bilang apa adanya pada Lucio. Barangkali, dia akan mengusahakannya dengan maksimal jika aku mengatakan kalau Jose adalah anaknya.”“Keputusan yang bagus,” desah Diego d
Setelah mengetahui jika Jose ternyata berada di rumahnya selama semalaman. Lucio akhirnya memberikan kabar itu kepada Delicia. Segera setelah mendengar hal itu, Delicia segera bergegas ke rumah Lucio.Pagi itu, Jose terlihat sedang sarapan bersama dengan anak Lucio. Jose tidak berani melihat ke arah Delicia terlalu lama. Dia hanya melihatnya sekilas, terkejut kemudian menunduk lagi.Lucio yang tau bahwa Jose ketakutan mencoba menengankan Delicia.“Kita bicara dulu sebentar. Berdua,” ajak Lucio, membawa Delicia ke ruang tamu.Delicia masih memandang Jose sampai dia berada di ruang tamu.“Jangan marah pada Jose,” kata Lucio. “Mungkin kemarin dia hanya ingin main ke sini.”“Tapi setidaknya beritahu aku kan bisa, Lucio?!”“Bagaimana caranya memberitahumu? Memberitahu padamu kalau sebenarnya dia sedang sedih karena teman-temannya mengatai dirinya tidak punya ayah? Jose mengatakan pada Martin kalau dia tidak mau membuatmu bersedih. Setidaknya dengan alasan seperti itu, kamu bisa memahaminya
“Kamu sudah tidak bisa menolakku lagi Delicia,” bisik Lucio dengan wajah yang serius. “Aku akan memberitahu Martin dan kamu harus memberitahu Jose.”Delicia menelan ludahnya sendiri. Dia merasakan debaran jantungnya seakan tidak normal. Apakah beninh cinta itu mulai tumbuh kembali? Apakah seharusnya dia menerima Lucio setelah semua yang telah mereka alami?Lima tahun lebih terpisah karena kesalahpahaman, bukankah saat ini sudah waktunya dia dan Lucio untuk bahagia?“Bagaimana?” desak Lucio tak sabar.“Kamu yakin akan menikahiku?”Mendengar pertanyaan itu membuat mata Lucio membulat. Seperti ada harapan untuk lamarannya barusan.“Tentu saja! Aku sangat yakin!”“Baiklah kalau begitu,” kata Delicia. “Aku mau menikah denganmu. Tapi tunggu aku mengatakan yang sebenarnya pada Jose.”Tangan Delicia diraih oleh Lucio. Dia genggam begitu erat seakan tak ingin melepaskannya lagi. “Kamu sudah berjanji, dan kamu tidak bisa mengingkarinya, oke.”Delicia mengangguk. “Iya, aku sudah berjanji jadi a
Kabar pernikahan antara Delicia dan Lucio pun akhirnya menyebar. Semua orang terdekat Lucio tahu termasuk Lordes yang juga menerima undangan pernikahan dari lelaki yang sudah menjadi incarannya.“Sial! Dia benar benar melakukannya!” umpat Lordes dengan kesal. Baru pertama kali ini dia ditolak dengan mentah-mentah oleh seorang lelaki/“Memangnya siapa calon pengantinnya?” tanya ibunya yang saat itu menyadari kegusaran anaknya.“Aku juga tidak tahu. Dia sepertinya bukan dari keluarga yang berada. Aku harus bagaimana Bu.”“Lupakan Lucio. Lagi pula dia adalah lelaki yang sudah memiliki satu anak tanpa ikatan pernikahan. Waktu pertama kali mendengar berita itu sebenarnya ibu sudah tidak menyukainya, Lordes.”“Bu! Apa ibu tidak tahu apa artinya cinta?” Mata Lordes melebar karena sebal ibunya malah menjelekkan Lucio.“Ibu tahu apa itu cinta, karena jika tidak mana mungkin ibu menikah dengan ayahmu. Tapi ini beda Lordes. Dia memiliki anak kecil. Apa kamu bisa mengatasi anak Lucio?”“Lordes ak
