Delicia duduk di sebuah halte, menunggu taksi yang dia pesan yang belum juga tiba. Pikirannya terbang jauh pada kejadian beberapa waktu yang lalu, di mana dia mendengar jika Lucio telah memiliki seorang anak.Mengapa dia tidak bisa mengenyahkan pikiran itu? Padahal dia sudah berusaha selama ini untuk tidak berurusan lagi dengan Lucio?Ketika dia sibuk dalam pikirannya, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depannya. Delicia sontak melihat, berpikir mungkin saja itu adalah taksi yang dia pesan. Namun, itu adalah mobil Lucio.Jendela kaca mobil Lucio dibuka oleh si pemilik. Delicia yang melihatnya mendelik sebal. Dengan senyum yang lebar Lucio menawarkan tumpangan pada Delicia.“Aku akan mengantarmu,” kata Lucio dengan percaya diri.“Tidak perlu.”“Oh iya, kamu sudah memiliki kekasih ya. Aku lupa masalah itu.” Nada itu terdengar benar-benar mengejek Delicia.“Sudahlah, pergi sana. Anakmu pasti sedang menunggumu,” balas Delicia.Lucio menahan senyumnya.“Kamu akan mendapatkan kejutan. Kuha
Ketika Delicia sudah pulang di rumah, anaknya sudah tidur. Tinggal Diego yang belum tidur karena menunggu Delicia.Sambil menguap, dia menyambut kakaknya yang baru saja pulang dari kantor.“Ke mana saja? Kenapa malam sekali?” tanya Diego. Dia berjalan mengekor Delicia yang duduk di kursi depan tv.“Biasa, pekerjaan tambahan,” jawab Delicia lemas. Dia mengambil botol mineral dari tasnya yang tinggal sedikit dan menghabiskannya. Setelah kosong dia meremas botol itu sampai gepeng, membuat Diego sedikit ngeri dengan kakaknya malam ini.“Ada apa, sih?” tanya Diego. “Ada masalah?”“Hmm, masalah besar,” jawab Delicia.“Apa? Gajimu tidak naik? Apa bosmu kurang ajar?”“Bukan.”Delicia melirik kamar Jose kemudian menghela napasnya. “Aku bertemu dengan Lucio tadi siang.”Mata Diego membulat.“Lalu? Lalu bagaimana? Kamu bilang padanya kalau sebenarnya dia sudah memiliki anak? Dan anaknya sudah besar?”“Mana mungkin?!” Delicia menyikut pinggang Diego sampai lelaki itu bergeser duduknya. “Aku tidak
Delicia tidak dapat berhenti mengutuk ketika dia harus benar-benar datang ke pesta ulang tahun Lucio tiga hari setelahnya. Dia diminta oleh bosnya untuk mengenakan pakaian yang pantas untuk datang ke pesta, padahal Delicia sudah paling anti mengenakan gaun pesta apalagi di depan Lucio.“Setidaknya kita harus bisa mengambil hati Lucio, kamu tau kan, perusahaan kita akan diuntungkan kalau dia mau bekerjasama dengan perusahaan kita,” kata bosnya ketika berada dalam perjalanan dengan Delicia.Delicia hanya mengangguk tidak tertarik untuk menjawabnya.“Oh ya, hubungan rumit apa sih, sepertinya Lucio mengatakannya dengan serius,” kata bosnya lagi.Delicia memutar bola matanya tanpa sepengetahuan bosnya, dia berani bertaruh kalau bosnya itu tidak tahu berita beberapa tahun yang lalu sempat menghebohkan.“Bukan apa-apa kok,” jawab Delicia pada akhirnya.“Apa dia menyukaimu? Itu akan sangat bagus, bukan? Kamu bisa memanfaatkannya, Delicia.”Tidak. Delicia menjawabnya dalam hati tentu saja.“Ka
Delicia kembali ketika Lucio sudah berdiri di atas panggung. Tidak hanya sendiri melainkan bersama dengan anak kecil tadi. Dengan bangga Lucio memperkenalkan anak Lucio yang bernama Martin.Lucio mengatakan bahwa Martin adalah bagian dari hidupnya yang sangat penting dan dia mengatakan jika tidak akan membiarkan ada berita buruk lagi tentang anaknya.Delicia semakin penasaran, apa yang sebenarnya terjadi pada Lucio karena selama ini dia sengaja tidak ingin mengorek hidup Lucio sampai Jose berusia lima tahun.Perlahan langkah Delicia mendekat, membaur dengan tamu yang lain dan mendengar ucapan-ucapan tidak masuk akal dari tamu yang datang.Dan yang membuat Delicia tak percaya adalah jika anak tersebut adalah hasil dari ibu pengganti.Seketika perasaan Delicia jadi tidak enak, dadanya terasa sesak dan ia merasakan sesuatu yang getir teraduk-aduk dalam hatinya.Jika Lucio tau kalau dia juga memiliki anak laki-laki lainnya, apakah dia masih bisa berkata seperti itu? Perasaan Delicia makin
