Kabar pernikahan antara Delicia dan Lucio pun akhirnya menyebar. Semua orang terdekat Lucio tahu termasuk Lordes yang juga menerima undangan pernikahan dari lelaki yang sudah menjadi incarannya.“Sial! Dia benar benar melakukannya!” umpat Lordes dengan kesal. Baru pertama kali ini dia ditolak dengan mentah-mentah oleh seorang lelaki/“Memangnya siapa calon pengantinnya?” tanya ibunya yang saat itu menyadari kegusaran anaknya.“Aku juga tidak tahu. Dia sepertinya bukan dari keluarga yang berada. Aku harus bagaimana Bu.”“Lupakan Lucio. Lagi pula dia adalah lelaki yang sudah memiliki satu anak tanpa ikatan pernikahan. Waktu pertama kali mendengar berita itu sebenarnya ibu sudah tidak menyukainya, Lordes.”“Bu! Apa ibu tidak tahu apa artinya cinta?” Mata Lordes melebar karena sebal ibunya malah menjelekkan Lucio.“Ibu tahu apa itu cinta, karena jika tidak mana mungkin ibu menikah dengan ayahmu. Tapi ini beda Lordes. Dia memiliki anak kecil. Apa kamu bisa mengatasi anak Lucio?”“Lordes ak
Hari H pernikahan Lucio dan Delicia akhirnya tiba. Lordes dengan gusar berjalan ke sana ke sini di dalam kamarnya. Pasalnya sejak tadi malam ayahnya sudah memberitahu agar anaknya itu tidak usah datang ke acara pernikahan Lucio daripada membuat masalah keluarganya.Tapi tentu saja Lordes menolaknya. Dia sudah merencanakan hal besar untuk membatalkan pernikahan Lucio dan Delicia.Suara pintu diketuk, Lordes menoleh dan segera menghampiri pintu kamarnya. Akan tetapi, pembantu yang muncul dengan dua pengawal di belakangnya.“Kenapa kalian ke sini?” Lordes bertanya pada kedua pengawal itu.“Kalian ingin mencegahku kan? Jangan harap itu terjadi!” Lordes melangkah maju tapi dihalangi oleh kedua lelaki tersebut.“Nona, saya diminta untuk mengantar sarapan untuk Anda.”“Sarapan?” Lordes melirik segelas jus dan roti panggang di nampan yang dibawa oleh pembantu.“Aku tidak akan memakannya.”“Tapi kata Tuan, nona bisa pergi setelah sarapan.”Lordes terkejut dengan pikiran ayahnya yang tiba-tiba
Sudah berhari hari sejak kejadian saat itu, Lordes mengurung dirinya di dalam kamar. Dia enggan makan membuat tubuhnya yang kecil semakin kurus. Dia tidak mau berbicara pada siapapun dan bertingkah seolah dunianya sudah berakhir sejak kejadian pernikahan Lucio.“Lordes, makanlah sesuatu. Kalau kamu sampai sakit bagaimana?” tanya ibunya saat masuk membawa makanan untuk anaknya.Lordes diam saja.“Ibu akan mengenalkan pria yang setara dengan Lucio, bagaimana?”Lordes hanya bergerak sedikit kemudian menutupi tubuhnya dengan selimut.“Mau sampai kapan kamu begini? Sementara Lucio sudah bahagia dengan keluarga barunya!” Karena tidak tahan ibunya pun membentak Lordes.Lordes bangkit, dengan mata yang cekung menatap ibunya dengan sinis.“Harusnya ibu membantuku, bukan memihak ayah waktu itu.”“Lordes… ““Ibu sama saja dengan ayah. Ibu menyuruhku untuk berkenalan dengan pria baru. Lalu bagaimana jika laki laki itu menolakku seperti Lucio?”Ibunya tidak dapat berkata apa apa.“Makanlah kalau b
“Di rumah sakit mana dia sekarang!” Lucio bergegas meninggalkan rumah setelah Khaleed memberitahu kabar buruk tersebut.“Rumah sakit Y. Dia sudah ada di sana satu jam lalu.”Khaleed mengatakan bahwa yang mengalami kecelakaan tak hanya Delicia tapi juga Lordes. Dari rekaman CCTV terlihat jika Lordes yang membuat masalah dan menghalangi jalan Delicia.Akan tetapi sebuah truk muncul dari arah berlawanan dan menabrak pembatas jalan lalu menghantam mobil Lordes dengan keras.“Apa? Jadi, maksudmu Lordes terlibat dalam kecelakaan ini?”Khaleed mengangguk.Selama di perjalanan pikiran Lucio menjadi tidak tenang. Ia khawatir jika terjadi sesuatu pada wanitanya itu. Karena dia berpikir semua itu terjadi karena dirinya belum menyelesaikan masalahnya dengan Lordes.“Tapi Lucio, sepertinya kamu tidak perlu khawatir,” kata Khaleed memecahkan keheningan.“Mana mungkin aku tidak khawatir.”“Lordes yang lebih parah, dan kondisinya saat ini kritis.”“Lalu Delicia?”“Delicia tidak begitu parah. Mungkin
Delicia membuka matanya yang terasa begitu berat. Rasa sakit di kepalanya membuatnya melenguh kesakitan.Dia lupa apa yang sebenarnya terjadi, hingga seorang pria asing muncul dan terlihat senang melihatnya.“Akhirnya kamu sadar Delicia, Lucio sudah menunggumu sejak tadi malam,” katanya dengan lega.Delicia? Aku? Aku delicia? Pria ini siapa? Kenapa bilang ngawur seperti ini?“Dokter! Pasien sudah sadar!” teriak lelaki itu lagi.Tak lama dokter dan perawat muncul dan segera memeriksa keadaan Delicia. Dan mengatakan bahwa kondisi Delicia baik baik saja.“Tapi, benturan di kepalanya, tidak membuat dia hilang ingatan kan dok?” tanya Khaleed pelan agar tidak terdengar oleh Delicia.“Kami akan melakukan tes untuk memastikannya,” jawab Dokter.“Aku akan menghubungi Lucio dan mengatakan kalau kamu sudah sadar, Delicia,” katanya lalu pergi meninggalkan ruangan.Delicia menegakkan susah payah. Dia melihat kedua tangannya dan ada cincin kawin di jari manisnya.“Sejak kapan aku punya cincin ini?”
