Share

Di mana Ibumu?

Penulis: Inoeng Loebis
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-08 18:11:42

"Ini namanya Berlian, yang ini Intan dan yang kecil Menik."

Burhan menyiapkan teh hangat untuk Arini. Memperkenalkan satu persatu adiknya.

"Assalamualaikum Kakak," salim Berlian meraih tangan Arini. Disusul adik-adik Burhan yang lain.

"Panggilnya Nyonya, bukan Kakak."

Burhan melotot pada Berlian. Arini malah tersenyum.

"Biarkan mereka memanggil dengan apapun, tidak salah, panggil nama juga bagiku sah-sah saja. Kenapa kamu yang sewot," cibir Arini pada Burhan.

"Ini teh--nya, Nyonya. Silakan diminum!" ucap Burhan pelan. Menunduk, masih melirik adiknya tanda tak suka, Burhan takut Arini merasa tidak dihargai.

Berlian yang tidak tahu menahu urusan abangnya dan Arini, mencelos, mencibir mengejek Burhan, merasa menang--sudah dibela Arini.

Berlian ke dapur menyiapkan keripik pisang ke dalam pinggan. Menaruhnya di depan Arini.

"Kak Arini masih muda gini, masa dipanggil nyonya, jelek, ah." Berlian protes pada Burhan.

Berlian, intan dan Menik berdiri sejajar, bersandar pada dinding. Seperti penyanyi seriosa hendak konser.

"Kenapa kalian tidak duduk?" tanya Arini sungkan. Melihat ketiga adik Burhan, serentak memindai wajahnya, seakan menatap barang langka, geleng-geleng kepala.

Berlian berpakaian SMA, sedangkan intan kelas tiga SMP, hari ini seragam Pramuka, Menik kelas enam SD memakai baju bebas, karena Jumat ada kelas Qur'an menjelang pulang.

"Ayah kamu kerja di mana?" tanya Arini pada Burhan yang baru saja mengeluarkan lembar lusuh untuk adik-adiknya.

"Ayah sudah meninggal dunia empat tahun lalu, Kak. Ayah riwayat diabetes juga," jawab Intan sendu. Tidak menunggu Burhan bicara.

Arini jadi tidak enak hati. Menyesal telah mencipta luka di mata-mata polos mereka.

Sedangkan ibunya, sejak Ayah Burhan meninggal, Bu Dena sakit-sakitan. Kalau itu Arini tahu. Ilham yang memberitahu tentang Bu Dena pada Arini sebelum menikahkan mereka berdua.

"Maaf, saya tidak bermaksud .... "

"Gak papa, lo, Kak, maut itu urusan Allah," sela Berlian tersenyum tulus.

"Maaf ya, Kak. Intan jadi melow."

Arini mengatup bibirnya. Rasa nyaman, sejuk memandang ketulusan hadir di hatinya, hanya dengan menatap wajah-wajah polos adik-adik Burhan.

Menjadi gadis dengan saudara jauh di seberang, Arini merindukan keluarga seperti yang dirasakannya hari ini.

Ilham berjanji pada Burhan, akan memberikan rumah sederhana tipe 36 itu untuk keluarga mereka, jika ia menikah dengan Arini kemudian mentalaknya lagi.

hidup.

Tanpa sadar mereka telah melakukan dosa pernikahan, karena menikah dapat menjadi terlarang, bahkan berdosa besar.

Satu-satunya jalan dengan nikah secara muhallil. Muhallil adalah sebutan bagi orang yang menikahi seorang perempuan yang telah ditalak tiga oleh suami sebelumnya dengan niat bukan untuk membina rumah tangga.

Niatnya hanya untuk menceraikan si perempuan itu setelah menggaulinya agar si suami yang pertama bisa menikahinya kembali.

Dalam Islam nikah muhallil bisa menjadi haram karena melanggar tujuan daripada pernikahan itu sendiri.

Rasulullah menyatakan dengan jelas, menikah bertujuan menciptakan kebahagiaan. Diharamkan oleh beberapa kalangan ulama menikah dengan niat bercerai kembali.

فإن طلقها ثلاثا لم تحل له إلا بعد وجود خمس شرائط انقضاء عدتها منه وتزويجها بغيره ودخوله بها وإصابتها وبينونتها منه وانقضاء عدتها منه

Artinya: Jika sang suami telah menalaknya dengan talak tiga, maka tidak boleh baginya (rujuk/nikah) kecuali setelah ada lima syarat: yang pertama, sang istri sudah habis masa iddahnya darinya

Kedua, sang istri harus dinikah lebih dulu oleh laki-laki lain (muhallil).

Ketiga, si istri pernah bersenggama/tidur bersama dan muhallil benar-benar penetrasi kepadanya.