Hari H pernikahan Lucio dan Delicia akhirnya tiba. Lordes dengan gusar berjalan ke sana ke sini di dalam kamarnya. Pasalnya sejak tadi malam ayahnya sudah memberitahu agar anaknya itu tidak usah datang ke acara pernikahan Lucio daripada membuat masalah keluarganya.Tapi tentu saja Lordes menolaknya. Dia sudah merencanakan hal besar untuk membatalkan pernikahan Lucio dan Delicia.Suara pintu diketuk, Lordes menoleh dan segera menghampiri pintu kamarnya. Akan tetapi, pembantu yang muncul dengan dua pengawal di belakangnya.“Kenapa kalian ke sini?” Lordes bertanya pada kedua pengawal itu.“Kalian ingin mencegahku kan? Jangan harap itu terjadi!” Lordes melangkah maju tapi dihalangi oleh kedua lelaki tersebut.“Nona, saya diminta untuk mengantar sarapan untuk Anda.”“Sarapan?” Lordes melirik segelas jus dan roti panggang di nampan yang dibawa oleh pembantu.“Aku tidak akan memakannya.”“Tapi kata Tuan, nona bisa pergi setelah sarapan.”Lordes terkejut dengan pikiran ayahnya yang tiba-tiba
Sudah berhari hari sejak kejadian saat itu, Lordes mengurung dirinya di dalam kamar. Dia enggan makan membuat tubuhnya yang kecil semakin kurus. Dia tidak mau berbicara pada siapapun dan bertingkah seolah dunianya sudah berakhir sejak kejadian pernikahan Lucio.“Lordes, makanlah sesuatu. Kalau kamu sampai sakit bagaimana?” tanya ibunya saat masuk membawa makanan untuk anaknya.Lordes diam saja.“Ibu akan mengenalkan pria yang setara dengan Lucio, bagaimana?”Lordes hanya bergerak sedikit kemudian menutupi tubuhnya dengan selimut.“Mau sampai kapan kamu begini? Sementara Lucio sudah bahagia dengan keluarga barunya!” Karena tidak tahan ibunya pun membentak Lordes.Lordes bangkit, dengan mata yang cekung menatap ibunya dengan sinis.“Harusnya ibu membantuku, bukan memihak ayah waktu itu.”“Lordes… ““Ibu sama saja dengan ayah. Ibu menyuruhku untuk berkenalan dengan pria baru. Lalu bagaimana jika laki laki itu menolakku seperti Lucio?”Ibunya tidak dapat berkata apa apa.“Makanlah kalau b
“Di rumah sakit mana dia sekarang!” Lucio bergegas meninggalkan rumah setelah Khaleed memberitahu kabar buruk tersebut.“Rumah sakit Y. Dia sudah ada di sana satu jam lalu.”Khaleed mengatakan bahwa yang mengalami kecelakaan tak hanya Delicia tapi juga Lordes. Dari rekaman CCTV terlihat jika Lordes yang membuat masalah dan menghalangi jalan Delicia.Akan tetapi sebuah truk muncul dari arah berlawanan dan menabrak pembatas jalan lalu menghantam mobil Lordes dengan keras.“Apa? Jadi, maksudmu Lordes terlibat dalam kecelakaan ini?”Khaleed mengangguk.Selama di perjalanan pikiran Lucio menjadi tidak tenang. Ia khawatir jika terjadi sesuatu pada wanitanya itu. Karena dia berpikir semua itu terjadi karena dirinya belum menyelesaikan masalahnya dengan Lordes.“Tapi Lucio, sepertinya kamu tidak perlu khawatir,” kata Khaleed memecahkan keheningan.“Mana mungkin aku tidak khawatir.”“Lordes yang lebih parah, dan kondisinya saat ini kritis.”“Lalu Delicia?”“Delicia tidak begitu parah. Mungkin
Delicia membuka matanya yang terasa begitu berat. Rasa sakit di kepalanya membuatnya melenguh kesakitan.Dia lupa apa yang sebenarnya terjadi, hingga seorang pria asing muncul dan terlihat senang melihatnya.“Akhirnya kamu sadar Delicia, Lucio sudah menunggumu sejak tadi malam,” katanya dengan lega.Delicia? Aku? Aku delicia? Pria ini siapa? Kenapa bilang ngawur seperti ini?“Dokter! Pasien sudah sadar!” teriak lelaki itu lagi.Tak lama dokter dan perawat muncul dan segera memeriksa keadaan Delicia. Dan mengatakan bahwa kondisi Delicia baik baik saja.“Tapi, benturan di kepalanya, tidak membuat dia hilang ingatan kan dok?” tanya Khaleed pelan agar tidak terdengar oleh Delicia.“Kami akan melakukan tes untuk memastikannya,” jawab Dokter.“Aku akan menghubungi Lucio dan mengatakan kalau kamu sudah sadar, Delicia,” katanya lalu pergi meninggalkan ruangan.Delicia menegakkan susah payah. Dia melihat kedua tangannya dan ada cincin kawin di jari manisnya.“Sejak kapan aku punya cincin ini?”