Share

Muhallilku Keren

Penulis: Inoeng Loebis
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-23 08:08:40

Villa eksotis di sebuah bukit permai, di kelilingi hutan alami, jalan masuk sudah tertanam paving blok menuju villa, kiri kanan ditanami mawar merah yang batang pohonnya tergunting dan susun rapi. Sungguh pemandangan sangat indah. Bangunan bermode kuno menjulang di antara pondokan kecil mirip saung sekitar lima bangunan segala sisi terhampar mengelilingi Villa dengan ungu mendominasi.

Suara ramai tawa riuh terdengar dari dalam Villa, menandakan sedang berlangsung acara spektakuler di dalamnya, mengingat pemilik Villa tersembunyi di antara hutan natural itu adalah Keluarga Jansen Prakash Kamandanu Penang. Salah satu konglomerat di sebuah provinsi metropolitan. Malam ini Kakek Jansen Prakash ulang tahun pernikahannya. Pemilik sebuah perusahaan fashion terkenal, pemilik ribuan distro merk ternama itu sedang membaca daftar pembagian bagi hasil harta.

Beberapa perusahaan ditangani dan dikelola oleh putra bungsunya bernama Rian Prakharsa Penang, membuat Rian besar kepala. Seorang putra baik hati--menurut Jansen Kamandanu, yang hingga kini masih sukses melajang, begitu anggapan semua kalangan. Sang Kakek Jansen, malam ini merayakan hari pernikahan dengan nenek Jansen yang acap dipanggil Nenek Jei, Anniversary ke lima puluh tahun. Usia pernikahan yang super harmonis. Contoh tauladan bagi banyak pasangan. Selain perusahaan fashion yang sudah memiliki tiga puluh lebih cabang di seluruh Indonesia.

Keluarga Prakash juga memiliki perkebunan karet yang dikelola perseroan dengan nama perusahaan, PT. Plastik Arya Penang Penghasilannya pertahun mencapai triliyunan rupiah. Acara malam ini super riuh, semua anak, cucu, menantu memberikan hadiah istimewa bagi kakek dan nenek Jansen Prakash. Hanya satu orang di sudut kursi antik buatan jerman berbalut serba ungu sesosok hening menikmati acara. –Arini. Arini wanita yang baru saja dicerai lalu terpaksa menikah dengan pria pilihan mantan suaminya, menantu anak pertama Jansen Prakash, Ronald Arya Penang dan Renata Melinda.

Ronald menikah dengan Meli gadis desa bukan berdarah sultan. Sehingga kelahiran Ilham sang buah hati semacam tak membahagiakan. Meskipun di tengah keluarga Jansen Prakash--Ilham satu-satunya cucu laki-laki, pewaris tahta harta. Karena diyakini Rian memiliki orientasi menyimpang. Pernikahan Ronald-Meli tidak disetujui keluarga. Namun begitu, acara-acara keluarga mereka selalu wajib datang.

Dengan alasan malu pada tetangga, relasi dan sorotan media. Jansen Prakash pemilik harga diri paling tinggi. Iya tidak suka jika ada anak dan cucunya orang miskin. Pebisnis handal itu tidak mencoret Ronald sebagai pewaris hartanya. Namun, tidak menggubris apalagi peduli pada keluarga anak sulungnya itu. Seperti malam ini Meli dan Ronald datang berdampingan. Orang-orang berpendidikan tidak ingin mempertontonkan ke khalayak mereka sedang tidak baik-baik saja. Orangtua Meli, meskipun bukan dari kalangan Sultan, memiliki yayasan sekolah-sekolah elite yang juga memiliki cabang pelbagai daerah. Keturunan para orang-orang kaya di kampungnya tapi, tidak sekaya Ronal Arya Penang. Anak kedua Jansen bernama Ardi Arya Penang. Memiliki tiga orang anak.

Kerin anak pertama menikah dengan Bagas anak salah satu pejabat Negara. Si bungsu anak Ardi--Berly masih kuliah di Amerika. Sedangkan anak kedua Dina menikah dengan Adly selebritas tanah air.

