Delicia masih tidur di dalam kamarnya. Tadi malam dia berhasil masuk tanpa sepengetahuan Andres. Mungkin sebentar lagi dirinya harus memikirkan bagaimana caranya mengatakan pada Andres jika dia ingin pindah ke apartemen kecil lain tanpa menimbulkan kecurigaan Andres.“Delicia, sarapan sudah siap,” kata Andres dari balik pintu.“Aku akan keluar sebentar lagi,” sahut Delicia.Tak lama kemudian Delicia keluar dengan pakaian yang rapi. Wajahnya tidak sekusut tadi malam. Karena dia tidak bisa membiarkan Andres melihatnya kacau balau.“Andres,” kata Delicia membuka pembicaraan.“Ya? Apa tidak enak masakanku?”“Bukan begitu,” kata Delicia.“Lalu?”“Aku… aku ingin pindah ke apartemen, bisa, kan?” tanya Delicia.“Kamu sudah tidak betah di sini ya.”Delicia menggeleng cepat. Dia mengatakan pada Andres jika sudah waktunya dia hidup mandiri dan tidak terus menerus menumpang hidup pada Andres. Lagi pula, dia masih memiliki uang dari Lucio. Dia dapat menggunakannya dan mengembalikannya jika nanti l
“Kamu harus pulang sekarang, Lucio,” kata Khaleed yang kali ini sudah seperti memohon kepada Lucio.Sudah hampir jam satu malam tapi Lucio masih berada di bar. Tidak seperti biasanya Lucio akan bersikap seperti ini. Apalagi datang ke bar untuk mabuk.“Apa adahal yang terjadi yang aku tak tahu?” tanya Khaleed. “Kamu sangat aneh hari ini. Banyak melamun, tidak fokus dan terlalu pendiam,” jelas Khaleed.Lucio masih duduk dengan wanita berpakaian seksi di sampingnya. Sesekali Lucio meminum bir yang dituang oleh si wanita penghibur itu.Dan satu lagi, Lucio tidak pernah mau berhubungan dengan wanita penghibur seperti ini.“Kamu mau pulang denganku?” tanya Lucio pada wanita yang bernama Angela.“Tentu saja, kalau kamu bisa membayarku,” jawabnya.“Kamu mau berapa? Aku bisa membayarmu untuk malam ini!”“Lucio, sudahlah. Aku akan mengantarmu pulang.” Khaleed kali ini mencegah sahabatnya itu untuk melakukan hal yang tidak berguna. Apalagi kalau sampai berita Lucio pulang dengan wanita penrghibu
Hari-hari pun terus berlalu, Lucio semakin berubah sejak itu. Dia mulai tidak pernah pulang ke rumah neneknya sejak insiden itu terjadi. Dan selalu sengaja membuat Rebecca kesal dengan hidup di kelilingi banyak wanita. Tiap harinya dia akan memesan satu wanita untuk menemaninya pulang ke apartemen. Bukan untuk tidur melainkan hanya untuk menemaninya saja.Sampai suatu malam, wanita yang menemaninya mirip dengan wajah Delicia membuat Lucio gelisah dan ingat dengan kejadian bersama dengan Delicia di masa lalu.Dia hanya menatap wanita itu, meski wajahnya mirip dengan Delicia tapi jelas jika dia bukan Delicia. Sifatnya tidak mirip, Delicia versi ini benar-benar terlihat banyak bicara dan sedikit nakal.“Aku sudah dengar dari teman-temanku, katanya kamu hanya ingin kami menemanimu tidur,” kata Maddy pada Lucio.“Ya, begitulah.”“Kenapa? Apakah karena kamu berpikir kami murahan?”“Kalau aku berpikir kalian murahan, mungkin aku tidak akan membayar kalian,” sahut Lucio. Biasanya wanita yang
PLAK!Dolores menampar Lucio sampai membuat Maddy terkejut. Dolores menyipitkan matanya dan menangkap bayangan wanita di belakang itu mirip seperti seorang perempuan yang dia kenal.“Delicia?” tanya Dolores tak percaya.“Bukan,” jawab Lucio.Dolores memandang Lucio dengan tajam kemudian membawanya ke ruang tengah untuk dia sidang.Dolores duduk, memandang Lucio yang sama sekali tidak menunjukkan rasa tidak bersalahnya pada Dolores dan Rebecca.“Jadi, selama kamu tinggal di sini ternyata untuk tidur dengan wanita wanita itu?” “Bisa dibilang begitu,” jawab Lucio.“Apa kamu bilang?” Dolores sampai tak habis pikir.“Aku menikah dengan Rebecca hanya untuk membuat anak yang dikandungnya memiliki ayah. Dan selebihnya itu bukan urusanku, Nek.”Dolores tak dapat berkata-kata setelah mendengar ucapan Lucio.“Nenek tahu, kalau aku tidak pernah mencintai Rebecca. Apalagi niatan untuk menikah dengan wanita itu.”“Tapi kamu menghamilinya!”“Apakah nenek belum tahu cerita jelasnya, kalau aku dijeba
