Sudah berhari hari sejak kejadian saat itu, Lordes mengurung dirinya di dalam kamar. Dia enggan makan membuat tubuhnya yang kecil semakin kurus. Dia tidak mau berbicara pada siapapun dan bertingkah seolah dunianya sudah berakhir sejak kejadian pernikahan Lucio.“Lordes, makanlah sesuatu. Kalau kamu sampai sakit bagaimana?” tanya ibunya saat masuk membawa makanan untuk anaknya.Lordes diam saja.“Ibu akan mengenalkan pria yang setara dengan Lucio, bagaimana?”Lordes hanya bergerak sedikit kemudian menutupi tubuhnya dengan selimut.“Mau sampai kapan kamu begini? Sementara Lucio sudah bahagia dengan keluarga barunya!” Karena tidak tahan ibunya pun membentak Lordes.Lordes bangkit, dengan mata yang cekung menatap ibunya dengan sinis.“Harusnya ibu membantuku, bukan memihak ayah waktu itu.”“Lordes… ““Ibu sama saja dengan ayah. Ibu menyuruhku untuk berkenalan dengan pria baru. Lalu bagaimana jika laki laki itu menolakku seperti Lucio?”Ibunya tidak dapat berkata apa apa.“Makanlah kalau b
“Di rumah sakit mana dia sekarang!” Lucio bergegas meninggalkan rumah setelah Khaleed memberitahu kabar buruk tersebut.“Rumah sakit Y. Dia sudah ada di sana satu jam lalu.”Khaleed mengatakan bahwa yang mengalami kecelakaan tak hanya Delicia tapi juga Lordes. Dari rekaman CCTV terlihat jika Lordes yang membuat masalah dan menghalangi jalan Delicia.Akan tetapi sebuah truk muncul dari arah berlawanan dan menabrak pembatas jalan lalu menghantam mobil Lordes dengan keras.“Apa? Jadi, maksudmu Lordes terlibat dalam kecelakaan ini?”Khaleed mengangguk.Selama di perjalanan pikiran Lucio menjadi tidak tenang. Ia khawatir jika terjadi sesuatu pada wanitanya itu. Karena dia berpikir semua itu terjadi karena dirinya belum menyelesaikan masalahnya dengan Lordes.“Tapi Lucio, sepertinya kamu tidak perlu khawatir,” kata Khaleed memecahkan keheningan.“Mana mungkin aku tidak khawatir.”“Lordes yang lebih parah, dan kondisinya saat ini kritis.”“Lalu Delicia?”“Delicia tidak begitu parah. Mungkin
Delicia membuka matanya yang terasa begitu berat. Rasa sakit di kepalanya membuatnya melenguh kesakitan.Dia lupa apa yang sebenarnya terjadi, hingga seorang pria asing muncul dan terlihat senang melihatnya.“Akhirnya kamu sadar Delicia, Lucio sudah menunggumu sejak tadi malam,” katanya dengan lega.Delicia? Aku? Aku delicia? Pria ini siapa? Kenapa bilang ngawur seperti ini?“Dokter! Pasien sudah sadar!” teriak lelaki itu lagi.Tak lama dokter dan perawat muncul dan segera memeriksa keadaan Delicia. Dan mengatakan bahwa kondisi Delicia baik baik saja.“Tapi, benturan di kepalanya, tidak membuat dia hilang ingatan kan dok?” tanya Khaleed pelan agar tidak terdengar oleh Delicia.“Kami akan melakukan tes untuk memastikannya,” jawab Dokter.“Aku akan menghubungi Lucio dan mengatakan kalau kamu sudah sadar, Delicia,” katanya lalu pergi meninggalkan ruangan.Delicia menegakkan susah payah. Dia melihat kedua tangannya dan ada cincin kawin di jari manisnya.“Sejak kapan aku punya cincin ini?”
Lucio keluar setelah menemani Delicia beberapa menit. Ia terkejut saat melihat Khaleed masih menunggunya di depan kamar rawat inap Delicia.“Bagaimana dengan istrimu? Sepertinya dia baik baik saja,” kata Khaleed.“Ya, kupikir juga begitu.”“Tapi, sepertinya ada yang aneh dengan Delicia.”“Apanya?”“Dia tidak ingat siapa aku. Apa dia mengalami benturan di kepalanya dan melupakanku?”Lucio terkejut mendengar hal itu. “Tapi dia mengingatku tadi. Dia seperti biasanya. Meski ada yang agak aneh.”“Aneh bagaimana?”“Dia… sangat manja dan lengket padaku.” Lucio tersenyum malu.“Tapi kamu menyukainya kan?”Lucio tidak dapat menyembunyikan kebahagiaannya. “Tentu saja. Beberapa hari ini setelah menikah, dia masih canggung padaku. Tapi tadi, rasanya dia sangat lengket padaku.”“Baguslah kalau begitu. Sekarang, kamu tak mau melihat kondisi Lordes? Dia koma.”Lucio terkejut dengan pernyataan Khaleed. Lordes koma? “Apa lukanya parah?”Khaleed mengangguk.“Ayah dan ibunya ada di depan kamar Lordes.
