Kalau bukan karena si pemagang itu tidak dari universitas yang ternama dan terkenal, Delicia pasti sudah melawannya. Hanya saja, dia belum berani melakukan hal itu karena hanya akan menimbulkan masalah.Jadi, saat di pemagang itu menarik lengannya untuk berjalan ke arah berlawanan di mana Lucio sedang berjalan. Delicia menurut saja, tapi dia menutupi wajahnya dengan kain lap yang masih di tangannya.Delicia sedikit melirik ke arah lelaki yang sedang sibuk berbicara dengan Khaleed. Dia memandangnya sampai lelaki itu masuk ke ruang rapat.Delicia berhenti. Dia menatap pintu yang sudah ditutup itu. Rasanya sangat aneh saat bertemu dengan Lucio di situasi yang seperti ini.Kalau saja tadi Lucio melihatnya apakah semua jadi sedikit berbeda?Tidak, Delicia tidak akan mengharapkan hal hal aneh yang hanya akan menyakiti dirinya sendiri.Lucio sudah menikah dan dia tak mau merebut suami orang. Apalagi mengaku hamil meski anak yang ada di dalam kandungannya adalah anak Lucio.“Kamu aneh, kalau s
Begitu mendengar neneknya masuk rumah sakit, Lucio langsung pergi dari perusahaan itu demi melihat kondisi Dolores. Setelah kejadian Rebecca kemarin, kesehatan neneknya baik-baik saja. Dia memang terkejut tapi tidak memengaruhi kesehatannya. Namun sudah hampir satu bulan berlalu dan kini tiba-tiba neneknya dikabarkan masuk rumah sakit.Khaleed yang sedang berada di depan mengendarai mobil sesekali melihat ke belakang melalui kaca spion. Melihat kekhawatiran yang terpancar dari Lucio membuatnya juga ikut cemas.Apalagi dugaan Lucio jika Delicia bekerja di sana pun rupanya terbukti.Tadi, setelah Lucio pergi, Khaleed diam-diam mengikuti lelaki itu. Tetapi tak disangka dia berpapasan dengan Delicia. Mereka berdua saling mematung sebentar karena terkejut. Basa-basi menanyakan kabar kemudian berlalu begitu saja.Hanya saja, Khaleed kini bingung, haruskah dia mengatakan pada Lucio bahwa Delicia berada di sana? Atau diam saja, karena Lucio benar-benar harus melupakan wanita itu.“Nenek Anda
Khaleed sudah menguap beberapa kali. Dia sangat mengantuk, tapi rasa kantuknya itu menguap begitu saja saat Lucio mengatakan dan memintanya untuk mencarikan ibu pengganti untuknya.“Kamu sudah gila?” Dengan tangan bersedekap Khaleed memandang Lucio dengan kacamata beningnya. “Kenapa harus ibu pengganti? Nenekmu kan memintamu untuk menikah bukan memiliki cucu dengan cara seperti itu.”Menghela napasnya, Lucio duduk dan memandang Khaleed dengan sinis. “Menikah lagi? Dengan wanita siapa kali ini?” Khaleed tak dapat menjawab. “Dia.. dia.. sudah berkencan dengan lelaki yang katanya sahabatnya itu.”“Dari mana kamu tau?”Hening. Khaleed menoleh karena tak segera mendapatkan jawaban.“Jangan bilang kamu baru saja menemui dia di tempatnya.”Hening lagi. Lucio berdiri dengan gusar, dia menyugar rambutnya frustrasi.“Ya, mau bagaimana lagi. Aku ingin menemuinya karena aku ingin bertemu dengannya.”Khaleed menatap Lucio tak percaya.“Malam-malam sekali? Padahal aku sudah bilang untuk menemuinya