Demi cinta pada Ronald--Meli rela menikah tanpa persetujuan keluarga. Bahkan selalu menjadi olok-olok saudara Lalu mengapa Arini hadir di acara malam ini. Ya, atas perintah Meli. Dan suatu Misi yang akan diperhitungkan oleh sosok Arini dengan begitu matang. Gadis sebatang kara itu sedang menyusun api dendam agar terus membara. Netra jernihnya, bulu mata tanpa pelentik, iris coklat muda yang begitu menarik. Arini memang cantik natural. Diam-diam seseorang memperhatikannya dari ujung kursi kebesaran. Bukan gagal move on yang membuat Arini sampai ke tempat ini. Bukan pula karena ia masih mencintai mantan suami. Mantan yang diharamkan untuknya kembali.

Kecuali Arini menemukan jodoh sementara alias nikah muhallil seperti yang sudah terjadi. Tapi, Ia datang bukan karena cinta apalagi merasa bersaudara, wanita elegan meski berasal dari sudut kota itu, datang dengan membawa buncah di dada yang semakin membara. Siapa tembakan buncah itu? Ilham? Jansen? Atau sosok misterius yang selalu menatapnya penuh goda. Tawa riuh semakin menjadi, malam merambat semakin gulita, Arini merekatkan jaket kulitnya, hadiah pembelian motor kredit dua tahun lalu. Hidupnya memang sederhana.

Tenang. Mata indah itu menyorot sekitar, menyapu pandangan ke seluruh ruangan.

Lalu, tersenyum miring

*

Lelaki itu masih bersikukuh menggoda, sangat ambisius, meski telah ditolak berkali-kali.

Listrik yang padam memberinya kesempatan menarik tubuh Arini lebih dekat.

"Apa yang kau lakukan, Rian!" teriak Arini terkejut. Namun mulutnya dibungkam tangan Rian, tubuhnya terkunci. Berusaha melepaskan diri namun sia-sia.

"Hari ini kesombonganmu hancur, Sayang!" bisik Rian tertawa sangat berniat melecehkan.

"Niat jahat tidak akan pernah terealisasi, kau tau, kau dan keluargamu akan segera hancur, Rian!"

"Apa kau bilang!" Rian semakin menguatkan pelukannya.

"Kau sangat wangi, menggiurkan. Mulut judesmu ... rasa ...."

Tiba-tiba sebuah bayang datang mendekat.

Buck ...

Suara debam tinju menggempar.

"Jangan pernah kau sentuh wanita ini kecuali kau ingin melihat rahangmu berpindah ke lutut." Suara itu bergetar.

Buck.

Dalam gelap, seorang lelaki melayangkan tinjunya tepat sasara.

"Siapa kau berani datang ke acara keluarga Penang?"

"Kau mau berteriak memanggil security? dan semua orang akan mengetahui kau melecehkan istri keponakanmu sendiri!"

"Kurang ajar!" teriak Rian nyalang. Arini terlempar ke samping. Sigap lelaki itu menyambut tubuhnya.

Listrik menyala, beberapa pasang mata menyaksikan drama gratis di tengah lapangan acara. Sosok dengan sudut bibir pecah, dan pemilik wajah ndeso tapi tegas. Keduanya saling menyorot penuh amarah.

Arini melepaskan diri.

"Burhan!" Arini tersentak saat mengetahui siapa di depannya.

"Arini, dari tadi mama nyariin kamu gak kelihatan?" Tiba-tiba Meli sudah ada di antara Rian, Burhan dan Arini. Senyum Arini mengembang. Ia pun mendapat ide.

"Iya, Ma, tadi juga Arini mau nyariin mama tapi di stop melulu sama Pak Rian. Malah dirayu lagi. Masa Arini diajak nikah." Santai sekali Arini mengucapkannya. Rian melotot gusar.

Tentu saja. Dia sama sekali hanya ingin menggoda, dan mempermalukan Abang kandungnya yang super keras kepala. Ronald Arya Penang. Merasa bahwa adiknya itu ingin menggoda menantunya, walau kini jadi mantan menantu.

Mereka tahu--Meli dan Ronal, pasti Rian akan sangat senang mempermalukan abang kandungnya. Dendam kesumat.

