Keesokan harinya Melisa datang untuk menemui Lucio. Padahal Melisa tidak perlu sampai datang ke perusahaan, jika Melisa ingin membicarakan masalah pribadi.Namu, Lucio membiarkan Melisa untuk menemuinya setelah rapat selesai.“Sepertinya ada yang ingin kamu sampaikan karena jauh jauh datang ke sini,” kata Lucio. Dia duduk lalu memandang Melisa yang tersenyum dengan lebar.“Saya ingin memberikan ini.” Mengambil sesuatu dari dalam tasnya, Melisa memberikan sebuah foto USG pada lucio.“Bisa saja saya memberitahukan masalah ini pada Anda melalui pesan. Tapi sepertinya saya ingin Anda melihatnya langsung.”Lucio melirik foto USG yang ada di atas meja. Dia mengambilnya lalu mengamatinya dengan saksama.“Jenis kelaminya laki-laki,” kata Melisa tak dapat menutupi kegembiraannya.“Oh ya?”“Dan sehat,” tambah Melisa.“Bagus. Aku senang mendengarnya,” kata Lucio.Hening.Melisa masih duduk berhadapan dengan Lucio. Dia menginginkan sesuatu yang lain. Bukan sebuah pujian, seperti merayakan hal ini
Usai menemui Delicia, Lucio pergi ke bar sampai jam satu pagi. Dia pulang dalam keadaan mabuk dan terpaksa Khaleed menjemputnya di bar.“Kamu kenapa lagi?” Khaleed mengeluh. Jam satu malam, ketika dia sudah masuk ke dalam mimpi indahnya, tiba tiba dia dihubungi oleh bartender dan mengatakan bahwa temannya sedang mabuk.“Dia sudah bahagia,” sahut Lucio dengan pelan.“Siapa?” Khaleed melirik kesal. Dia kedinginan gara gara keluar tidak mengenakan jaket. “Dia yang namanya tidak boleh disebut?” Lucio mengangguk.Khaleed memasukkan tubuh berat Lucio ke bangku penumpang. Usai memasangkan sabuk pengaman, Khaleed bergerak ke kursi pengemudi dan membawa sahabatnya itu pergi dari sana.“Kamu menemuinya?” Khaleed melihat bayangan Lucio dari kaca spion. Lucio sudah tidak sadar.Khaleed merasa sangat bersalah pada Lucio. Dia seakan sudah melakukan kesalahan pada sahabatnya itu. Tapi apa? Dia ingin membenahi hubungan Lucio dan Delicia, hanya saja… bagaimana kalau Lucio nanti tambah terluka?Lucio
Rebecca tersenyum saat melihat amplop cokelat yang ada di tangannya. Sudah lama dia ingin mencari surat itu, ketika dia mencurigai Lucio bahwa hubungannya dengan Delicia hanya sekadar kontrak.Semuanya bermula ketika Rebecca ingat bahwa masa lalu Delicia dan Lucio tidak ada keterkaitan. Bahkan mereka berdua kenal karena kecelakaan kecil di lobi kantor.Tidak mungkin Lucio jatuh cinta pada perempuan itu dalam kurun waktu kurang dari satu minggu. Mengingat Lucio tidak memiliki ketertarikan untuk menikah dan mempunyai hubungan yang serius.Semakin Rebecca mengusutnya dengan orang suruhannya. Dia semakin yakin bahwa hubungan mereka tidak nyata dan hanya di atas kertas.Dan sekarang, dia akan menghancurkan Lucio, sama seperti lelaki itu dulu menghancurkannya.Rebecca membuka amplop. Dia membaca surat tersebut dan bibirnya terkembang senyum yang lebar.Dugaan Rebecca benar. Dia mengambil gambar dari isi amplop tersebut kemudian mengunggahnya di internet sebagai pengguna anonim.Tidak membut
Delicia menyeruak masuk ke kamar di mana ayahnya saat ini sedang dirawat. Ayahnya masih belum sadarkan diri sejak dia pingsan tadi.Delicia menangis, dia berdiri di tempat tidur ayahnya dengan perasaan penuh bersalah. Semua gara gara dirinya. Semua karena dirinya yang telah ceroboh menerima perjanjian kontrak waktu itu.Sementara itu, Andres yang berada tak jauh dari Delicia memandang kasihan. Padahal seharusnya wanita itu tidak boleh stres saat ini, tapi masalah terus datang bertubi-tubi.Di sisi lain, Diego merasa ada yang aneh dengan kakaknya. Diamati berkali-kali, dia melihat tubuh Delicia agak gemukan tidak seperti terakhir kali dulu bertemu.Selain itu, pakaian Delicia yang besar membuatnya semakin curiga. Belum lagi kakinya yang terlihat sedikit bengkak. Apakah Delicia sakit?“Kak,” panggil Diego.Delicia menoleh masih menangis.“Kakak sakit?” tanyanya.Delicia mengusap air matanya. Dia menggeleng pelan.“Kenapa?”“Kakak… kakak terlihat gemuk, kakak sakit? Atau…”Wajah Delicia