Banyak hal yang dipikirkan Delicia setelah dia memutuskan untuk melahirkan anak dari benih Lucio itu. Dia memikirkan bagaimana caranya agar tidak ketahuan oleh teman-teman satu kantornya bahwa dia sedang hamil--setidaknya sampai dia mendapatkan cukup uang.Meski uang yang dia dapatkan Lucio masih cukup banyak saat ini. Namun dia tidak ingin hanya mengandalkan hanya dari uang itu saja. Mengingat beberapa waktu yang lalu, selalu saja ada hal-hal yang mendesak yang memaksanya harus mengeluarkan uang.Dia tak mau kalau sampai dia dan anaknya nanti tinggal di motel yang seram atau bertemu dengan lelaki yang ingin menjalin kontrak cinta dengannya meski itu tidak mungkin. “Uang untuk apartemen satu tahun ini cukup, lalu untuk tahun depan juga bisa kututupi dari uang Lucio. Untuk biaya melahirkan, aku bisa menggunakan uang tabunganku selama bekerja. Aku akan menghematnya.“Setelah melahirkan, aku akan mulai bekerja dan menitipkan anakku di penitipan anak saat kerja. Sepertinya itu lebih baik
“Anda tidak harus melakukan hal ini,” kata Khaleed untuk meyakinkan sahabatnya itu ketika mereka sudah keluar dari kantor. Ini sudah kali ketiga Khaleed meyakinkan Lucio untuk tidak menggunakan ibu pengganti.“Keputusanku sudah final, kamu tidak bisa mengubahnya, Khaleed. Kali ini aku berkata kepadamu sebagai atasanmu bukan sebagai sahabatmu.”Begitu dibilang seperti itu, Khaleed pun tidak berani untuk protes. Lucio yang nekad melakukan ini pasti sudah memikirkan dampaknya ke belakang.“Baiklah kalau begitu,” kata Khaleed.Namun, entah mengapa Khaleed merasa ada yang tidak beres dengan keputusan Lucio saat ini. Dia merasa kalau hal ini akan menimbulkan masalah ke depannya. Tetapi Khaleed tidak tahu apakah itu.**Lucio menemui Dolores di rumahnya. Dia mengatakan pada neneknya mengenai niatanya untuk mencari ibu pengganti agar mau mengandung anaknya.Dolores awalnya terlihat kecewa. Namun dia sendiri tidak bisa protes pada Lucio setelah dia sudah menghancurkan hubungannya dengan Delicia
Tiga minggu kemudian… Sudah waktunya bagi Delicia untuk memeriksakan kandungannya. Dia ke dokter kandungan tanpa ditemani temannya apalagi Andres yang belum mengetahui keadaannya.Delicia melihat perutnya yang masih belum terlihat bahwa dia sudah hamil tujuh minggu. Dia pernah membaca sebuah cerita, jika bayi yang tidak diinginkan biasanya tidak akan terlihat karena ibunya masih belum mengakui keberadaannya.Dan hal itu terjadi pada Delicia. Dia belum mau jika orang-orang tahu bahwa dia hamil. Karena dia masih harus mencari uang agar mencukupi saat dirinya nanti tidak bekerja.Semua yang sudah dia rencanakan sudah dia catat. Dia akan melakukan semuanya meski terkadang hal-hal seperti itu tidak sesuai dengan rencanannya.Saat Delicia sudah berjalan di koridor rumah sakit menuju ruang dokter kandungan. Langkahnya tiba-tiba berhenti ketika melihat sebuah bayangan yang dia lihat beberapa minggu yang lalu.“Lucio,” gumam Delicia.Dia tidak salah lihat, sebab ada Khaleed yang terus bersama
Andres akhirnya mau menuruti apa yang diminta oleh Delicia agar tidak memberitahukan keadaannya saat ini pada Lucio. Kendati dia sudah tahu bahwa Lucio telah bercerai dengan Rebecca tapi hal itu tak lantas membuatnya ingin mengatakan bahwa dia sedang hamil anaknya.Karena Delicia benar benar ingin lepas dari lelaki yang menurutnya hanya ingin bermain-main dengan dirinya saja.Mengapa Lucio dengan begitu mudah bersama wanita lain? Dan pergi ke dokter kandungan seperti tadi? Delicia benar benar tak habis pikir.Kata cinta dan semua yang pernah dilakukan Lucio terhadapnya bagi Delicia hanyalah sebuah trik agar dia jatuh cinta pada Lucio. Sayangnya Lucio berhasil membuat Delicia jatuh cinta padanya. Dan mendapatkan keadaan yang rumit seperti ini.“Aku akan pulang kalau begitu, kalau kamu membutuhkan bantuan, kamu bisa hubungi aku,” kata Andres, matanya melirik ke arah perut Delicia.“Baiklah.”Delicia yakin jika Andres masih belum terima kalau dia akan merawat anak itu sendirian.**Lucio