Sebenarnya Ronald malu untuk meminta bantuan Arini agar hadir malam ini. Karena ia tahu, setahu Ronald, Arini dalam masa Iddah, dan tidak akan bisa kembali pada Ilham kecuali Arini menikah lagi. Padahal, Arini sudah menikah. Bahkan masa iddahnya sudah selesai jauh hari. ya, hanya Meli yang mengetahui itu. Jika Arini tidak hadir malam ini, kacaulah semua rencana yang Ronald susun tanpa sepengetahuan Ilham. Rencana menumbangkan Rian.

"Siapa dia?" tanya Ronald heran menatap Rian dan Burhan saling bergelora meluap emosi. "Aku yang seharusnya bertanya, siapa cowok sampah ini? Apa kalian mengenalnya? Oh ... Ya. Bukankah tadi kau menyebut namanya dengan begitu pasih Arini?" Rian menyunggingkan senyum melecehkan Burhan.

"Apa dia bodyguard suruhan Ilham? Jangan sampai kau jatuh cinta pada bodyguardmu, Arini?" Rian tertawa kecil. Arini melotot gusar. Meli menarik Arini menjauh.

"Ya, dia office Boy di perusahaan Franve. Juga kepala keamanan yang dipilih langsung oleh Ilham, lelaki dengan seribu medali sebagai pemenang sabuk tertinggi antar negara," jelas Arini memainkan alisnya pada Rian. Sebelum mengikuti langkah Meli ke kursi yang ia tinggalkan.

Lebih tepatnya, Arini menakut-nakuti. Hampir saja Meli terbahak melihat cara Arini menakut-nakuti Rian. Beda dengan Burhan, setelah meninju bibir Rian, ia berpaling cepat keluar dari keramaian, entah ke mana.

"Siapa dia? Aku tidak akan melepaskannya." Rian mengetik ponsel, Arini yang melihat tatapan membunuh Rian ke arah Burhan, secepat kilat Arini berjalan kembali ke tempat Rian berdiri, tangannya menangkap ponsel milik Rian yang masih bertengger di telinga. Membisikkan ancaman pelan tanpa terdengar siapapun kecuali mereka berdua.

"Kau tinggal pilih, bangkrut dengan malu sepanjang zaman, atau bangkrut sebab mengganggu istri orang, sebelum menelpon seseorang, mengganggu orang-orangku, sebaiknya kau melihat pesan video yang masuk pada ponsel kerenmu ini." Arini mengembalikan elektronik berharga itu kembali ke tangan Rian. Ia tersenyum licik.

Mata Rian terbelalak kaget. Melihat video yang dikirim Arini. Video saat dirinya merayu Arini, bahkan ditambah dengan tinju yang menyasar di bibirnya. Benar-benar memalukan. Bukankah tadi listrik padam? Siapa lelaki itu?

"Hei ... jangan kau pikir aku dibantu Burhan. Ponsel pintarku lebih keren dari barang branded pemilik perusahaan Penang." Arini memamerkan ponselnya. Rian meneguk Saliva.

Ia memang gadis cerdas. Pujinya dalam hati.

"Kau berani sekali padaku, Arini? Apa kau tidak mengenal siapa aku?"

"Lebih berani mana kalian dengan keluargaku?" bisik Arini sarkas. "Oh ya. Kau tidak perlu tau, lupakan ucapanku itu. Tapi kalian akan mendapatkan akibat dari semuanya." Arini tertawa kecil.

"Apa maksud kata-katamu? aku tidak pernah punya urusan dengan keluargamu. Siapa lelaki tadi."

"Kalau aku bilang itu selingkuhanku, kau mau apa? Apa kau mau kucarikan selingkuhan agar Erick meradang?" Ucapan Arini menguarkan warna merah marun di pipi Rian.

"Apa maksudmu?"

"Aku tidak punya maksud apa-apa."

"Erik dan aku tidak punya hubungan apapun. Aku tau ada seseorang yang membuat ulah menyebar gosip skandal. Agar namaku jelek di dunia bisnis. Terbukti Papi tidak mengizinkanku mengelola beberapa perusahaannya.

"Itu urusan keluargamu, bukan urusanku." Arini mengejek puas.