“Kamu sudah gila, Andres?” Delicia menarik Andres menjauh dari ranjang ayahnya. Mereka keluar dan berbicara di depan kamar ayah Delicia.“Gila? Kenapa aku gila? Aku menyukaimu dan aku ingin menikahimu! Apa itu salah?”Bahkan Delicia tidak dapat berkata apa-apa.“Katakan padaku Delicia, kamu pasti membutuhkan seorang suami. Tak apa kalau hanya aku saja yang mencintaimu. Tapi aku yakin waktu akan berbicara, kamu pasti akan menyukaiku.”“Andres, kamu tahu kan, bagaimana keadaanku sekarang?” tanya Delicia. “Aku hamil!” desisnya. “Dan anak ini bukan anakmu. Bagaimana bisa aku menerima lamaranmu ketika aku sedang hamil anak orang lain?”“Aku tidak masalah. Sudah kukatakan berulang kali kalau aku tidak masalah dengan itu. Aku akan menganggap anakmu sebagai anakku.”Delicia menyeka keningnya yang berkeringat. Dia tak cukup punya tenaga untuk berdebat dengan Andres. Apalagi dia memang belum menyiapkan kata kata penolakan untuk lelaki itu.“Kamu pantas mendapatkan wanita yang lebih baik dariku,
Selesai ayahnya dimakamkan, Delicia kembali ke rumah ayahnya dan duduk di kursi yang biasa ayahnya duduki untuk waktu yang lama.Andres yang melihatnya tidak tega karena sejak Delicia datang ke sini, dia sama sekali belum makan.Yang jadi masalah adalah Delicia memiliki calon bayi yang harus dia beri makan. Dan Andres tak dapat membiarkannya begitu saja.Jadi, dia membeli makanan di sekitar sana. Kemudian kembali lagi setelah satu jam dan membawakan Delicia makanan.“Kamu harus makan, demi anak itu, bukan hanya kamu,” kata Andres.Delicia melirik nasi goreng dengan telur dadar di atasnya. Itu adalah makanan kesukaannya, tapi untuk saat ini dia sama sekali tak ingin nafsu makan.“Harus makan, harus dipaksakan kalau kamu tak mau sakit,” kata Andres.Delicia mengangguk. Ia mengusap air matanya, tangannya menarik bungkusan makanan itu lalu memasukkanya dengan tak ada gairah.Delicia mengusap air matanya lagi tiap kali dia memasukkan nasi ke dalam mulutnya.“Ini semua salahku, kalau saja s
Hal yang membuat Rebecca saat ini adalah ketika dia mendapatkan surat tuntutan dari pengacara Lucio. Dia dituntut atas pencemaran nama baik dan juga mengekspos dokumen pribadi.Rebecca dituntut dua tahun penjara dan denda uang sebanyak dua ratus lima puluh juta.Rebecca berteriak histeris ketika mendapatkan berita itu. Saat dia mencoba untuk mengelak, tapi semua bukti mengarah padanya. Dari alamat IP yang dia gunakan dan juga video rekaman CCTV yang memperlihatkan bahwa dia pernah masuk tanpa izin ke apartemen Lucio.**“Jadi sudah diurus oleh pengacara?” tanya Lucio.“Sudah,” jawab Khaleed. Dia merasa tidak nyaman ketika melihat beberapa kaleng bir yang kosong berserakan di atas meja ruang santai Lucio.“Kamu minum lagi?” tanya Khaleed. “Kamu minum banyak seperti itu tapi tidak makan,” kata Khaleed, menyingkirkan semua kaleng kaleng itu dan memasukkan ke dalam tempat sampah.Yang membuatnya semakin heran adalah saat dia melihat isi di dalam kulkas Lucio. Di mana di sana banyak sekali
Entah bagaimana Lucio dan Melisa bisa sampai di pantai hari itu. Meski terkesan mendadak, tapi Lucio mendapatkan ketenangan saat melihat pantai di depannya.Memang, pantai hanya akan mengingatkannya pada Delicia. Tapi pantai itu yang jelas bukan pantai di dekat kampung Delicia berada.“Bagaimana? Indah, bukan?” tanya Melisa dengan bangga pada Lucio. Seakan sudah berhasil memberikan sesuatu yang spesial pada Lucio.“Ya, bagus. Aku tidak tahu kalau pantai akan seindah ini ketika siang hari dan terasa panas menyengat,” katanya sarkas pada Lucio. Tapi dia tetap menikmatinya.Ombak yang berkejaran, aroma pantai yang menyegarkan dan juga pasir putih yang berada di bawah kakinya. Lucio melepaskan sepatunya setelah mendapatkan saran dari Melisa. Dia berjalan-jalan berdua dengan perempuan itu sampai berada di dekat ombak kecil yang sesekali menepi.Tak sadar, kadang Lucio tersenyum karena senang dengan hal yang remeh itu.Melisa yang melihatnya merasa senang dan lega karena Lucio dapat menikm