“Jadi… Rebecca berbohong, kan?” tanya Khaleed kesal. Dia sudah seperti orang yang dikhianati oleh Rebecca.Lucio mengenggam tangannya sendiri dengan gusar. Dia memikirkan sesuatu hal yang mungkin saja menjadi rentetan kebohongan Rebecca. Dan bisa jadi, Rebecca tidak hamil atau mungkin dia hamil tapi dengan lelaki lain.“Lalu harus bagaimana?” tanya Khaleed. “Kamu sebaiknya jangan terlalu curiga dengan Rebecca, karena dia pasti akan memikirkan jalan lain setelah tahu kalau kamu curiga padanya.”“Pelan-pelan saja. Jika dia sedang berpura-pura hamil. Pasti kebohongannya tak akan sampai dia melahirkan. Semuanya akan terungkap cepat atau lambat.”Khaleed diam saja mendengar Lucio bicara.“Bagaimana kalau kamu selidiki saja perempuan yang bersama dengan Rebecca saat berada di rumah sakit tadi? Barangkali dia memegang rahasia Rebecca.”“Di mana aku harus mencarinya? Tadi sebuah kebetulan aku bisa bertemu dengannya di rumah sakit dan bersama dengan Rebecca.”Lucio kembali tersenyum sinis. “Kam
Seorang wanita yang benar-benar telanjang berada di atas tubuh seorang lelaki yang sama telanjangnya. Mereka naik turun dengan napas yang terengah-engah.“Kamu yakin bisa mendekatinya lagi?” tanya lelaki yang ada di bawahnya. Kedua tangannya memegang pinggul si wanita dengan erat.“Ten.. tu sajah!”“Tapi, bagaimana kalau dia tiba-tiba datang ke sini dan melihat kita begini?”Wanita itu tersenyum. “Dia adalah lelaki yang sibuk, tak akan datang ke sini jika tidak benar-benar penting,” katanya lagi kemudian mengejang hebat dan terjatuh di atas lelaki itu.“Karina, kamu tidak mendengar sesuatu di luar sana?” tanya Arthur, mempertajam pendengarannya. Sudara mobil memang baru saja berhenti di dekat rumahnya.“Bukan dia, dia tak mungkin datang selarut ini.”Kemudian terdengar suara langkah kaki mendekat dan suara bel yang ditekan beberapa kali.“Khaleed!” Karina langsung duduk tegap, dia melihat ke arah pintu. Dengan buru-buru dia langsung menyambar pakaiannya dan meminta Arthur pergi lewat j
Khaleed terbangun saat jam menunjukkan pukul dua pagi. Dia baru tidur beberapa jam tapi mendengar suara jendela yang dibuka dari arah kamar Karina.Mengira jika ada maling yang mencoba masuk ke dalam kamar Karina. Akhirnya Khaleed keluar rumah dan melihat apa yang sedang terjadi dari sana.Namun, ketika dia berada di sana. Dia melihat lelaki tengah memanjat pagar kemudian melarikan diri. Karena khawatir, Khaleed berlari ke arah jendela kamar Karina. Tak disangka, Karina sedang berdiri dan terkejut melihat Khaleed ada di hadapannya.“Kamu tak apa-apa?” tanya Khaleed cemas.Karina mengangguk. Keringat dingin mengalir dari punggung dan wajahnya. Dia memandang Khaleed dengan cemas.“Tadi itu… pencuri, kan?” tanya Khaleed memastikan.“Aku.. aku tidak tahu. Dia pergi ketika aku berdiri di sini.” Padahal yang sebenarnya terjadi adalah Karina sedang memberikan dompet Arthur yang tertinggal di kamarnya.Dia mengutuk dalam hati, mengapa Arthur harus seceroboh itu dan mengapa Khaleed harus bangun
Siang itu Lucio tiba-tiba saja ditelepon oleh neneknya. Dolores bilang jika Rebecca baru saja terjatuh dari tangga dan kini sekarang dia dilarikan ke rumah sakit.Dolores meminta Lucio untuk pergi menemani Rebecca karena saat ini dirinya sedang tidak ada di rumah dan pergi dengan teman-temannya liburan ke luar kota.Mau tak mau Lucio pergi ke rumah sakit. Meski dia merasa ada yang aneh dengan Rebecca. Karena belum ada satu hari dia bilang ingin mengantarnya ke rumah sakit. Tapi, wanita itu tiba-tiba saja sudah berada di rumah sakit karena terjatuh.Dolores juga mengatakan bahwa Rebecca keguguran. Membuat Lucio makin curiga pada Rebecca.“Hibur Rebecca, karena dia baru saja kehilangan anak,” kata Dolores ketika di telepon lagi.“Baiklah.” Lucio hanya berkata begitu agar Dolores tidak menceramahinya.Lucio bergegas ke rumah sakit, ingin menemui Rebecca yang katanya dibawa ke sana satu jam yang lalu.Namun, ketika Lucio berada di sana. Perawat yang di sana tidak mendengar jika ada pasien