Keempat, si istri sudah berstatus talak ba’in dari muhallil.

Kelima, masa iddah si istri dari muhallil telah habis.

Burhan bekerja salah satu office boy di kantor sahabat Ilham, tapi--pemilik sahamnya adalah Keluarga Ilham juga. Masih satu induk perusahaan. Untuk itu, Ilham bisa sesuka hati memperlakukan Burhan bak pembokat tanpa daya, meskipun harga diri sebagai taruhannya.

Hari ini, agar Arini tidak lagi mengganggu Burhan, dengan berbagai tekanannya, kadang wanita itu sedikit mengancam, Burhan akhirnya membuka komunikasi, sengaja mengajak Arini untuk ikut serta melihat keadaan keluarganya.

Ia ingin Arini tidak lagi mengatakan banci, menggodanya atau melakukan hal absurd memancing intuisi nalurinya sebagai lelaki.

Harga diri Burhan rasanya terkoyak dengan segala adegan yang Arini lakukan. Padahal ia rela melakukan nikah muhallil ini hanya demi keluarga.

"Berlian ke sekolah dulu, ya, Kak." Gadis remaja itu kembali membawa nampan ke dapur, menyandang tas selempang dengan beberapa jahitan. Mengulur tangan pada Arini. Mencium punggung tangan itu takzim. Arini membalas dengan senyuman hangat.

"Kakak punya tas rajut, apa Berlian suka. Besok bisa jemput ke rumah."

Berlian tersenyum tipis.

"Ini jajan buat Berlian dan adik." Arini memberikan selembar merah ke tangan Berlian.

Meskipun ia tidak menyukai Burhan dan Ilham, meskipun kebencian pada cinta telah menjalar, sakit pada harga dirinya, namun, sisi hati terdalam masih tersentuh melihat keadaan manusia di rumah sempit itu.

"Kebanyakan, Kak," tolak Berlian sungkan.

"Terimalah. Bagi sama-sama."

Gadis itu akhirnya menerima. Intan dan Menik giliran menyalami Arini. Menunduk melirik malu pada lembar merah di tangan Berlian.

"Kami pamit ya, Bang. Assalamualaikum." Berlian mewakili dua adiknya. Memakai sepatu dalam diam. Mereka bertiga sudah di depan pintu.

Berlalu sekitar dua menit.

"Kak Arini, makasih ya, kakak cantik deh," ungkap Menik yang tiba-tiba kembali muncul sambil tertawa kecil memamerkan deretan gigi rapinya. Melongok kepala ke pintu lalu menghilang sambil cekikikan bernada malu.

"Kenapa kakinya Menik?" tanya Arini penasaran melihat ada yang berbeda dengan kaki adik bungsu Burhan.

"Kecelakaan," jawab Burhan singkat.

"Untuk itu kau banyak menghabiskan duit, transfusi darah pasca kecelakaan, operasi bedah kaki. Dan sekarang ibumu baru selesai dioperasi--diamputasi."

"Maaf, Nyonya, terimakasih sudah mengerti keadaan kami. Tapi, saya berjanji akan membayar semua pengobatan ibu dan adik saya."

"Kak Arini, kakak kok cantik banget."

Menik balik lagi ke dalam, sambil tertawa cekikikan khas gadis pemalu. Kembali lari menyusul kakaknya.

Arini ikut tertawa. Untuk pertama kali sekian bulan sejak kata talak tanpa ucapan hadir antata dirinya dan Ilham, Arini tidak pernah tertawa. Diam-diam Burhan menatap bahagia ke arah wajah sendu di hadapannya.

Bersyukur, setidaknya di usia pernikahan mereka selama tiga minggu Arini bisa tertawa lepas tanpa beban.

Tidak seperti biasanya. Tertawa penuh beban, menangis, marah dalam satu waktu, dengan sorot mata datar. Kadang berkata kasar, kadang diam saja. Entah mengapa hati Burhan sakit, campur kasihan melihat itu semua. Hari ini, ia melihat sorot berbeda dari mata itu.

"Entar pulang sekolah boleh ya, aku main sama Satya." Menik nongol lagi setelah tadi menghilang beberapa menit.

"Astaghfirullah, Menik! Eh, udah telat ni. Kamu mau disuruh berdiri di bawah tiang bendera." Berlian menarik tangan Menik paksa. Sudah berjalan sedikit jauh Menik kembali berlari ke belakang.

"Kak, kakak pacarnya Bang Burhan, ya? jangan tinggalin Bang Burhan lagi. Kesian. Move on--nya lama."

Arini kembali tertawa melihat tingkah Menik. Melirik sedikit ke arah Burhan yang mendelik tajam ke arah adiknya, Arini seolah menemukan kehidupan kembali. Sebuah keluarga sederhana namun Cemara.

