Tiga minggu kemudian… Sudah waktunya bagi Delicia untuk memeriksakan kandungannya. Dia ke dokter kandungan tanpa ditemani temannya apalagi Andres yang belum mengetahui keadaannya.Delicia melihat perutnya yang masih belum terlihat bahwa dia sudah hamil tujuh minggu. Dia pernah membaca sebuah cerita, jika bayi yang tidak diinginkan biasanya tidak akan terlihat karena ibunya masih belum mengakui keberadaannya.Dan hal itu terjadi pada Delicia. Dia belum mau jika orang-orang tahu bahwa dia hamil. Karena dia masih harus mencari uang agar mencukupi saat dirinya nanti tidak bekerja.Semua yang sudah dia rencanakan sudah dia catat. Dia akan melakukan semuanya meski terkadang hal-hal seperti itu tidak sesuai dengan rencanannya.Saat Delicia sudah berjalan di koridor rumah sakit menuju ruang dokter kandungan. Langkahnya tiba-tiba berhenti ketika melihat sebuah bayangan yang dia lihat beberapa minggu yang lalu.“Lucio,” gumam Delicia.Dia tidak salah lihat, sebab ada Khaleed yang terus bersama
Andres akhirnya mau menuruti apa yang diminta oleh Delicia agar tidak memberitahukan keadaannya saat ini pada Lucio. Kendati dia sudah tahu bahwa Lucio telah bercerai dengan Rebecca tapi hal itu tak lantas membuatnya ingin mengatakan bahwa dia sedang hamil anaknya.Karena Delicia benar benar ingin lepas dari lelaki yang menurutnya hanya ingin bermain-main dengan dirinya saja.Mengapa Lucio dengan begitu mudah bersama wanita lain? Dan pergi ke dokter kandungan seperti tadi? Delicia benar benar tak habis pikir.Kata cinta dan semua yang pernah dilakukan Lucio terhadapnya bagi Delicia hanyalah sebuah trik agar dia jatuh cinta pada Lucio. Sayangnya Lucio berhasil membuat Delicia jatuh cinta padanya. Dan mendapatkan keadaan yang rumit seperti ini.“Aku akan pulang kalau begitu, kalau kamu membutuhkan bantuan, kamu bisa hubungi aku,” kata Andres, matanya melirik ke arah perut Delicia.“Baiklah.”Delicia yakin jika Andres masih belum terima kalau dia akan merawat anak itu sendirian.**Lucio
“Wanita yang tadi yang kamu maksud kekasih Lucio yang baru?” tanya Andres, matanya juga masih memandang ke arah Lucio dan perempuan tadi.kini mereka berdua sudah menghilang, tapi perasaan sesak di dalam dada Delicia belum juga menghilang.“Kalau saja aku menyadarinya sejak tadi, aku pasti sudah memukulnya,” geram Andres.“Untuk apa? Lagi pula itu adalah hak dia, aku dan dia sudah tak ada hubungan apa apa lagi.”Delicia pura pura fokus dengan buku menu. Padahal pikirannya masih melayang pada Lucio dan perempuan tadi.Jika perempuan tadi hamil, jadi kapan mereka mulai berhubungan lagi? Yang jelas pasti Lucio melakukannya setelah dia bercerai dengan Rebecca.Apakah Lucio sebegitu kesepiannya sampai dia begitu cepat mendapatkan pengganti Rebecca?Tanpa sadar tangan Delicia terkepal. Dengan lembut Andres mengenggam tangan Delicia.“Harusnya kamu katakan yang sebenarnya pada dia, aku ingin tahu apa yang akan dia lakukan.”Delicia hanya tersenyum.“Tidak, aku tak akan mengatakan padanya.”