"Om, bawa hadiah apa untuk anniversary kakek Kamandanu?" tanya Karina tiba-tiba ada di antara mereka. Jomblowati tulen, masih remaja, memindai Arini.

"Eh ada Onty." Karina mengulur tangan, Namun Arini hanya memandang Karina dengan tatapan tajam. Menakutkan nyali gadis itu untuk tidak bertanya lebih banyak.

"Maaf Onty!" ucapnya lembut. Ngacir ke belakang.

"Bibir Om kenapa?" tanya Karina mundur, tak sengaja menatap bibir Rian yang berdarah di sudut ya, ia baru menyadari ujung bibir Rian ada merah mengental. Hasil perbuatan Burhan.

"Jatuh pas mati lampu, Karin. Tidak usah dipikirkan. Oh ya kamu bawa apa?" tanya Rian, berharap Karina tidak melihat adegan baku hantamnya dengan Burhan.

"Ini liontin termahal dari Inggris. Aku liburan kemarin ke sana. Sengaja beli liontin antik ini untuk hari spesial Kakek. Pasti Nenek Jeni senang."

"Om kasih hadiah bambu kuning dari China. Ini bukan bambu sembarangan. Uniki, klasik dan antik sesuai kesukaan nenek Jeni. Mama juga punya turunan darah Cina."

"Iya Karina tau, Kok. Makanya wajah turunannya tampak oriental."

"Keluarga kita memang harus cantik dan ganteng, jangan sampai ada yang bulukan masuk, seperti lelaki tadi," ucap Rian menatap Arini mengejek.

"Om Ilham ngasih kado apa-an ya, Om?" tanya Karina tanpa melihat Arini.

"Datang aja dia dah syukur, palingan ayahnya nanti minta bagian paling banyak. Protes lagi pada Om." Ucapan Rian sambil melirik nakal ke arah Arini. Membuat Karina penasaran. Ada apa dengan paman kandungnya itu.

Apa Paman dan Arini punya hubunga? Ia berdecak aneh.

"Om, tadi aku melihat ada laki-laki cakep keluar dari sini, persis Fedi Nuril. Ganteng amat. Dia siapa? Kok bisa ikut acara ini. Aku tidak pernah melihat dia sebelumnya, Om kenal?" Rian mengerti yang disebut Karina adalah Burhan, si manusia yang meninjunya tadi.

"Mungkin dia seorang OB. Liat aja tampangnya--cocok jadi OB, kan?"

"Issh, Ngada ngada deh, Om Rian. Cowok cakep begitu dikatain OB." Arini meninggalkan dua orang di hadapan. Ke mana si culun itu? Matanya menjurus ke segala arah.

"Tunggu Onty!" Karina mengejar Arini.

"Kenapa, Karin?"

"Karin minta nomor ponsel cowo tadi donk!"

"Onty gak punya."

"Dia kerja di mana, Onty?"

"Di perusahaan Om Rian."

"Duh sayang banget ya, besok Karin udah balik ke Amrik. Tapi Karin janji balik ke Indo lagi bakal ke kantor Om Rian buat dekatin cowo itu. Tipe Karin banget tu. So .. Cool."

Burhan tidak terlihat di mana-mana. Ke mana si naif itu? umpat Arini. Mengepal tangannya mendengar kicauan Karin tentang Burhan.

"Entar kalo Onty punya nomornya kasih ke Karin, ya."

"Hmm," jawab Arini berdehem saja.

"Dia keren tau, Onty!" Karina masih mengoceh.

Gadis itu aneh. Memanggil Rian dengan sebutan Om. Sedangkan memanggil Arini dengan sebutan Onty. Padahal Arini istri Ilham yang tak lain adalah keponakan dari Rian.