Di ujung pintu, Burhan yang berdiri di sana, menarik garis bibirnya ke samping sama rata, entah mengapa hatinya begitu lega, melihat tawa Arini yang lepas sekali.

"Kamu memang cantik." Burhan tanpa sadar mengeluarkan kalimat. Arini menoleh ke arahnya. Burhan menunduk malu. Ia hanya keceplosan.

Apa kata Menik? Move on--nya lama. Artinya si Burhan ini punya pacar dahulunya. Kenapa juga kepo? Arini mengumpat dirinya sendiri yang justru ingin tahu.

"Bunda!" teriak suara Satya. Rupanya bocah mungil yang baru saja pandai bicara itu sudah bangun, dia tertidur dalam perjalanan menuju rumah Burhan.

Mereka berjalan kaki dari Villa menuju rumah papan di ujung kota, tempat kehidupan Burhan sehari-hari bersama keluarganya.

"Bunda di sini, sayang." Arini merentang tangan. Satya berdiri sambil mengucek matanya, kebiasaan sehabis bangun tidur. Berjalan manja memeluk Arini.

"Mau makan apa, Nak. Satya dari tadi belum makan."

"Saya beli sebentar sarapannya, nyonya juga belum makan." Burhan beranjak menuju pintu.

"Aku udah sarapan, kok. Kan kamu yang masakin. Mie goreng campur telur dadar subuh tadi," ucap Arini tersenyum, tidak terlihat genit. Normal.

Burhan bernapas lega. Akhirnya ia bisa bebas dari kegenitan Arini.

"Loh, Nyonya makan masakan saya?" Kikuk Burhan bertanya. Arini mengangguk dengan senyum yang masih melekat.

Burhan memang masak subuh sekali. Ia pikir berangkat subuh hari sebelum Arini terbangun tidak akan mendapat gangguan godaan. seperti hari sebelumnya, ternyata, pagi itu, Arini justru bangun lebih dulu.

Pulang larut malam, bangun lebih dini, pikir Burhan mampu menghindari Arini, ia hanya melaksanakan perintah Ilham. Agar tidak bersua malam hari dengan Arini.

Tapi, tidak sesuai perkiraan. Bangun fajar buta, wanita tanpa ekpresi itu telah menyambut duduk santai di sofa.

"Mau ke mana, suamiku?" tanya dengan nada genit, berjalan ke arah Burhan. Arini sengaja memilin bawah lingerie seksinya sedikit ke atas. Burhan tersedak.

Semakin dekat. Arini meraih pinggang Burhan yang diam di tempat. Mengalungkan dua tangannya di leher Burhan. Mendongakkan kepala, dengan sengaja membuka mulut yang sudah disemprot pewangi yang kini hanya berjarak dua senti dari bibir Burhan

"Astaghfirullah," ucap Burhan tanpa sadar. Tangannya menggigil. Menutup mata sepenuh kesadaran. Menguatkan hati untuk tidak mengikuti permainan Arini.

Bisa saja perempuan itu hanya menjebak. Dalam perjanjian yang dibuat oleh Ilham, jika Burhan berani menyentuh Arini, maka nota kesepakatan batal.

Tapi, Arini justru bersikukuh, jika Burhan tidak berani menyentuhnya mana mungkin bisa mereka bercerai. Firman Allah jelas, hadist Rasulullah juga jelas. Ia harus seranjang bersama Arini baru boleh mentalak.

"Nyonya, saya mohon! Ibu saya sedang sekarat di rumah sakit. Adik-adik saya butuh biaya. Saya mohon Nyonya. Jangan sulitkan saya," ucap Burhan menahan air di ujung matanya untuk tidak meluncur.

Bukan karena dia lelaki yang lemah. Menahan diri dari hidangan gratis, halal, dan menggoda hal paling sulit yang pernah ia lakukan.

Degub frekuensi jantungnya sangatlah tidak normal, bagai mobil melaju dengan kecepatan tinggi, dan rem sengaja sudah blong. Sungguh tidak nyaman.

Arini menghentikan aksinya demi mendengar satu kata 'ibu.'

Ia sangat mencintai seorang ibu. Menjadi sebatang kara tidaklah bahagia.

Karena tidak berani menyakiti seorang ibu, makanya Arini menerima tawaran nikah muhallil demi kembali pada Ilham. Meli--sang mertua.kasih sayangnya melebihi ibu kandung sendiri.

"Ibu? Maksud kamu?"

Wanita lemah itu mundur mengamati Burhan. Lingerie yang sengaja hendak ia jatuhkan dari tubuhnya, kembali melekat.