Keesokan harinya Melisa datang untuk menemui Lucio. Padahal Melisa tidak perlu sampai datang ke perusahaan, jika Melisa ingin membicarakan masalah pribadi.Namu, Lucio membiarkan Melisa untuk menemuinya setelah rapat selesai.“Sepertinya ada yang ingin kamu sampaikan karena jauh jauh datang ke sini,” kata Lucio. Dia duduk lalu memandang Melisa yang tersenyum dengan lebar.“Saya ingin memberikan ini.” Mengambil sesuatu dari dalam tasnya, Melisa memberikan sebuah foto USG pada lucio.“Bisa saja saya memberitahukan masalah ini pada Anda melalui pesan. Tapi sepertinya saya ingin Anda melihatnya langsung.”Lucio melirik foto USG yang ada di atas meja. Dia mengambilnya lalu mengamatinya dengan saksama.“Jenis kelaminya laki-laki,” kata Melisa tak dapat menutupi kegembiraannya.“Oh ya?”“Dan sehat,” tambah Melisa.“Bagus. Aku senang mendengarnya,” kata Lucio.Hening.Melisa masih duduk berhadapan dengan Lucio. Dia menginginkan sesuatu yang lain. Bukan sebuah pujian, seperti merayakan hal ini
Usai menemui Delicia, Lucio pergi ke bar sampai jam satu pagi. Dia pulang dalam keadaan mabuk dan terpaksa Khaleed menjemputnya di bar.“Kamu kenapa lagi?” Khaleed mengeluh. Jam satu malam, ketika dia sudah masuk ke dalam mimpi indahnya, tiba tiba dia dihubungi oleh bartender dan mengatakan bahwa temannya sedang mabuk.“Dia sudah bahagia,” sahut Lucio dengan pelan.“Siapa?” Khaleed melirik kesal. Dia kedinginan gara gara keluar tidak mengenakan jaket. “Dia yang namanya tidak boleh disebut?” Lucio mengangguk.Khaleed memasukkan tubuh berat Lucio ke bangku penumpang. Usai memasangkan sabuk pengaman, Khaleed bergerak ke kursi pengemudi dan membawa sahabatnya itu pergi dari sana.“Kamu menemuinya?” Khaleed melihat bayangan Lucio dari kaca spion. Lucio sudah tidak sadar.Khaleed merasa sangat bersalah pada Lucio. Dia seakan sudah melakukan kesalahan pada sahabatnya itu. Tapi apa? Dia ingin membenahi hubungan Lucio dan Delicia, hanya saja… bagaimana kalau Lucio nanti tambah terluka?Lucio
Rebecca tersenyum saat melihat amplop cokelat yang ada di tangannya. Sudah lama dia ingin mencari surat itu, ketika dia mencurigai Lucio bahwa hubungannya dengan Delicia hanya sekadar kontrak.Semuanya bermula ketika Rebecca ingat bahwa masa lalu Delicia dan Lucio tidak ada keterkaitan. Bahkan mereka berdua kenal karena kecelakaan kecil di lobi kantor.Tidak mungkin Lucio jatuh cinta pada perempuan itu dalam kurun waktu kurang dari satu minggu. Mengingat Lucio tidak memiliki ketertarikan untuk menikah dan mempunyai hubungan yang serius.Semakin Rebecca mengusutnya dengan orang suruhannya. Dia semakin yakin bahwa hubungan mereka tidak nyata dan hanya di atas kertas.Dan sekarang, dia akan menghancurkan Lucio, sama seperti lelaki itu dulu menghancurkannya.Rebecca membuka amplop. Dia membaca surat tersebut dan bibirnya terkembang senyum yang lebar.Dugaan Rebecca benar. Dia mengambil gambar dari isi amplop tersebut kemudian mengunggahnya di internet sebagai pengguna anonim.Tidak membut
Delicia menyeruak masuk ke kamar di mana ayahnya saat ini sedang dirawat. Ayahnya masih belum sadarkan diri sejak dia pingsan tadi.Delicia menangis, dia berdiri di tempat tidur ayahnya dengan perasaan penuh bersalah. Semua gara gara dirinya. Semua karena dirinya yang telah ceroboh menerima perjanjian kontrak waktu itu.Sementara itu, Andres yang berada tak jauh dari Delicia memandang kasihan. Padahal seharusnya wanita itu tidak boleh stres saat ini, tapi masalah terus datang bertubi-tubi.Di sisi lain, Diego merasa ada yang aneh dengan kakaknya. Diamati berkali-kali, dia melihat tubuh Delicia agak gemukan tidak seperti terakhir kali dulu bertemu.Selain itu, pakaian Delicia yang besar membuatnya semakin curiga. Belum lagi kakinya yang terlihat sedikit bengkak. Apakah Delicia sakit?“Kak,” panggil Diego.Delicia menoleh masih menangis.“Kakak sakit?” tanyanya.Delicia mengusap air matanya. Dia menggeleng pelan.“Kenapa?”“Kakak… kakak terlihat gemuk, kakak sakit? Atau…”Wajah Delicia
“Kamu sudah gila, Andres?” Delicia menarik Andres menjauh dari ranjang ayahnya. Mereka keluar dan berbicara di depan kamar ayah Delicia.“Gila? Kenapa aku gila? Aku menyukaimu dan aku ingin menikahimu! Apa itu salah?”Bahkan Delicia tidak dapat berkata apa-apa.“Katakan padaku Delicia, kamu pasti membutuhkan seorang suami. Tak apa kalau hanya aku saja yang mencintaimu. Tapi aku yakin waktu akan berbicara, kamu pasti akan menyukaiku.”“Andres, kamu tahu kan, bagaimana keadaanku sekarang?” tanya Delicia. “Aku hamil!” desisnya. “Dan anak ini bukan anakmu. Bagaimana bisa aku menerima lamaranmu ketika aku sedang hamil anak orang lain?”“Aku tidak masalah. Sudah kukatakan berulang kali kalau aku tidak masalah dengan itu. Aku akan menganggap anakmu sebagai anakku.”Delicia menyeka keningnya yang berkeringat. Dia tak cukup punya tenaga untuk berdebat dengan Andres. Apalagi dia memang belum menyiapkan kata kata penolakan untuk lelaki itu.“Kamu pantas mendapatkan wanita yang lebih baik dariku,