“Wanita yang tadi yang kamu maksud kekasih Lucio yang baru?” tanya Andres, matanya juga masih memandang ke arah Lucio dan perempuan tadi.kini mereka berdua sudah menghilang, tapi perasaan sesak di dalam dada Delicia belum juga menghilang.“Kalau saja aku menyadarinya sejak tadi, aku pasti sudah memukulnya,” geram Andres.“Untuk apa? Lagi pula itu adalah hak dia, aku dan dia sudah tak ada hubungan apa apa lagi.”Delicia pura pura fokus dengan buku menu. Padahal pikirannya masih melayang pada Lucio dan perempuan tadi.Jika perempuan tadi hamil, jadi kapan mereka mulai berhubungan lagi? Yang jelas pasti Lucio melakukannya setelah dia bercerai dengan Rebecca.Apakah Lucio sebegitu kesepiannya sampai dia begitu cepat mendapatkan pengganti Rebecca?Tanpa sadar tangan Delicia terkepal. Dengan lembut Andres mengenggam tangan Delicia.“Harusnya kamu katakan yang sebenarnya pada dia, aku ingin tahu apa yang akan dia lakukan.”Delicia hanya tersenyum.“Tidak, aku tak akan mengatakan padanya.”
Lordes mendengar pertengkaran antara ayah dan ibunya. Dan secara tidak langsung dia tahu bagaimana sifatnya selama ini yang memang kurang baik.Setengah jam berlalu, ibu Lordes membawa makanan bersama dengan pelayan di belakangnya.Ada banyak makanan yang terhidang hingga membuat Lordes bingung.“Kamu sebelumnya tidak mau makan selama lima hari, makanya ibu khawatir,” kata ibu Lordes.“Kenapa? Kenapa aku tidak mau makan?”Ibunya diam saja.“Sudahlah, itu sudah berlalu, yang penting kamu mau makan sekarang,” kata ibu Lordes.Lordes pun menelan makanannya pelan pelan, setiap sendok makanan yang masuk ke dalam mulutnya membuat ibu Lordes merasa tenang dan lega.“Ibu tidak makan?”“Tidak, melihatmu makan sudah membuat ibu kenyang.”Lordes tersenyum.“Bu, kenapa aku asing berada di kamar ini?” tanya Lordes.“Itu karena kamu kehilangan ingatan kamu, Lordes. Tapi kata dokter ingatan itu akan kembali, karena bukan amnesia permanen.”“Begitu?”“Setidaknya, kamu bisa melupakan hal yang menyakit
“Bagaimana dengan urusanmu? Sudah selesai?” tanya Lucio ketika melihat Khaleed menyusulnya ke kantin di kantor.“Sebentar lagi akan selesai,” desahnya kemudian duduk.“Kenapa wajahmu murung?”Khaleed menggeleng.“Harusnya yang murung sekarang bukan kamu tapi aku,” keluh Lucio.“Kenapa? Masalah Delicia bukankah sudah selesai? Dia sudah pulang dan kesehatannya semakin membaik.”“Bukan seperti itu.”Lucio kemudian menceritakan semuanya kepada Khaleed, bahwa sejak kecelakaan Delicia menjadi sedikit berbeda. Delicia seperti jauh dari anaknya tapi perasaan untuk dirinya sama saja.“Bukannya kamu bilang kalau dia mengalami hilang ingatan sebagian? Mungkin karena itu, kan?”“Tapi, kenapa sifatnya bisa berubah? Aku sempat memergokinya berteriak pada Jose. Apakah Delicia seperti itu sebelum menikah denganku? Aku bertanya pada Jose, dan Delicia tidak pernah membentaknya meskipun sangat marah.”“Apakah karena efek kecelakaan?” tanya Khaleed.“Aku tidak tahu, aku bingung,” jawab Lucio yang dia sen
