Jika bukan cinta, harusnya Lucio bisa langsung melupakan Delicia. Toh, selama ini hubungannya dengan gadis itu hanyalah sebatas kontrak. Tapi, mengapa dia harus sampai begini?Malam ini, dia benar-benar malas untuk pulang ke rumah neneknya. Harusnya dia bisa bahagia karena bisa tinggal dengan istri sekaligus neneknya. Namun, bukan perasaan seperti itu yang dia miliki saat ini.Saat menaiki undakan tangga, dia bisa melihat pintu kamar Rebecca sedikit terbuka. Lucio tidak menganggap bahwa hal itu tidak normal karena biasanya Rebecca melakukan itu hanya untuk mencaritahu apakah dirinya sudah pulang atau belum.Hingga akhirnya Lucio berdiri di depan kamar, dan melihat Rebecca sedang memakai gaun hitam yang jelas transparan. Apa lagi yang akan dilakukan Rebecca kali ini?“Lucio!” seolah tahu bahwa dia sedang dilihat oleh orang lain, Rebecca menoleh dengan bersemangat. Apalagi yang melihatnya adalah Lucio.“Kamu sudah pulang? Aku sudah menunggumu sejak tadi.” Rebecca menarik lengan Lucio ma
Lucio melihat Delicia baru saja keluar dari restoran. Wanita itu sepertinya baru saja pulang dari restoran. Dengan wajah yang benar-benar berantakan dan pikiran yang kalut, Lucio bergerak dan menghampiri Delicia.Delicia terkejut ketika melihat lelaki yang mencegat jalannya. Dia berdiri di depan dengan wajah sepucat mayat.“Lu.. cio?” Delicia sudah lama tidak melihat Lucio, jadi dia sedikit ragu bahwa yang dia lihat saat ini adalah Lucio.“Hmm aku Lucio,” jawab Lucio. Dia menahan rasa sakit di bagian bawah tubuhnya.“Ada apa?” Delicia melihat ke sekitar, malam itu jalanan sudah mulai sepi. Tapi bukan itu yang ingin dia pastikan, dia ingin memastikan bahwa tak ada Rebecca di sekitar situ yang kemudian tiba-tiba akan memukul kepalanya karena sudah bertemu dengan Lucio.“Bisakah ikut denganku sebentar.”“Ke mana?”“Tolong aku,” kata Lucio dengan suara lirih yang menyakitkan.“Tidak, aku tak bisa,” jawab Delicia tanpa ragu, jadi dia langsung meninggalkan Lucio.Lucio tidak berhenti sampai
“Kamu baru dari mana saja? Kenapa tidak pulang?” tanya Rebecca ketika baru saja Lucio membuka pintu rumah neneknya. Padahal, bisa saja dia pulang ke apartemennya untuk sementara waktu, menghindari Rebecca agar wanita gila itu tidak melakukan hal aneh lagi.Tapi, Lucio tidak bisa melakukannya karena pasti neneknya khawatir.“Jika kamu melakukannya sekali lagi, maka aku tidak akan memaafkanmu,” ancam Lucio kemudian masuk ke dalam.Bayangan di mana dia melakukan hal itu dengan Delicia benar-benar membuatnya frustrasi. Dia terlihat bejat di dalam rekaman kamera blackbox-nya. Bahkan dia bisa menyebutnya sebagai pemerkosaan mengingat Delicia meronta dan menolak melakukan hubungan seks dengannya.Lucio semakin merasa bersalah, padalah waktu masih bersama dalam satu apartemen dia tidak pernah ada niatan untuk melakukan hubungan suami istri. Namun, saat dia sudah bersama dengan Rebecca, dia malah melakukan hal kotor tersebut.Mencoba untuk menghubungi Delicia, tapi sayangnya nomor Delicia suda
Delicia masih tidur di dalam kamarnya. Tadi malam dia berhasil masuk tanpa sepengetahuan Andres. Mungkin sebentar lagi dirinya harus memikirkan bagaimana caranya mengatakan pada Andres jika dia ingin pindah ke apartemen kecil lain tanpa menimbulkan kecurigaan Andres.“Delicia, sarapan sudah siap,” kata Andres dari balik pintu.“Aku akan keluar sebentar lagi,” sahut Delicia.Tak lama kemudian Delicia keluar dengan pakaian yang rapi. Wajahnya tidak sekusut tadi malam. Karena dia tidak bisa membiarkan Andres melihatnya kacau balau.“Andres,” kata Delicia membuka pembicaraan.“Ya? Apa tidak enak masakanku?”“Bukan begitu,” kata Delicia.“Lalu?”“Aku… aku ingin pindah ke apartemen, bisa, kan?” tanya Delicia.“Kamu sudah tidak betah di sini ya.”Delicia menggeleng cepat. Dia mengatakan pada Andres jika sudah waktunya dia hidup mandiri dan tidak terus menerus menumpang hidup pada Andres. Lagi pula, dia masih memiliki uang dari Lucio. Dia dapat menggunakannya dan mengembalikannya jika nanti l
