Khaleed berlari di lorong rumah sakit. Dia berhasil menemukan Melisa yang sedang duduk dengan cemas.“Bagaimana keadaan Lucio?” tanya Khaleed.“Sedanh dioperasi, belum ada kabar dari dokter,” kata Melisa.Khaleed langsung datang ke rumah sakit tempat Lucio dirawat setelah mendapatkan telepon dari Melisa. Dia terkejut dan terpaksa meninggalkan Karina karena mendapatkan kabar buruk dari Melisa.Khaleed ikut gusar. Dia tidak memberitahu Dolores apa yang saat ini sedang terjadi karena dia tak mau nenek Lucio itu sampai harus khawatir dan membuat kondisi tubuhnya drop lagi.“Harusnya aku tidak mengajak Lucio pergi ke pantai,” kata Melisa, dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. “Kalau tadi kami tidak ke sana, pasti Lucio tidak berada di sini.”Khaleed menatap Melisa tak kalah khawatir.“Tak apa apa, Lucio akan baik baik saja.”Khaleed sudah melaporkan masalah ini kepada polisi saat dalam perjalanan menuju ke rumah sakit. Dan saat ini polisi sedang memburu preman yang sudah menusuk Luc
Ketika Delicia, Diego dan Andres sedang melewati jalanan di pinggir pantai menuju ke kota. Mereka melihat sebuah mobil ambulans melaju dari arah berlawanan.Delicia menoleh mobil ambulans itu. Tanpa sadar dia memikirkannya apa yang sudah terjadi pada seseorang yang ada di dalam ambulans itu.Apakah mobil sedang membawa seseorang yang sedang mengalami serangan jantung seperti ayahnya kemarin? Ataukah ada kecelakaan yang membuatnya harus dibawa ke rumah sakit? “Sedang memikirkan apa?” tanya Andres. Dia menoleh sekilas ke arah Delicia.“Tak apa apa,” jawab Delicia.Dia dan Diego sudah sepakat akan tinggal bersama. Diego juga akan bekerja di kota sekaligus menemani kakaknya di apartemen. Karena sangat berbahaya jika Delicia yang sedang hamil berada sendirian di dalam apartemen.Andres pun mundur perlahan, sejak Delicia menolak lamarannya. Perempuan itu jelas tidak ingin menikah dengannya. Jadi tak ada alasan lagi baginya untuk memaksa Delicia menikahinya.“Diego, jika sudah di kota, aku
Lima tahun kemudian …“Jose! Jangan berlarian nanti om dimarahi ibumu kalau kamu sampai jatuh seperti kemarin!” teriak Diego ketika dia sedang mengantar Jose berangkat ke taman kanak-kanak.Jarak antara TK dan apartemen Delicia hanya lima belas menit. Jaidi Diego selalu mengantar keponakannya itu dengan berjalan kaki.Jose pun berhenti, memandang omnya yang masih mengatur napasnya karena sudah mengejar Jose di pagi hari.“Nanti beli es kim ya, Om,” ajak Jose.“Jangan es krim terus, nanti kalau ibu kamu tahu, om dimarahi,” kata Diego sambil menggandeng lengan Jose.Jose mencebikkan bibirnya. “Kalau bulgel?”“Kemarin kan kita sudah makan itu, Jose. Hari ini kita makan nasi saja ya,” bujuknya. “Nasi dan ayam goreng. Kamu kan juga suka ayam, Jos.”Jose hanya mendelik. Dia berjalan dengan rasa kesal di dalam hatinya.Sementara itu Diego memandang keponakannya dengan bahagia. Dia tidak pernah menyangka jika dia dan Delicia mampu merawat Jose hingga menjadi anak kecil seperti ini.Seingat Di
Perasaan Diego jadi tak tenang semenjak guru Jose mengatakan masalah itu padanya. Dia terus merenung di sepanjang perjalanan menuju apartemen.Jose masih kecil untuk memendam perasaan seperti marah, kesal dan juga kecewa itu sendirian.“Harusnya Delicia bilang saja bahwa ayahnya adalah Lucio,” geram Diego.Sudah berkali-kali dia mengatakan pada Delicia, membujuknya agar mengatakan bahwa ayah Jose adalah seorang lelaki yang sangat kaya bahkan terkenal di dunia bisnis properti. Tapi Delicia selalu menolak ide dari Diego dengan alasan jika mereka dapat bahagia tanpa Lucio.Tapi sekarang apa? Jose malah mendapatkan perlakuan seperti itu sendirian.Ketika Delicia hamil pun, tidak sedikit orang yang mencibir Delicia karena memiliki anak tanpa seorang suami. Mereka membuat kabar burung jika Delicia dulunya adalah seorang pelacur.Namun Delicia selalu tenang dan mengatakan bahwa mereka yang mencibirnya tidak memiliki bukti apa-apa.Delicia sedang berjalan ke lobi saat Diego sudah tiba di apar