“Jadi, gara-gara wanita yang bernama Maddy itu, tiba-tiba kamu ingin menyelidiki hal itu?” tanya Khaleed.Lucio mengangguk. “Aku harus bisa memastikan bahwa itu adalah anakku atau bukan.”“Tapi, bagaimana jika iya? Apa yang akan kamu lakukan? Bukankah itu sama saja akan membuatmu merasa bersalah selama ini?”Lucio menyeringai. “tidak, aku tidak akan seperti itu.”Tak ada pilihan lain, jadi Khaleed akan menyelidiki di mana rumah sakit di mana Rebecca sering memeriksakan kandungannya.**Khaleed pernah melihat Rebecca memeriksakan kandungannya beberapa bulan yang lalu sebelum dia memberitahu pada Lucio jika dirinya hamil. Dan jika tidak berubah, mungkin Rebecca masih pergi ke sana untuk memeriksakan kandungannya.Baru saja Khaleed hendak masuk ke rumah sakit. Matanya mendapati bayangan Rebecca bersama dengan perempuan hamil lainnya. Perempuan hamil itu terlihat marah saat Rebecca berbicara sesuatu padanya. Khaleed tidak dapat mendengarnya, tapi yang jelas hubungan antara dan wanita itu
“Jadi… Rebecca berbohong, kan?” tanya Khaleed kesal. Dia sudah seperti orang yang dikhianati oleh Rebecca.Lucio mengenggam tangannya sendiri dengan gusar. Dia memikirkan sesuatu hal yang mungkin saja menjadi rentetan kebohongan Rebecca. Dan bisa jadi, Rebecca tidak hamil atau mungkin dia hamil tapi dengan lelaki lain.“Lalu harus bagaimana?” tanya Khaleed. “Kamu sebaiknya jangan terlalu curiga dengan Rebecca, karena dia pasti akan memikirkan jalan lain setelah tahu kalau kamu curiga padanya.”“Pelan-pelan saja. Jika dia sedang berpura-pura hamil. Pasti kebohongannya tak akan sampai dia melahirkan. Semuanya akan terungkap cepat atau lambat.”Khaleed diam saja mendengar Lucio bicara.“Bagaimana kalau kamu selidiki saja perempuan yang bersama dengan Rebecca saat berada di rumah sakit tadi? Barangkali dia memegang rahasia Rebecca.”“Di mana aku harus mencarinya? Tadi sebuah kebetulan aku bisa bertemu dengannya di rumah sakit dan bersama dengan Rebecca.”Lucio kembali tersenyum sinis. “Kam
Seorang wanita yang benar-benar telanjang berada di atas tubuh seorang lelaki yang sama telanjangnya. Mereka naik turun dengan napas yang terengah-engah.“Kamu yakin bisa mendekatinya lagi?” tanya lelaki yang ada di bawahnya. Kedua tangannya memegang pinggul si wanita dengan erat.“Ten.. tu sajah!”“Tapi, bagaimana kalau dia tiba-tiba datang ke sini dan melihat kita begini?”Wanita itu tersenyum. “Dia adalah lelaki yang sibuk, tak akan datang ke sini jika tidak benar-benar penting,” katanya lagi kemudian mengejang hebat dan terjatuh di atas lelaki itu.“Karina, kamu tidak mendengar sesuatu di luar sana?” tanya Arthur, mempertajam pendengarannya. Sudara mobil memang baru saja berhenti di dekat rumahnya.“Bukan dia, dia tak mungkin datang selarut ini.”Kemudian terdengar suara langkah kaki mendekat dan suara bel yang ditekan beberapa kali.“Khaleed!” Karina langsung duduk tegap, dia melihat ke arah pintu. Dengan buru-buru dia langsung menyambar pakaiannya dan meminta Arthur pergi lewat j
Khaleed terbangun saat jam menunjukkan pukul dua pagi. Dia baru tidur beberapa jam tapi mendengar suara jendela yang dibuka dari arah kamar Karina.Mengira jika ada maling yang mencoba masuk ke dalam kamar Karina. Akhirnya Khaleed keluar rumah dan melihat apa yang sedang terjadi dari sana.Namun, ketika dia berada di sana. Dia melihat lelaki tengah memanjat pagar kemudian melarikan diri. Karena khawatir, Khaleed berlari ke arah jendela kamar Karina. Tak disangka, Karina sedang berdiri dan terkejut melihat Khaleed ada di hadapannya.“Kamu tak apa-apa?” tanya Khaleed cemas.Karina mengangguk. Keringat dingin mengalir dari punggung dan wajahnya. Dia memandang Khaleed dengan cemas.“Tadi itu… pencuri, kan?” tanya Khaleed memastikan.“Aku.. aku tidak tahu. Dia pergi ketika aku berdiri di sini.” Padahal yang sebenarnya terjadi adalah Karina sedang memberikan dompet Arthur yang tertinggal di kamarnya.Dia mengutuk dalam hati, mengapa Arthur harus seceroboh itu dan mengapa Khaleed harus bangun