“Kamu harus pulang sekarang, Lucio,” kata Khaleed yang kali ini sudah seperti memohon kepada Lucio.Sudah hampir jam satu malam tapi Lucio masih berada di bar. Tidak seperti biasanya Lucio akan bersikap seperti ini. Apalagi datang ke bar untuk mabuk.“Apa adahal yang terjadi yang aku tak tahu?” tanya Khaleed. “Kamu sangat aneh hari ini. Banyak melamun, tidak fokus dan terlalu pendiam,” jelas Khaleed.Lucio masih duduk dengan wanita berpakaian seksi di sampingnya. Sesekali Lucio meminum bir yang dituang oleh si wanita penghibur itu.Dan satu lagi, Lucio tidak pernah mau berhubungan dengan wanita penghibur seperti ini.“Kamu mau pulang denganku?” tanya Lucio pada wanita yang bernama Angela.“Tentu saja, kalau kamu bisa membayarku,” jawabnya.“Kamu mau berapa? Aku bisa membayarmu untuk malam ini!”“Lucio, sudahlah. Aku akan mengantarmu pulang.” Khaleed kali ini mencegah sahabatnya itu untuk melakukan hal yang tidak berguna. Apalagi kalau sampai berita Lucio pulang dengan wanita penrghibu
Hari-hari pun terus berlalu, Lucio semakin berubah sejak itu. Dia mulai tidak pernah pulang ke rumah neneknya sejak insiden itu terjadi. Dan selalu sengaja membuat Rebecca kesal dengan hidup di kelilingi banyak wanita. Tiap harinya dia akan memesan satu wanita untuk menemaninya pulang ke apartemen. Bukan untuk tidur melainkan hanya untuk menemaninya saja.Sampai suatu malam, wanita yang menemaninya mirip dengan wajah Delicia membuat Lucio gelisah dan ingat dengan kejadian bersama dengan Delicia di masa lalu.Dia hanya menatap wanita itu, meski wajahnya mirip dengan Delicia tapi jelas jika dia bukan Delicia. Sifatnya tidak mirip, Delicia versi ini benar-benar terlihat banyak bicara dan sedikit nakal.“Aku sudah dengar dari teman-temanku, katanya kamu hanya ingin kami menemanimu tidur,” kata Maddy pada Lucio.“Ya, begitulah.”“Kenapa? Apakah karena kamu berpikir kami murahan?”“Kalau aku berpikir kalian murahan, mungkin aku tidak akan membayar kalian,” sahut Lucio. Biasanya wanita yang
PLAK!Dolores menampar Lucio sampai membuat Maddy terkejut. Dolores menyipitkan matanya dan menangkap bayangan wanita di belakang itu mirip seperti seorang perempuan yang dia kenal.“Delicia?” tanya Dolores tak percaya.“Bukan,” jawab Lucio.Dolores memandang Lucio dengan tajam kemudian membawanya ke ruang tengah untuk dia sidang.Dolores duduk, memandang Lucio yang sama sekali tidak menunjukkan rasa tidak bersalahnya pada Dolores dan Rebecca.“Jadi, selama kamu tinggal di sini ternyata untuk tidur dengan wanita wanita itu?” “Bisa dibilang begitu,” jawab Lucio.“Apa kamu bilang?” Dolores sampai tak habis pikir.“Aku menikah dengan Rebecca hanya untuk membuat anak yang dikandungnya memiliki ayah. Dan selebihnya itu bukan urusanku, Nek.”Dolores tak dapat berkata-kata setelah mendengar ucapan Lucio.“Nenek tahu, kalau aku tidak pernah mencintai Rebecca. Apalagi niatan untuk menikah dengan wanita itu.”“Tapi kamu menghamilinya!”“Apakah nenek belum tahu cerita jelasnya, kalau aku dijeba
“Jadi, gara-gara wanita yang bernama Maddy itu, tiba-tiba kamu ingin menyelidiki hal itu?” tanya Khaleed.Lucio mengangguk. “Aku harus bisa memastikan bahwa itu adalah anakku atau bukan.”“Tapi, bagaimana jika iya? Apa yang akan kamu lakukan? Bukankah itu sama saja akan membuatmu merasa bersalah selama ini?”Lucio menyeringai. “tidak, aku tidak akan seperti itu.”Tak ada pilihan lain, jadi Khaleed akan menyelidiki di mana rumah sakit di mana Rebecca sering memeriksakan kandungannya.**Khaleed pernah melihat Rebecca memeriksakan kandungannya beberapa bulan yang lalu sebelum dia memberitahu pada Lucio jika dirinya hamil. Dan jika tidak berubah, mungkin Rebecca masih pergi ke sana untuk memeriksakan kandungannya.Baru saja Khaleed hendak masuk ke rumah sakit. Matanya mendapati bayangan Rebecca bersama dengan perempuan hamil lainnya. Perempuan hamil itu terlihat marah saat Rebecca berbicara sesuatu padanya. Khaleed tidak dapat mendengarnya, tapi yang jelas hubungan antara dan wanita itu