"Sa--saya melakukan ini semua demi ibu, Nyonya. Ibu saya harus rutin cek darah, rutin makan obat, juga rutin terapi, ibu saya stroke, kolesterol, kurang darah juga, diabetes mengharuskan ibu saya untuk operasi." Burhan menjelaskan keadaan ibunya

Lepas juga bebannya selama ini. Burhan menarik napas panjang. Menceritakan perihal ibunya yang sakit keras. Butuh biaya kesehatan yang tidak sedikit.

"Kamu mau ke sana sekarang?" tanya Arini, berubah seratus delapan puluh derajat. Begitulah hati seorang wanita. Begitu mudah dikelabui rasa iba.

"Iya, Nyonya. Saya mau jenguk adik-adik dulu, hari ini saya masuk siang. Besok saya kerja shift malam."

Burhan menjelaskan sedikit.

"Saya ikut." Tiba-tiba Arini mengucapkan kata itu.

Arini terdiam mundur setelah melepaskan kalimat. Entah mengapa, hati kecilnya ingin mengenal keluarga Burhan.

"Maksud, Nyonya?"

"Saya ikut ke rumah kamu, bagaimanapun di mata agama kita ini adalah suami istri. Aku istri kamu," jawab Arini sedikit membentak.

Burhan hening. Bingung mau berkata apa.

"Burhan, aku mengangguk kepala saat wali hakim menikahkan kita, tandanya aku tidak keberatan dengan pernikahan ini. Aku berhak mengenal keluarga suamiku, apa kau keberatan?"

Burhan menatap bingung. Entah apa yang merasuki mantan istri bosnya itu, ia pasrah mengikutsertakan Arini ke rumahnya.

Sekarang, di sinilah mereka, saling diam dalam kebingungan, bingung memulai kalimat sapa.

"Di mana ibumu dirawat?"

Akhirnya Arini memulai kata.

Bab terkait

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Bersua Mertua

    "Apa Nyonya mau menemui ibu saya?""Ternyata lebih pintar Menik daripada kamu," ketus Arini arogan. Tersenyum licik."Nyonya tidak bisa menemui ibu saya sekarang, beberapa menit lagi Pak Ilham akan datang, saya tidak mau ada kesalahpahaman di antara kita. Mungkin bisa lain kali. Ibu saya di rawat di rumah sakit umum. Sore atau malam, Nyonya bisa menjenguknya. Sekarang saya antar Nyonya pulang.""Saya akan minta izin supaya kamu hari ini libur, izin urusan itu--gampang. Kalau cuma izin diri kamu--aku bisa. Kenapa tidak bisa kulakukan minta izin dari Ilham. Apalagi cuma sekelas Franve.""Nyonya," ucapnya terbata."Assalamualaikum, sayang. Izinin si jadul gak masuk kerja, ya. Aku mau jenguk Bu Dena." Jeda sejenak."Oke sayang, bye."Burhan memutar bola matanya. Arini kerap berubah-ubah dalam satu waktu. Mendadak menelpon Ilham, bersayang-sayang hanya demi dirinya. Terkadang jutek, kadang diam-diam menangis.Baiklah. Aku akan mencari tahu, ada apa denganmu? Aku akan segera menyembuhkan lu

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-19
  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Muhallilku Cemburu

    Waktu beranjak menuju sore. Arini kembali pulang ke rumah tipe sederhana itu. Berlian menjaga Dena.Wajah tampan nan rupawan lebih dulu menyambut mereka, Arini dan Burhan, di depan pintu, siapa lagi kalau bukan mantan suaminya. Arini hendak membuka pintu berbahan asal Jepara unik dan klasik.Ya, Ilham merenovasi semua ornamen rumah kecil menjadi besar dan artistik. Lelaki di depan mereka tersenyum merentang tangan. "Apa kabar Arini sayang? Kenapa istriku ini semakin cantik setiap hari, aku sudah tidak sabar kita kembali rujuk dah tidur seranjang."Ilham melingkarkan tangannya di pinggang Arini. Hendak mengecup kening sang mantan istri.Namun sayang, tangan wanita yang sedang menelan kesumat itu, menepis pelan lingkaran kuat di pinggangnya."Kita belum suami istri, Ilham. Kamu harus ingat, aku sekarang berstatus istri Burhan. Dan belum disentuhnya secuil pun. Jangan bilang kau sudah berpindah keyakinan, karena dalam Islam tidak sah menikah jika berniat bercerai. Jika sedari awal Burhan

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-19
  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Muhallilku Keren