Delicia benar benar tidak senang melihat kedatangan Martin dan Jose. Karena dia sendiri bukanlah Delicia yang asli. Diam diam Lordes memikirkan cara bagaimana caranya agar tidak mengurus anak anak itu. Karena baginya yang terpenting adalah bersama dengan Lucio.“Sapa mama kalian,” kata Lucio.Martin dan Jose langsung menghampiri Delicia kemudian memeluknya.“Mama gak apa apa kan Pa?” tanya Martin.“Mama kapan bisa pulang?” kali ini Jose yang bertanya.Lucio pun menjelaskan pada mereka berdua bahwa mama mereka akan berada di sana selama lima hari.Lordes hanya diam saja, merasa asing dengan pemandangan itu. Dia benar benar tidak memikirkan jauh ke belakang bahwa Lucio dan Delicia sudah memiliki anak.“Mama masih sakit?” tanya Martin.Lordes memandang Lucio seakan meminta bantuan pada lelaki itu.“Apa kamu tidak ingat siapa mereka, Delicia?Lordes menggeleng pelan. Lucio terkejut.“Dia adalah Martin, dan sebelah Martin Jose. Kamu lupa?”Lordes tanpa ragu mengingat.“Tapi kamu ingat aku?
Suara ribut berasal dari bangsal yang dilewati oleh Khaleed. Awalnya dia ingin mengabaikannya dan terus berjalan saja. Akan tetapi dia tidak bisa diam saja ketika melihat seorang perempuan menjadi sandera seorang pasien menggunakan pisau buah.“Jangan mendekat atau kubunuh wanita ini!” ujarnya.Khaleed yang melihatnya menjadi jengkel. Apalagi lelaki itu hanya berani terhadap perempuan saja.“Jangan mendekat!” Bahkan petugas keamanan seakan tak mampu menangani preman tengik tersebut.Khaleed menggulung kemejanya sampai ke siku. Dia memutar jalan kemudian menjegal kaki lelaki tersebut hingga terjatuh. Pisau yang ia bawa terpental jauh darinya. Khaleed langsung meringkus lelaki yang ternyata tak ada apa apanya itu.Kepala dengan perban dan juga wajah penuh memar. Khaleed yakin jika lelaki itu bisa jadi baru saja dipukuli oleh orang orang yang membencinya.“Siapa kamu!” bentaknya sambil berusaha melarikan diri.“Aku? Aku manusia yang membenci laki laki sepertimu.”“Sialan! Lepaskan!”“Co
Khaleed membuka matanya perlahan. Kepalanya terasa sakit ketika dia mencoba untuk memegangnya.Kamar yang dia tempati tidak mirip seperti kamarnya. Apalagi ada sosok bayangan yang membuatnya terkejut.“Lucio? Kenapa kamu ada di sini?” tanya Khaleed bingung.“Harusnya aku yang bertanya padamu. Kenapa kamu ada di sini. Bukankah seharusnya kamu pulang ke rumah?”Khaleed diam.“Aku langsung datang ke sini waktu perawat menemukan nomor kontakku sebagai nomor darurat.”Khaleed tersenyum.“Jadi, siapa yang sudah membuatmu begini?” tanya Lucio.“Orang gila,” jawab Khaleed. “Dia memukulku dengan tongkat, di mana dia sekarang?”Lucio menaikkan bahunya. “Aku tidak tahu siapa yang kamu maksud. Tapi tadi di sini ada gadis yang menemanimu, saat aku datang dia langsung pergi. Dia siapa?”“Oh dia, dia istri dari laki laki yang memukulku.”Lucio membulatkan matanya. “Jangan berurusan dengan istri orang lagi, Khaleed. Aku sudah memperingatkanmu.”“Ini beda.”“Bagaimana jika kamu ditipu lagi?”“Sepertin
Saat ini Lucio sedang berada di atas ranjang rumah sakit bersama dengan Delicia di mana jiwanya adalah milik Lordes. Lordes meminta Lucio agar menemaninya sampai dia pulang dari rumah sakit.“Bagaimana dengan anak anak tadi? Apakah mereka kecewa padaku?” tanya Lordes.“Tidak, mereka mengerti keadaanmu. Mereka mungkin masih kecil, tapi sifat mereka sudah dewasa,” jelas Lucio. “Jangan khawatir.” Lucio mengusap kepala Lordes dengan lembut.“Setelah keluar dari rumah sakit. Aku ingin kita berbulan madu,” ajak Lordes.Lucio diam.“Apa ada yang salah?”Lucio menggeleng. “Kamu kemarin menolak ajakanku berbulan madu karena ingin bersama dengan anak anak.”“Benarkah?”“Tapi kalau kamu ingin kita berbulan madu tak masalah.”“Aku ingin menghabiskan waktu berdua denganmu.”Lucio tersenyum.“Aku akan mengaturnya nanti.”Lordes tidur memeluk Lucio. Dia merasa sangat bahagia karena setidaknya dia bersama dengan lelaki yang sangat dia inginkan selama ini.Meski berada di dalam tubuh Delicia, tapi dia