Dolores menutup teleponnya, dia melirik ke sebelahnya dan memandang Rebecca yang sedang terbaring di atas ranjang.Dolores memang sengaja mengatakan pada Lucio jika dia akan pulang besok, padahal nyatanya dia sudah ada di kamar Rebecca untuk menemani istri cucunya itu di rumah sakit.“Pasti wanita itu sudah membuat Lucio seperti ini,” kata Rebecca dengan tampang yang menyedihkan.“Padahal aku juga tidak mau keguguran, tapi mengapa Lucio harus bersikap dingin padaku?”Dolores mengusap punggung tangan Rebecca, “dia pasti sedang banyak pikiran, Rebecca. Jika memang karena Delicia, sepertinya kamu tidak perlu khawatir, karena orangku sudah kuminta membuntuti Delicia. Dan wanita itu sudah pergi dari kota ini seminggu yang lalu.”Diam-diam Rebecca merasa lega dan juga senang, karena salah satu hambatannya sudah pergi dari sisi Lucio. Kini tinggal dia memikat simpati Lucio agar lelaki itu mau mencintainya seperti dulu lagi.**Andres mendatangi apartemen Delicia setelah mendapatkana liburan a
Satu bulan kemudian …Delicia merasakan tak enak badan sejak kemarin. Dia merasa pusing dan perut yang mual. Dia sudah membeli obat di apotek tanpa resep dokter untuk mengatasi mual-mualnya tersebut. Namun, obat tersebut sama sekali tidak dapat mengurangi rasa mualnya.“Ya, Andres?” sapa Delicia ketika dia baru saja keluar dari kamar mandi. Dia sudah keluar masuk dari sana sejak tadi pagi karena ingin muntah.“Kamu masih ada di apartemen?” tanya Andres.“Iya, aku …” Delicia masuk ke dalam kamar mandi lagi, kemudian muntah.Andres di ujung telepon dapat mendengar jika Delicia baru saja memuntahkan sesuatu dari mulutnya. Dan membuatnya khawatir.“Kamu sakit?” tanya Andres.“Tidak, sepertinya hanya tidak enak badan.” jawabnya.“Sudah ke dokter?”“Belum, sepertinya tidak perlu.”“Kamu harus ke sana, kalau kamu sakit kamu harus segera pergi berobat karena kamu di sana sendirian.”“Nanti… nanti aku akan ke dokter,” kata Delicia yang jelas hanya untuk menenangkan hati Andres saja.Karena Andr
“Apa katamu?” Lucio dan Rebecca seketika menoleh. Di belakang mereka sudah ada Dolores yang entah kapan sudah berada di sana, berdiri dan terkejut mendengar pernyataan Lucio tadi.Lucio langsung menghampiri neneknya, memastikan jika tidak terjadi apa-apa pada neneknya.“Apakah itu benar, Lucio?” tanya Dolores.Rebecca sudah memucat wajahnya. Kalau sampai Dolores tidak mendukungnya lagi, maka tamatlah riwayatnya kali ini.“Ya, itu benar.”“Jadi, alasan itu lah yang membuatmu tak mau menikah dengan Rebecca?” tanya Dolores.Lucio mengangguk.Dolores terduduk, tidak kuat menahan bobot tubuhnya sendiri. Dia merasa dibodohi dan dipermainkan oleh Rebecca selama ini.Dengan sisa tenaganya, Dolores berdiri dibantu oleh Lucio. Menghampiri Rebecca kemudian menampar wajah wanita itu sampai berbunyi dengan keras.“Berani-beraninya kamu menipu aku dan Lucio,” geramnya.“Cerakkan dia Lucio, jika dia tidak mau. Maka aku akan mengambil langkah hukum.”Rebecca semakin tak berdaya. Kenyataan bahwa Dolor
Kalau bukan karena si pemagang itu tidak dari universitas yang ternama dan terkenal, Delicia pasti sudah melawannya. Hanya saja, dia belum berani melakukan hal itu karena hanya akan menimbulkan masalah.Jadi, saat di pemagang itu menarik lengannya untuk berjalan ke arah berlawanan di mana Lucio sedang berjalan. Delicia menurut saja, tapi dia menutupi wajahnya dengan kain lap yang masih di tangannya.Delicia sedikit melirik ke arah lelaki yang sedang sibuk berbicara dengan Khaleed. Dia memandangnya sampai lelaki itu masuk ke ruang rapat.Delicia berhenti. Dia menatap pintu yang sudah ditutup itu. Rasanya sangat aneh saat bertemu dengan Lucio di situasi yang seperti ini.Kalau saja tadi Lucio melihatnya apakah semua jadi sedikit berbeda?Tidak, Delicia tidak akan mengharapkan hal hal aneh yang hanya akan menyakiti dirinya sendiri.Lucio sudah menikah dan dia tak mau merebut suami orang. Apalagi mengaku hamil meski anak yang ada di dalam kandungannya adalah anak Lucio.“Kamu aneh, kalau s