    Villa eksotis di sebuah bukit permai, di kelilingi hutan alami, jalan masuk sudah tertanam paving blok menuju villa, kiri kanan ditanami mawar merah yang batang pohonnya tergunting dan susun rapi. Sungguh pemandangan sangat indah. Bangunan bermode kuno menjulang di antara pondokan kecil mirip saung sekitar lima bangunan segala sisi terhampar mengelilingi Villa dengan ungu mendominasi. Suara ramai tawa riuh terdengar dari dalam Villa, menandakan sedang berlangsung acara spektakuler di dalamnya, mengingat pemilik Villa tersembunyi di antara hutan natural itu adalah Keluarga Jansen Prakash Kamandanu Penang. Salah satu konglomerat di sebuah provinsi metropolitan. Malam ini Kakek Jansen Prakash ulang tahun pernikahannya. Pemilik sebuah perusahaan fashion terkenal, pemilik ribuan distro merk ternama itu sedang membaca daftar pembagian bagi hasil harta. Beberapa perusahaan ditangani dan dikelola oleh putra bungsunya bernama Rian Prakharsa Penang, membuat Rian besar kepala. Seorang putra bai

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-23
  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Kesumat

    Meli dan Ronald sangat paham bagaimana watak Ilham. Tidak suka bekerjasama, emosian, ego tinggi. Tidak ingin terlihat lemah. Makanya Ilham akrab dengan perusahaan Franve, karena itu satu-satunya perusahaan yang tidak terlibat bisnis dengan keluarga Penang. "Arini," suara bariton seseorang menyapa. Meli dan Ronal saling pandang. Rian mencebik licik. Berlalu sebelum Arini berbuat lebih mengerikan. "Awas kalau sampai terjadi sesuatu pada lelaki tadi, lehermu taruhannya," ancam Arini pelan tapi tajam tepat ke telinga Rian sebelum Ilham datang mendekat. Rian mematikan power ponselnya setelah celotehan Karin panjang lebar. Mengapa juga keponakannya itu jadi terkesan menyukai Burhan?Bukan cuma Rian yang kesal, tapi Arini tak kalah sinis menatap kesal pada Karina.Rian.tidak jadi menelpon anak buahnya. Ia berdecak gusar. Ancaman Arini ternyata berefek. Manusia yang tadinya hendak menonton gratis drama adu jetos.terutama anak-anak Arya, Bagas dan lainnya. Mundur teratur. Kibasan tangan Rian

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-27
  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Perjalanan Talak

    "Kamu terlambat mengatakan maaf. Sakit itu sungguh sadis mengoyak dan mengobrak abrik jantung ini." Retina perempuan itu mengambang. Nanar menahan air mata. Ingatannya melayang setiap slide kejadian demi kejadian sebelum akhirnya talak tiga sah secara agama antara ia dan Ilham. Slideshow perjalanan sebuah guncangan arasy berawal, dari sebuah kesalahan yang tak diniatkan. Semua peristiwa demi peristiwa bermain-main di kepala Arini. Jangan coba-coba menyalah dengan hukum Allah, karena Allah SWT sebaik-baik pembuat makar. Mata Arini memejam lagi. Gambaran masa-masa jatuhnya talak menyerbu ingatannya. "Kau ingat, Arini. Aku Ilham Arya Penang, walau mama dan papiku tidak cocok dengan keluarga Jansen, tapi, aku adalah cucu laki-laki satu-satunya." "Terus, tujuanmu apa mengatakan itu padaku?" "Baiklah, bukankah kau meminta talak dariku?" "Ya, mana? Katakan sekarang juga, talak aku! ayo talak!" "Dasar keras kepala! apa sama sekali tujuh tahun tidak berbekas dari ingatanmu tentang kita

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-28
  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Petaka Pertama

    Ilham dipecat, padahal ia salah satu pewaris perusahaan. Tentu saja hal yang tidak masuk akal. Faktanya lelaki itu memang dipecat. Semua permainan dari Rian si ambisius.Paman kandung Ilham itu dibantu Mira untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. *Kehadiran Mira yang direncanakan Rian, telah berhasil mengacaukan rumahtangga Arini dan Ilham.Wanita tak tahu diri itu acap kali mengganggu kenyamanan Arini di rumahnya sendiri, sejak Ilham mengiyakan tentang kesepakatan kerjasama di Franve.Mira sengaja melontarkan kalimat-kalimat bagai penggosok perkakas keluar dari bibirnya untuk Arini setiap mengantar tugas dari Pram untuk Ilham."Tanya saja sama suamimu. Kami berdua sering ketahuan bersama, Pak Rian cemburu padanya, kau tau, Arini? Putra bungsu keluarga Penang itu sangat mencintaiku. Ia lebih memilih aku daripada keponakannya. Makanya Ilham dipecat dari Perusahaan Plastik Penang. Aku kasian padanya, tak tega hidupnya yang biasa bergelimang harta harus dicemooh para kolega sendiri. K