Bab terkait

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Kesumat

    Meli dan Ronald sangat paham bagaimana watak Ilham. Tidak suka bekerjasama, emosian, ego tinggi. Tidak ingin terlihat lemah. Makanya Ilham akrab dengan perusahaan Franve, karena itu satu-satunya perusahaan yang tidak terlibat bisnis dengan keluarga Penang. "Arini," suara bariton seseorang menyapa. Meli dan Ronal saling pandang. Rian mencebik licik. Berlalu sebelum Arini berbuat lebih mengerikan. "Awas kalau sampai terjadi sesuatu pada lelaki tadi, lehermu taruhannya," ancam Arini pelan tapi tajam tepat ke telinga Rian sebelum Ilham datang mendekat. Rian mematikan power ponselnya setelah celotehan Karin panjang lebar. Mengapa juga keponakannya itu jadi terkesan menyukai Burhan?Bukan cuma Rian yang kesal, tapi Arini tak kalah sinis menatap kesal pada Karina.Rian.tidak jadi menelpon anak buahnya. Ia berdecak gusar. Ancaman Arini ternyata berefek. Manusia yang tadinya hendak menonton gratis drama adu jetos.terutama anak-anak Arya, Bagas dan lainnya. Mundur teratur. Kibasan tangan Rian

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-27
  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Perjalanan Talak

    "Kamu terlambat mengatakan maaf. Sakit itu sungguh sadis mengoyak dan mengobrak abrik jantung ini." Retina perempuan itu mengambang. Nanar menahan air mata. Ingatannya melayang setiap slide kejadian demi kejadian sebelum akhirnya talak tiga sah secara agama antara ia dan Ilham. Slideshow perjalanan sebuah guncangan arasy berawal, dari sebuah kesalahan yang tak diniatkan. Semua peristiwa demi peristiwa bermain-main di kepala Arini. Jangan coba-coba menyalah dengan hukum Allah, karena Allah SWT sebaik-baik pembuat makar. Mata Arini memejam lagi. Gambaran masa-masa jatuhnya talak menyerbu ingatannya. "Kau ingat, Arini. Aku Ilham Arya Penang, walau mama dan papiku tidak cocok dengan keluarga Jansen, tapi, aku adalah cucu laki-laki satu-satunya." "Terus, tujuanmu apa mengatakan itu padaku?" "Baiklah, bukankah kau meminta talak dariku?" "Ya, mana? Katakan sekarang juga, talak aku! ayo talak!" "Dasar keras kepala! apa sama sekali tujuh tahun tidak berbekas dari ingatanmu tentang kita

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-28
  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Petaka Pertama

    Ilham dipecat, padahal ia salah satu pewaris perusahaan. Tentu saja hal yang tidak masuk akal. Faktanya lelaki itu memang dipecat. Semua permainan dari Rian si ambisius.Paman kandung Ilham itu dibantu Mira untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. *Kehadiran Mira yang direncanakan Rian, telah berhasil mengacaukan rumahtangga Arini dan Ilham.Wanita tak tahu diri itu acap kali mengganggu kenyamanan Arini di rumahnya sendiri, sejak Ilham mengiyakan tentang kesepakatan kerjasama di Franve.Mira sengaja melontarkan kalimat-kalimat bagai penggosok perkakas keluar dari bibirnya untuk Arini setiap mengantar tugas dari Pram untuk Ilham."Tanya saja sama suamimu. Kami berdua sering ketahuan bersama, Pak Rian cemburu padanya, kau tau, Arini? Putra bungsu keluarga Penang itu sangat mencintaiku. Ia lebih memilih aku daripada keponakannya. Makanya Ilham dipecat dari Perusahaan Plastik Penang. Aku kasian padanya, tak tega hidupnya yang biasa bergelimang harta harus dicemooh para kolega sendiri. K

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-31
  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Aku Ini Istrimu

    Cerai adalah bom yang mengguncang Arasy.Kata yang paling Allah laknat adalah cerai. Jika ada solusi lain, mengapa harus bercerai? Emosi, bujukan setan, rayuan hormon egoisme telah menang melawan gumpalan kecil bernama hati. Petaka pertama di rumahtangga Arini-Ilham. (Ada yang cerai. Apa aku harus potong tumpeng?)Status baru memenuhi beranda Mira. Arini melotot tak percaya. Belum lima menit dari ia keluar rumah, Mira sudah mengetahui. Bertabungan talak seharusnya membuat Ilham berhati-hati. Sebab setan, iblis ada di mana-mana. Akhirnya kabar talak itu pun sampai ke telinga Mira. Wanita itu bahagia bukan main, selama ini sangat penasaran karena tidak pernah berhasil menggoda Ilham. