Perasaan Diego jadi tak tenang semenjak guru Jose mengatakan masalah itu padanya. Dia terus merenung di sepanjang perjalanan menuju apartemen.Jose masih kecil untuk memendam perasaan seperti marah, kesal dan juga kecewa itu sendirian.“Harusnya Delicia bilang saja bahwa ayahnya adalah Lucio,” geram Diego.Sudah berkali-kali dia mengatakan pada Delicia, membujuknya agar mengatakan bahwa ayah Jose adalah seorang lelaki yang sangat kaya bahkan terkenal di dunia bisnis properti. Tapi Delicia selalu menolak ide dari Diego dengan alasan jika mereka dapat bahagia tanpa Lucio.Tapi sekarang apa? Jose malah mendapatkan perlakuan seperti itu sendirian.Ketika Delicia hamil pun, tidak sedikit orang yang mencibir Delicia karena memiliki anak tanpa seorang suami. Mereka membuat kabar burung jika Delicia dulunya adalah seorang pelacur.Namun Delicia selalu tenang dan mengatakan bahwa mereka yang mencibirnya tidak memiliki bukti apa-apa.Delicia sedang berjalan ke lobi saat Diego sudah tiba di apar
Diego melirik jam di dinding. Sudah jam sebelas malam dan waktunya Jose pulang sekolah. Dia melepas celemeknya dan keluar dari dapur. Ia berpamitan pada teman yang tak lain adalah partner-nya mengelola usaha restoran burger dengan tempat yang sangat minimalis.“Aku akan pergi menjemput Jose, lalu makan ayam goreng,” katanya.“Jangan lama-lama, biasanya anak sekolah datang jam dua belas untuk makan siang,” sahut temannya.Diego memberikan jempol pada temannya kemudian keluar dari restorannya. Ia menjemput Jose menggunakan sepeda kali ini sebab jarak restoran ke sekolah Jose cukup jauh.Diego mendapatkan dana untuk mendirikan restoran kecil itu tak lain uang dari Delicia. Dia tak mau bekerja di pabrik lagi dan memutuskan untuk membuka usaha.Meski pada awalnya restoran itu sepi, tapi lambat laun burgernya mulai dilirik oleh anak-anak sekolah ketika pulang sekolah atau sekadar beristiharat untuk membeli makan siang mereka.Dua puluh menit di jalanan, Diego sampai di depan sekolah Jose. B
Semua murid di kelas Jose terdiam, ketika ada seorang anak baru datang dan diperkenalkan oleh guru mereka di depan kelas.Jose yang tadinya tidak tahu kenapa tiba-tiba kelasnya menjadi hening. Baru lah dia tertegun ketika melihat anak seumurannya yang masuk dan menebarkan senyum ke seluruh kelas.“Anak-anak, perkenalkan teman baru kalian. Namanya Martin, dan mulai hari ini dia akan belajar bersama dengan kalian. Jadi, ibu harap kalian bisa akur dengan Martin, mengerti?”“Ya, bu guru!” semuanya menyahut dengan serempak.Satu-satunya kursi yang kosong hanya di sebelah Jose. Jadi guru Jose meminta Martin untuk duduk di sebelah Jose.Jose yang sejak semula tidak mau terlalu akrab dengan orang lain, karena lama-lama mereka pasti akan mengejeknya. Jadi dia tidak terlalu menyambut kedatangan Martin.Akan tetapi, Martin yang pertama kali mengulurkan tangan pada Jose setelah meletakkan tas punggungnya.“Namaku Martin, namamu siapa?” tanya Martin.Jose melihat tangan Martin sejenak. Dia memiliki
“Tunggu sebentar!” Delicia berseru sambil berlari, mengejar waktu sementara pintu lift sebentar lagi tertutup.Beruntungnya dia saat itu, seorang lelaki tengah menahan dan membiarkannya untuk masuk.Delicia tak mengamati dengan detail bagaimana wajah lelaki itu, dia langsung masuk kemudian berdiri di sebelahnya.Namun, saat dia melihat bayangan lelaki yang ada di sampingnya melalui dinding lift, tubuh Delicia seketika menegang. Dia menjadi gugup seketika, padahal selama ini dia tidak pernah seperti ini.“Sudah lama kita tidak bertemu,” sapa lelaki itu. “Bagaimana kabarmu?”Delicia memejamkan matanya rapat-rapat kemudian membukanya, melirik Lucio lalu tersenyum dengan terpaksa.“Baik,” jawabnya.“Kamu bekerja di sini sekarang?”“Tidak. Aku hanya ada beberapa pekerjaan di sini sebentar.”Hening beberapa menit. Tak lama kemudian pintu lift terbuka. Delicia keluar, pun dengan Lucio.Delicia yang merasa diikuti oleh Lucio menoleh ke belakang dengan tatapan mata yang sebal. Dia mendengus k
Lucio benar-benar memanfaatkan kesempatan ini untuk melihat apakah Delicia sudah menikah atau belum. Karena terakhir kali dia mendengar bahwa Delicia menikah dengan seorang lelaki.Tetapi setelah memastikan jika di jari manisnya tidak ada cincin, Lucio merasa lega.“Aku ingin minta maaf padamu,” kata Lucio tiba-tiba memecah keheningan di antara mereka berdua.“Aku sudah melupakan semuanya.”Lucio tersenyum miris. “Termasuk melupakanku?”Delicia tidak berkata apa-apa.“Kamu sudah menikah?” tanya Lucio yang membuat Delicia langsung tersedak.Karena panik Lucio berdiri kemudian menepuk-nepuk pelan punggung Delicia.Delicia menepis tangan Lucio ketika lelaki itu hendak menyentuh punggungnya lagi.“Aku sudah tidak apa-apa,” kata Delicia. “Jadi, kamu mengajakku makan siang hanya ingin minta maaf padaku?”Lucio merasa kecewa karena sikap Delicia begitu dingin terhadapnya. Ia langsung duduk dan memandang wajah Delicia yang selama ini dia rindukan.“Aku merindukanmu,” katanya pelan.Delicia ti
Delicia duduk di sebuah halte, menunggu taksi yang dia pesan yang belum juga tiba. Pikirannya terbang jauh pada kejadian beberapa waktu yang lalu, di mana dia mendengar jika Lucio telah memiliki seorang anak.Mengapa dia tidak bisa mengenyahkan pikiran itu? Padahal dia sudah berusaha selama ini untuk tidak berurusan lagi dengan Lucio?Ketika dia sibuk dalam pikirannya, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depannya. Delicia sontak melihat, berpikir mungkin saja itu adalah taksi yang dia pesan. Namun, itu adalah mobil Lucio.Jendela kaca mobil Lucio dibuka oleh si pemilik. Delicia yang melihatnya mendelik sebal. Dengan senyum yang lebar Lucio menawarkan tumpangan pada Delicia.“Aku akan mengantarmu,” kata Lucio dengan percaya diri.“Tidak perlu.”“Oh iya, kamu sudah memiliki kekasih ya. Aku lupa masalah itu.” Nada itu terdengar benar-benar mengejek Delicia.“Sudahlah, pergi sana. Anakmu pasti sedang menunggumu,” balas Delicia.Lucio menahan senyumnya.“Kamu akan mendapatkan kejutan. Kuha
Ketika Delicia sudah pulang di rumah, anaknya sudah tidur. Tinggal Diego yang belum tidur karena menunggu Delicia.Sambil menguap, dia menyambut kakaknya yang baru saja pulang dari kantor.“Ke mana saja? Kenapa malam sekali?” tanya Diego. Dia berjalan mengekor Delicia yang duduk di kursi depan tv.“Biasa, pekerjaan tambahan,” jawab Delicia lemas. Dia mengambil botol mineral dari tasnya yang tinggal sedikit dan menghabiskannya. Setelah kosong dia meremas botol itu sampai gepeng, membuat Diego sedikit ngeri dengan kakaknya malam ini.“Ada apa, sih?” tanya Diego. “Ada masalah?”“Hmm, masalah besar,” jawab Delicia.“Apa? Gajimu tidak naik? Apa bosmu kurang ajar?”“Bukan.”Delicia melirik kamar Jose kemudian menghela napasnya. “Aku bertemu dengan Lucio tadi siang.”Mata Diego membulat.“Lalu? Lalu bagaimana? Kamu bilang padanya kalau sebenarnya dia sudah memiliki anak? Dan anaknya sudah besar?”“Mana mungkin?!” Delicia menyikut pinggang Diego sampai lelaki itu bergeser duduknya. “Aku tidak
Delicia tidak dapat berhenti mengutuk ketika dia harus benar-benar datang ke pesta ulang tahun Lucio tiga hari setelahnya. Dia diminta oleh bosnya untuk mengenakan pakaian yang pantas untuk datang ke pesta, padahal Delicia sudah paling anti mengenakan gaun pesta apalagi di depan Lucio.“Setidaknya kita harus bisa mengambil hati Lucio, kamu tau kan, perusahaan kita akan diuntungkan kalau dia mau bekerjasama dengan perusahaan kita,” kata bosnya ketika berada dalam perjalanan dengan Delicia.Delicia hanya mengangguk tidak tertarik untuk menjawabnya.“Oh ya, hubungan rumit apa sih, sepertinya Lucio mengatakannya dengan serius,” kata bosnya lagi.Delicia memutar bola matanya tanpa sepengetahuan bosnya, dia berani bertaruh kalau bosnya itu tidak tahu berita beberapa tahun yang lalu sempat menghebohkan.“Bukan apa-apa kok,” jawab Delicia pada akhirnya.“Apa dia menyukaimu? Itu akan sangat bagus, bukan? Kamu bisa memanfaatkannya, Delicia.”Tidak. Delicia menjawabnya dalam hati tentu saja.“Ka