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-31
  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Aku Ini Istrimu

    Cerai adalah bom yang mengguncang Arasy.Kata yang paling Allah laknat adalah cerai. Jika ada solusi lain, mengapa harus bercerai? Emosi, bujukan setan, rayuan hormon egoisme telah menang melawan gumpalan kecil bernama hati. Petaka pertama di rumahtangga Arini-Ilham. (Ada yang cerai. Apa aku harus potong tumpeng?)Status baru memenuhi beranda Mira. Arini melotot tak percaya. Belum lima menit dari ia keluar rumah, Mira sudah mengetahui. Bertabungan talak seharusnya membuat Ilham berhati-hati. Sebab setan, iblis ada di mana-mana. Akhirnya kabar talak itu pun sampai ke telinga Mira. Wanita itu bahagia bukan main, selama ini sangat penasaran karena tidak pernah berhasil menggoda Ilham. Kesempatan baginya telah datang, dengan berani, ia datang ke rumah Ilham. Kebahagiaan menyelimuti hati Mira, demi mendengar tabungan talak rasanya ia sanggup memindahkan Monas ke Kalimantan saja. Setelah sebelumnya Mira tahu betul rumahtangga incarannya itu sedang tidak baik-baik saja sejak kedatangan

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-03
  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Ceraikan aku!

    Slideshow perjalanan talak tiga Arini. Perempuan itu terus bercerita. Entah mengapa lidahnya mendadak mengeluarkan kata-kata tanpa jeda. "Ceritakan semua padaku, Nyonya. Jangan malu! aku berjanji akan membelamu, luahkan semua yang ada di hatimu. Aku siap mendengar apapun itu. Burhan mendengarkan cerita kisah pilu itu sambil menatap istrinya. Sesekali ia fokus melihat jalanan.Arini memejam mata. Membayangkan kejadian setelah pertengkaran antara ia dan Ilham. Ilham pergi dari rumah. Di tengah jalan Mira datang dengan skenarionya."Kau tidak bosan jika aku bercerita tentang bosmu Ilham itu bagian dari laki-laki jahannam?" tanya Arini sinis. "Bukankah kau dibayarnya untuk meniduriku lalu kembali menceraikan?""Bagaimana jika aku tidak mau bercerai dengan Nyonya? apa Nyonya mau hidup bersamaku?" tanya Burhan menatap dua manik mata Arini, intens. Wanita itu berdecih. Membuang pandangannya ke samping jendela mobil."Kau mau hidup denganku selamanya? hanya lelaki bodoh yang ingin hidup de

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-04

Bab terbaru

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Ilham Terbelalak

    Binar seribu bintang berloncatan dari mata Arini. "Terimakasih."Kata tak perlu terucap apapun. Karena sikap lebih terlihat dari sekadar kata.Bahagia lebih dari sejuta kali bahagia. Terkadang hanya menunggu jalan takdir. Bahagia di ujung segera menanti.*“Kakek masuk rumah sakit, segera ke sana!” Suara Ronald terburu menelpon putra semata wayangnya--Ilham. "Siapa yang sakit?" tanya Mira melihat suaminya terburu-buru. "Kakek," jawab Ilham singkat. "Kamu sarapan dulu. Kalau aku ngak salah Bu Meli sudah sedari subuh ke rumah Kakek.""Kenapa ngak bilang?""Kamu ngak nanya," ucap Mira sambil merapikan meja makan. Wangi soto kesukaan Ilham menguar menggugah selera. "Kamu pintar masak? Sotonya wangi, tapi aku harus cepat. Dari nada suara papi sepertinya kesehatan Kakek tidak bisa dianggap enteng.""Hanya memasak yang bisa membuatmu tetap memperlakukan aku selayaknya istri. Hati dan pikiranmu sudah dipenuhi nama Arini." Ilham terdiam mendengar kata-kata Mira."Kita akan nikah resmi. Ak

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Cincin Cantik

    Terimakasih Burhan. Aku bahagia," ucapnya terisak-isak. Meski menangis. Binar bintang berloncatan dari mata indah milik Arini."Kita akan menikah secara sah setelah bayi ini lahir. Kita besarkan bersama-sama dengan Satya."Cinta itu tidak bersyarat apapun. Takdir akan berpihak pada kuasa sang pemiliknya. Manusia hanya bisa menjalani tanpa bisa mencegah apalagi mengubah skenario takdir itu.*"Aku tidak akan menceraikanmu Arini! Kau dengar. Kita tidak akan bercerai. Anak itu anak yang kutunggu-tunggu. Artinya kau bahagia saat kita bulan madu kembali waktu itu. Berhasil bukan? Aku mohon! Kita akan belajar bersama memperbaiki segalanya."Suara Ilham di depan ranjang pasien saat Arini diperbolehkan pulang, masih meracau. Burhan membiarkan saja. Tak ada gunanya melarang. Ia percaya pada Arini.Pengadilan sudah menerima segala berkas Arini. Talak tiga bukan decapan lidah saat merasakan perisa makanan. Ikatan sakral bukan mainan. Jangan pernah bermain pada kata talak. Satu-satunya kalimat