Sudah bermenit menit yang lalu, Nina hanya diam saja. Dia duduk di kursi sofa dengan tubuh menghadap ke arah jendela.Khaleed sudah memesan pizza, tapi sampai pizza itu dingin, Nina tak mau menyentuhnya sama sekali.“Aku sudah menghubungi ibumu, dan mengatakan untuk sementara kamu ada di sini,” kata Khaleed.Nina hanya mengangguk.“Kamu kenapa?”Khaleed duduk di sebelah Nina, tapi yang dia lihat hanyalah punggung Nina yang menyedihkan.Belum ada satu hari, Nina sudah berubah menjadi murung begitu.“Besok pagi, aku akan temani kamu ke kantor polisi,” kata Khaleed.“Pekerjaanmu bagaimana?”“Aku akan datang sedikit terlambat, aku sudah izin pada bosku.”Nina kemudian diam.“Kalau kamu diam, aku tidak tahu harus berkata apa lagi padamu. Aku tidak pandai menghibur, katakan padaku. Aku harus bagaimana?”“Terima kasih,” kata Nina pelan.Mata Khaleed melebar.“Karena sudah mau menolongku dan berkorban untuk gadis hina sepertiku.” Nina menenggelamkan wajahnya di antara kedua kakinya. “Aku malu
Khaleed berlari menuju rumah Nina, tahu bahwa pasti akan ada hal yang buruk akan terjadi.Dengan napas yang tersengal, Khaleed terus berlari agar tidak terlambat untuk menyelamatkan Nina.**Nina mendengar suara bel pintu berbunyi berkali-kali. Ia pikir Khaleed kembali karena ketinggalan barangnya.Akan tetapi, ketika Nina membuka pintu. Dia melihat suaminya sudah berada di depan pintu dengan senyum menyeringai.Nina mencoba untuk menutup pintu, tapi tenaganya tidak lebih besar daripada suaminya.“Biarkan aku masuk!” ujarnya dengan geram. “Kamu sudah membuatku menjadi bulan bulanan oleh rentenir!”Suami Nina masuk kemudian mendorong gadis itu sampai terjatuh di atas sofa.“Harusnya kamu menurutiku! Tak ada yang salah karena kamu membantu suamimu!”Suami Nina menamparnya membuat gadis itu takut gemetaran. Bayangan bayangan buruk itu telah terhempas sejak dia bersama dengan Khaleed. Sejak dia mengenal lelaki itu, dia merasa bahwa dirinya berharga.Namun, kini… saat dia bersama dengan su
Lima hari berlalu, Delicia yang tak lain adalah Lordes akhirnya bisa pulang ke rumah Lucio yang selama ini begitu dia inginkan.Pagi pagi sekali Lucio sudah menjemput istrinya dari rumah sakit.“Akhirnya aku bisa pulang,” kata Lordes dengan senang.“Pasti sangat membosankan di sini, kan?”Lordes mengangguk.“Oh ya, Lordes… dia sudah siuman. Tapi dia belum bisa banyak bergerak.”Bibir Lordes tiba tiba berkedut. Ia pikir Delicia akan koma untuk waktu yang lama agar dia bisa menikmati waktunya bersama dengan Lucio. Jika Delicia sadar, bagaimana jika wanita itu mengaku sebagai Delicia?Lucio yang melihat istrinya berhenti menoleh ke belakang.“Ada apa?”Lordes dengan tangan gemetar mencoba meraih tangan Lucio.“Aku tahu, kamu pasti takut dengan Lordes. Dia sangat nekat,” kata Lucio menambahkan.“Ya… ya.. aku sangat takut setelah tahu penyebab kecelakaanku adalah dia.”“Tak apa apa, ada aku di sini,” kata Lucio menenangkan.Ketika mereka melewati koridor. Tanpa sengaja melihat ibunya dari
Saat ini Lucio sedang berada di atas ranjang rumah sakit bersama dengan Delicia di mana jiwanya adalah milik Lordes. Lordes meminta Lucio agar menemaninya sampai dia pulang dari rumah sakit.“Bagaimana dengan anak anak tadi? Apakah mereka kecewa padaku?” tanya Lordes.“Tidak, mereka mengerti keadaanmu. Mereka mungkin masih kecil, tapi sifat mereka sudah dewasa,” jelas Lucio. “Jangan khawatir.” Lucio mengusap kepala Lordes dengan lembut.“Setelah keluar dari rumah sakit. Aku ingin kita berbulan madu,” ajak Lordes.Lucio diam.“Apa ada yang salah?”Lucio menggeleng. “Kamu kemarin menolak ajakanku berbulan madu karena ingin bersama dengan anak anak.”“Benarkah?”“Tapi kalau kamu ingin kita berbulan madu tak masalah.”“Aku ingin menghabiskan waktu berdua denganmu.”Lucio tersenyum.“Aku akan mengaturnya nanti.”Lordes tidur memeluk Lucio. Dia merasa sangat bahagia karena setidaknya dia bersama dengan lelaki yang sangat dia inginkan selama ini.Meski berada di dalam tubuh Delicia, tapi dia