Lucio keluar setelah menemani Delicia beberapa menit. Ia terkejut saat melihat Khaleed masih menunggunya di depan kamar rawat inap Delicia.“Bagaimana dengan istrimu? Sepertinya dia baik baik saja,” kata Khaleed.“Ya, kupikir juga begitu.”“Tapi, sepertinya ada yang aneh dengan Delicia.”“Apanya?”“Dia tidak ingat siapa aku. Apa dia mengalami benturan di kepalanya dan melupakanku?”Lucio terkejut mendengar hal itu. “Tapi dia mengingatku tadi. Dia seperti biasanya. Meski ada yang agak aneh.”“Aneh bagaimana?”“Dia… sangat manja dan lengket padaku.” Lucio tersenyum malu.“Tapi kamu menyukainya kan?”Lucio tidak dapat menyembunyikan kebahagiaannya. “Tentu saja. Beberapa hari ini setelah menikah, dia masih canggung padaku. Tapi tadi, rasanya dia sangat lengket padaku.”“Baguslah kalau begitu. Sekarang, kamu tak mau melihat kondisi Lordes? Dia koma.”Lucio terkejut dengan pernyataan Khaleed. Lordes koma? “Apa lukanya parah?”Khaleed mengangguk.“Ayah dan ibunya ada di depan kamar Lordes.
Delicia benar benar tidak senang melihat kedatangan Martin dan Jose. Karena dia sendiri bukanlah Delicia yang asli. Diam diam Lordes memikirkan cara bagaimana caranya agar tidak mengurus anak anak itu. Karena baginya yang terpenting adalah bersama dengan Lucio.“Sapa mama kalian,” kata Lucio.Martin dan Jose langsung menghampiri Delicia kemudian memeluknya.“Mama gak apa apa kan Pa?” tanya Martin.“Mama kapan bisa pulang?” kali ini Jose yang bertanya.Lucio pun menjelaskan pada mereka berdua bahwa mama mereka akan berada di sana selama lima hari.Lordes hanya diam saja, merasa asing dengan pemandangan itu. Dia benar benar tidak memikirkan jauh ke belakang bahwa Lucio dan Delicia sudah memiliki anak.“Mama masih sakit?” tanya Martin.Lordes memandang Lucio seakan meminta bantuan pada lelaki itu.“Apa kamu tidak ingat siapa mereka, Delicia?Lordes menggeleng pelan. Lucio terkejut.“Dia adalah Martin, dan sebelah Martin Jose. Kamu lupa?”Lordes tanpa ragu mengingat.“Tapi kamu ingat aku?
Suara ribut berasal dari bangsal yang dilewati oleh Khaleed. Awalnya dia ingin mengabaikannya dan terus berjalan saja. Akan tetapi dia tidak bisa diam saja ketika melihat seorang perempuan menjadi sandera seorang pasien menggunakan pisau buah.“Jangan mendekat atau kubunuh wanita ini!” ujarnya.Khaleed yang melihatnya menjadi jengkel. Apalagi lelaki itu hanya berani terhadap perempuan saja.“Jangan mendekat!” Bahkan petugas keamanan seakan tak mampu menangani preman tengik tersebut.Khaleed menggulung kemejanya sampai ke siku. Dia memutar jalan kemudian menjegal kaki lelaki tersebut hingga terjatuh. Pisau yang ia bawa terpental jauh darinya. Khaleed langsung meringkus lelaki yang ternyata tak ada apa apanya itu.Kepala dengan perban dan juga wajah penuh memar. Khaleed yakin jika lelaki itu bisa jadi baru saja dipukuli oleh orang orang yang membencinya.“Siapa kamu!” bentaknya sambil berusaha melarikan diri.“Aku? Aku manusia yang membenci laki laki sepertimu.”“Sialan! Lepaskan!”“Co