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Binar Bahagia

    "Cek USG hari ini.""Siap, Dok!" Para perawat lalu lalang mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan.Arini dibawa ke tempat tidur khusus. Setelah cairan berupa gel dioles oleh salah satu perawat di sekitar rahimnya. Terlihat jelas di layar ada yang berbeda di rahim itu.Jiya ditahan Burhan dalam ruang dokter Wiguna.Dokter menerima hasil USG, setelah mencatat semua hasil test. Ia kembali ke ruangannya, Arini dibawa ke kamar inap lagi."Pak Burhan.""Ya, Pak. bagaimana hasilnya?""Anda sepertinya sangat menyayangi istri anda. Sampai tidak sabaran menunggu hasil."Kikuk Burhan tertawa pelan. Memasang senyum tipis. Sedangkan Jiya menahan jantungnya untuk tidak emosi."Saya akan jelaskan sedikit tentang kehamilan pada anda sebelum kita masuk menyimpulkan keadaan istri anda. Ini tujuannya agar anda paham situasi dan kondisi wanita hamil itu bermacam-macam.""Terimakasih, Pak. Saya siap mendengar."Dokter itu tersenyum lalu mengambil hasil uSG."Sebenarnya normal kondisi seorang ibu hami

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   DNA yang Tak disangka

    "Ya Dokter, Bagaimana hasilnya?" Burhan tidak sabar saat dokter jaga masuk ke ruang inap Arini. "Positif. Selamat Pak Burhan istri anda hamil."Glek Burhan maupun Arini sama-sama terdiam pilu."Bulan lalu saya menstruasi, Dok?" Arini menyangkal. Apa hasil testpack itu salah."Menstruasi?" Kening dokter mengerjit. Menatap perawat yang ikut bersamanya. "Cek urine bHCG segera!" Perintah penuh pada perawat."Dok, apa tidak sebaiknya menunggu besok pagi. Urine pagi hari setelah pasien bangun tidur tingkat keakuratannya lebih sempurna."Dokter serba salah. Ia segan pada Burhan karena telah lama menunggu. Apamyanh dikatakan perawat ada benarnya. Pagi hari setelah bangun dari tidur. Kadar hormon bHCG akan terkumpul sempurna."Urine baru, hari ini juga!" Perintah sang dokter.Akhirnya perawat mengangguk. Keluar sebentar lalu memberikan onemed urine pada Burhan."Silakan ditampung kembali urine pasien, Pak. Kita akan melakukan test urine ulang."Burhan menerima wadah kecil yang diberikan pe

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Arini Hamil

    Menyambar tas, masih dengan terburu memasang sepatu, dan wanita itu sibuk mengikutinya dari belakang, berbalik ke dalam rumah dengan sepatu yang sudah terpasang, ternyata kunci mobil tertinggal di meja makan, perempuan bertubuh semampai itu turut ikut maju mundur dengan kesibukan dadakan.Semua karena sesosok wanita sempurna yang baru saja datang membuyarkan segala angan. Entah mengapa hati Mira sedikit bahagia. Tapi, lelaki di depannya kehilangan fokus pikiran sebab, kedatangan wanita sempurna yang telah memberi map tebal.Salahkah Mira bahagia?Apa aku sejahat itu, bahagia di atas penderitaan wanita lain, ah, tidak. Terlihat Arini lebih dari kata bahagia bersama BurhanSeolah dikejar deadline entah karena apa, Mira tak bertanya. Ilham tergesa membuka pintu mobil, masuk ke dalam, menyalakan mobil. Berpaling menatap wanita yang mendadak raut wajahnya ikut cemas.Wanita itu berusaha menahan sesuatu agar tidak terjatuh di hadapan. Pun menahan tanya ada apa dengan kepergian mendadak sua