Diego melirik jam di dinding. Sudah jam sebelas malam dan waktunya Jose pulang sekolah. Dia melepas celemeknya dan keluar dari dapur. Ia berpamitan pada teman yang tak lain adalah partner-nya mengelola usaha restoran burger dengan tempat yang sangat minimalis.“Aku akan pergi menjemput Jose, lalu makan ayam goreng,” katanya.“Jangan lama-lama, biasanya anak sekolah datang jam dua belas untuk makan siang,” sahut temannya.Diego memberikan jempol pada temannya kemudian keluar dari restorannya. Ia menjemput Jose menggunakan sepeda kali ini sebab jarak restoran ke sekolah Jose cukup jauh.Diego mendapatkan dana untuk mendirikan restoran kecil itu tak lain uang dari Delicia. Dia tak mau bekerja di pabrik lagi dan memutuskan untuk membuka usaha.Meski pada awalnya restoran itu sepi, tapi lambat laun burgernya mulai dilirik oleh anak-anak sekolah ketika pulang sekolah atau sekadar beristiharat untuk membeli makan siang mereka.Dua puluh menit di jalanan, Diego sampai di depan sekolah Jose. B
Semua murid di kelas Jose terdiam, ketika ada seorang anak baru datang dan diperkenalkan oleh guru mereka di depan kelas.Jose yang tadinya tidak tahu kenapa tiba-tiba kelasnya menjadi hening. Baru lah dia tertegun ketika melihat anak seumurannya yang masuk dan menebarkan senyum ke seluruh kelas.“Anak-anak, perkenalkan teman baru kalian. Namanya Martin, dan mulai hari ini dia akan belajar bersama dengan kalian. Jadi, ibu harap kalian bisa akur dengan Martin, mengerti?”“Ya, bu guru!” semuanya menyahut dengan serempak.Satu-satunya kursi yang kosong hanya di sebelah Jose. Jadi guru Jose meminta Martin untuk duduk di sebelah Jose.Jose yang sejak semula tidak mau terlalu akrab dengan orang lain, karena lama-lama mereka pasti akan mengejeknya. Jadi dia tidak terlalu menyambut kedatangan Martin.Akan tetapi, Martin yang pertama kali mengulurkan tangan pada Jose setelah meletakkan tas punggungnya.“Namaku Martin, namamu siapa?” tanya Martin.Jose melihat tangan Martin sejenak. Dia memiliki
“Tunggu sebentar!” Delicia berseru sambil berlari, mengejar waktu sementara pintu lift sebentar lagi tertutup.Beruntungnya dia saat itu, seorang lelaki tengah menahan dan membiarkannya untuk masuk.Delicia tak mengamati dengan detail bagaimana wajah lelaki itu, dia langsung masuk kemudian berdiri di sebelahnya.Namun, saat dia melihat bayangan lelaki yang ada di sampingnya melalui dinding lift, tubuh Delicia seketika menegang. Dia menjadi gugup seketika, padahal selama ini dia tidak pernah seperti ini.“Sudah lama kita tidak bertemu,” sapa lelaki itu. “Bagaimana kabarmu?”Delicia memejamkan matanya rapat-rapat kemudian membukanya, melirik Lucio lalu tersenyum dengan terpaksa.“Baik,” jawabnya.“Kamu bekerja di sini sekarang?”“Tidak. Aku hanya ada beberapa pekerjaan di sini sebentar.”Hening beberapa menit. Tak lama kemudian pintu lift terbuka. Delicia keluar, pun dengan Lucio.Delicia yang merasa diikuti oleh Lucio menoleh ke belakang dengan tatapan mata yang sebal. Dia mendengus k
Lucio benar-benar memanfaatkan kesempatan ini untuk melihat apakah Delicia sudah menikah atau belum. Karena terakhir kali dia mendengar bahwa Delicia menikah dengan seorang lelaki.Tetapi setelah memastikan jika di jari manisnya tidak ada cincin, Lucio merasa lega.“Aku ingin minta maaf padamu,” kata Lucio tiba-tiba memecah keheningan di antara mereka berdua.“Aku sudah melupakan semuanya.”Lucio tersenyum miris. “Termasuk melupakanku?”Delicia tidak berkata apa-apa.“Kamu sudah menikah?” tanya Lucio yang membuat Delicia langsung tersedak.Karena panik Lucio berdiri kemudian menepuk-nepuk pelan punggung Delicia.Delicia menepis tangan Lucio ketika lelaki itu hendak menyentuh punggungnya lagi.“Aku sudah tidak apa-apa,” kata Delicia. “Jadi, kamu mengajakku makan siang hanya ingin minta maaf padaku?”Lucio merasa kecewa karena sikap Delicia begitu dingin terhadapnya. Ia langsung duduk dan memandang wajah Delicia yang selama ini dia rindukan.“Aku merindukanmu,” katanya pelan.Delicia ti