Khaleed membuka matanya perlahan. Kepalanya terasa sakit ketika dia mencoba untuk memegangnya.Kamar yang dia tempati tidak mirip seperti kamarnya. Apalagi ada sosok bayangan yang membuatnya terkejut.“Lucio? Kenapa kamu ada di sini?” tanya Khaleed bingung.“Harusnya aku yang bertanya padamu. Kenapa kamu ada di sini. Bukankah seharusnya kamu pulang ke rumah?”Khaleed diam.“Aku langsung datang ke sini waktu perawat menemukan nomor kontakku sebagai nomor darurat.”Khaleed tersenyum.“Jadi, siapa yang sudah membuatmu begini?” tanya Lucio.“Orang gila,” jawab Khaleed. “Dia memukulku dengan tongkat, di mana dia sekarang?”Lucio menaikkan bahunya. “Aku tidak tahu siapa yang kamu maksud. Tapi tadi di sini ada gadis yang menemanimu, saat aku datang dia langsung pergi. Dia siapa?”“Oh dia, dia istri dari laki laki yang memukulku.”Lucio membulatkan matanya. “Jangan berurusan dengan istri orang lagi, Khaleed. Aku sudah memperingatkanmu.”“Ini beda.”“Bagaimana jika kamu ditipu lagi?”“Sepertin
Suara ribut berasal dari bangsal yang dilewati oleh Khaleed. Awalnya dia ingin mengabaikannya dan terus berjalan saja. Akan tetapi dia tidak bisa diam saja ketika melihat seorang perempuan menjadi sandera seorang pasien menggunakan pisau buah.“Jangan mendekat atau kubunuh wanita ini!” ujarnya.Khaleed yang melihatnya menjadi jengkel. Apalagi lelaki itu hanya berani terhadap perempuan saja.“Jangan mendekat!” Bahkan petugas keamanan seakan tak mampu menangani preman tengik tersebut.Khaleed menggulung kemejanya sampai ke siku. Dia memutar jalan kemudian menjegal kaki lelaki tersebut hingga terjatuh. Pisau yang ia bawa terpental jauh darinya. Khaleed langsung meringkus lelaki yang ternyata tak ada apa apanya itu.Kepala dengan perban dan juga wajah penuh memar. Khaleed yakin jika lelaki itu bisa jadi baru saja dipukuli oleh orang orang yang membencinya.“Siapa kamu!” bentaknya sambil berusaha melarikan diri.“Aku? Aku manusia yang membenci laki laki sepertimu.”“Sialan! Lepaskan!”“Co
Delicia benar benar tidak senang melihat kedatangan Martin dan Jose. Karena dia sendiri bukanlah Delicia yang asli. Diam diam Lordes memikirkan cara bagaimana caranya agar tidak mengurus anak anak itu. Karena baginya yang terpenting adalah bersama dengan Lucio.“Sapa mama kalian,” kata Lucio.Martin dan Jose langsung menghampiri Delicia kemudian memeluknya.“Mama gak apa apa kan Pa?” tanya Martin.“Mama kapan bisa pulang?” kali ini Jose yang bertanya.Lucio pun menjelaskan pada mereka berdua bahwa mama mereka akan berada di sana selama lima hari.Lordes hanya diam saja, merasa asing dengan pemandangan itu. Dia benar benar tidak memikirkan jauh ke belakang bahwa Lucio dan Delicia sudah memiliki anak.“Mama masih sakit?” tanya Martin.Lordes memandang Lucio seakan meminta bantuan pada lelaki itu.“Apa kamu tidak ingat siapa mereka, Delicia?Lordes menggeleng pelan. Lucio terkejut.“Dia adalah Martin, dan sebelah Martin Jose. Kamu lupa?”Lordes tanpa ragu mengingat.“Tapi kamu ingat aku?