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Perjanjian Selesai

    "Itu urusan asisten saya, sudah saya katakan--tenang saja. Hasilnya 99% akurat dan valid.""Oke. Saya ke sana sekarang." "Apa ini, Nak?" Meli melihat Map yang di bawa Arini."Maafin Arini, Ma. Arini tidak bisa mengabulkan permintaan mama."Meli mengambil map yang lumayan tebal itu.Sertifikat rumah atas nama Burhan, Villa pemberian Ilham atas nama Arini. Beserta kunci-kuncinya.Dan ...Surat cerai resmi dari pengadilan agama."Arini!" Suara Ilham bergetar menahan jantungnya yang detaknya kini bermasalah. "Arini sudah siapkan notaris untuk membalikkan nama atas nama mama atau nama Ilham."Arini sama sekali tidak menggubris Ilham yang menatapnya begitu intens. Gejolak amarah, emosi bercampur rasa harga diri yang terinjak-injak. "Arini, kamu?" Air mata Meli merebak. Tidak menyangka sama sekali gadis yang selama ini ia puja, sedari remaja ia curahkan kasih sayang, dengan begitu berani menolak dan merenggangkan tali kekeluargaan."Jika suatu hari Arini memilih pergi, mau kah mama mengan

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Hasil Test DNA

    "Issh genit. Mesum. Dasar lelaki!" umpat Arini berkali-kali.Burhan tertawa terbahak-bahak melihat bibir Arini yang mengerucut merajuk, akibat selalu diganggu Burhan. "Kemarin sok sokan godain, sekarang malah takut, bilangin suami sendiri mesum.""Kemarin otakku belum dirukiyah, he." Arini tertawa ngakak, pinggangnya masih digelitiki Burhan."Masih mual?" Burhan menghentikan tangannya. Arini berpaling menatap wajah Burhan. Mengangguk kecil."Sedikit, kadang tengkuk terasa berat."Burhan menghela napasnya berat. "Bolehkah aku bertanya sesuatu?"Arini mengerjit. Mengapa tiba-tiba Burhan berubah serius. Menyandarkan kepalanya di bahu Burhan memberi kode ia tidak keberatan."Kau tidak keberatan tinggal di gubuk begini?"Arini tersenyum tipis mendengar pertanyaan Burhan. "Kirain mau nanya apa-an, rumah ini bisa kita pugar lebih besar.""Ya, kau tidak keberatan dengan adik-adikku.""Aku hidup sendirian, mana mungkin keberatan, aku tau rasanya begitu sakit hidup sendiri, makanya aku mener

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Dia istriku, kau mau apa?

    "Kakak udah sholat?" Berlian menghampiri ranjang Arini, Satya terlelap di sampingnya."Ya, solat duduk aja, Ber, mana Burhan?" Arini menyapu sekitar. Ia mendapat Burhan yang sedang khusuk sholat. Senyumnya mengembang. Sudah berapa lama ia lalai terhadap ibadah pada Tuhan.Burhan dan Berlian orang yang selalu membantunya mengingat maha kuasa. Akhir-akhir ini hatinya tenang, setelah beberapa hari terakhir tidak meninggalkan ibadah wajib itu. Ia salut, Menik yang kakinya tidak sempurna saja bisa rutin menunaikan ibadah, masa ia yang sempurna lupa siapa pemilik kesempurnaan itu.Setelah selesai ibadah menghadap Tuhan Burhan menghampiri ranjang Arini. Memasang senyum tipis-nya. Mengedikkan bahu."Apa kau terlalu merindukan suamimu ini sampai bangun tidur dan mau tidur lagi kau harus menyebut namaku," ucap Burhan menggoda Arini, menaik turunkan satu alisnya."Astaghfirullah, apa tadi sholatmu tidak khusuk sampai-sampai mendengar suara tanyaku?""Hei, sholat khusuk itu bukan tentang mendeng

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Otewe Tes DNA

    Perihal wanita yang bersama Ilham. Meskipun tidak dicintai, Mira Aruna, nekad ke rumah sakit untuk menjenguk Arini.Selain ia sendiri harus cek kontrol, sekalian berkunjung rasanya tidak masalah,tapi, Mira terngiang kalimat pertemuannya dengan Rian di depan rumah sendiri. Saat kaki Mira baru saja melangkah. Rian berdiri dengan arogan di depan pagar rumah Ilham."Hei, Gundik! Bagaimana nikmatnya hidupmu masuk ke keluargaku," ucapan tajam itu tidak lagi mengiris hati Mira. Ia sudah kebal."Kau mau apa Rian?""Kau tau bocah kecil di rumah sakit yang kini menjadi kelemahan Arini, aku yakin itu bayi kita, sayang. Bagaimana? Apa kau ingin bersua sebagai ibu yang tidak bertanggungjawab?""Apa?" Mata Mira terbelalak kaget. Benarkah yang diucapkan Rian. Anak yang selama ini diasuh oleh Arini adalah anak mereka.Artinya kurun waktu dia menjadi budak Rian ternyata anak itu tidak ada pada Rian, ia hanya sapi peras, kambing congek yang mau diperalat oleh Rian. Andai Mira tau di mana bayinya, tent

DMCA.com Protection Status