Delicia menoleh ketika pintu kamar hotelnya terbuka, dua orang perempuan memberikan gaun yang lebih bagus pada Delicia.Delicia hendak menolaknya, tapi keadaan tidak memungkinkan karena gaunnya basah kuyup dan sedikit transparan hingga menampakkan kulit putihnya.Lucio pergi keluar sebentar setelah mengantar Delicia, katanya dia harus menenangkan anaknya yang menangis di bawah sana. Dan juga tamu yang mulai bertanya-tanya mengenai kejadian yang baru saja terjadi.“Silakan Anda bisa mengganti gaun Anda,” kata salah satu perempuan yang masuk tadi. Setelah meletakkan gaunnya, mereka berdua pergi meninggalkan kamar hotel Delicia.Delicia mengambil asal, tapi dia merasa lebih nyaman jika memakai pakaian kasual saja. Tetapi sayangnya tak ada pilihan pakaian seperti itu.Pintu terdengar dibuka lagi. Lucio masuk dan melihat Delicia belum mengganti pakaiannya.“Kenapa? Pakaiannya kurang bagus? Kamu tidak suka?” tanya Lucio.Delicia mendengus. “Kamu mau pamer?”Lucio tersenyum.“Bosmu sudah kus
Melihat bagaimana Delicia terlihat ketakutan saat itu, Lucio langsung terdiam. Menjauh dari Delicia agar emosinya tidak semakin meluap. Dia berjalan ke arah sofa kemudian menghubungi Khaleed.Delicia menarik napasnya dalam-dalam. Dia sendiri terkejut karena hampir saja terjatuh dalam jeratan Lucio. Bahkan dia tidak sadar saat dirinya menerima lumatan lembut dari lelaki itu.Dadanya bergemuruh, jantungnya berdetak-detak tak karuan. Sentuhan-sentuhan kecil dan lembut itu membuatnya malu jika masih membayanginya.Berdiri dari tempatnya, Delicia merapikan gaunnya yang sedikit acak-acakan. Pun dengan rambut dan riasannya. Dia berjalan ke arah Lucio kemudian pamit akan pulang malam itu.“Kamu akan pulang dengan penampilan seperti itu?” tanya Lucio.Delicia tidak menjawab.“Tunggu sebentar, Khaleed akan datang sebentar lagi.”“Untuk apa? Aku tak mau merepotkan.”Lucio memicingkan matanya. “Sekali saja, turuti apa kataku. Di bawah sana sedang ramai wartawan. Sebaiknya kamu di sini dulu, kamu
Mobil Lucio sudah sampai di depan lobi apartemen. Delicia buru-buru turun sebelum Lucio menahan tangannya. Delicia menatap Lucio bingung.“Apa lagi?”“Pikirkan permintaanku tadi,” kata Lucio. “Aku masih menginginkanmu menjadi istriku. Bukan istri kontrak seribu hari, tapi benar-benar istriku.”Delicia diam untuk beberapa detik.“Kita lihat saja nanti,” katanya.Senyum di bibir Lucio perlahan mulai mengembang, seperti baru saja dia mendapatkan sebuah projek yang sangat besar.“Aku akan menantikannya,” sahut Lucio. Dia melihat Delicia turun kemudian menghilang dari pandangannya.Sesaat kemudian Lucio menyesal karena tidak bertanya di unit nomor berapa Delicia tinggal. Agar dia bisa berkunjung ke sana.Tapi ah lupakan, Lucio langsung mengarahkan mobilnya ke tempat parkir. Lalu mengejar Delicia.Meski sedikit terlambat, tapi Lucio dapat melihat jika Delicia sedang menuju ke lantai tujuh.Dengan langkah yang ringan, Lucio berlari ke tangga darurat dan naik ke lantai tujuh.Napasnya yang te
“Sebaiknya kamu pulang sekarang, aku tau kalau mobilmu yang mahal dan bagus itu tidak pernah mogok,” gumam Delicia.“Aku akan pulang kalau kamu mau berkata jujur padaku,” sahut Lucio.“Apa? Apa?”“Kamu… tidak punya kekasih, kan?”Delicia memutar bola matanya. Kebohongannya bahkan tidak bisa bertahan selama satu minggu.“Tapi kamu akan pulang kan setelah aku mengatakan hal yang jujur padamu?”“Ya, aku akan pulang.”Delicia diam. Ruangan hening.“Tidak. Aku tidak memiliki kekasih. Jadi, sebaiknya kamu pulang.”Lucio tersenyum lagi. Merasa tidak ada penghalang dan dirinya tidak perlu berkelahi dengan kekasih Delicia.“Jadi, siapa Jose itu?”“Itu… aku hanya mengarangnya.”“Termasuk telepon waktu itu?”“Ya, termasuk waktu itu.”Lucio berdiri kemudian melangkah mendekati Delicia.Delicia memundurkan tubuhnya, sampai punggungnya menyentuh dinding.“Jangan macam-macam, ada Diego di sini.”“Diego akan pura-pura tidak mendengarnya.”Mata Delicia membulat. Lucio mendekatkan wajahnya kemudian men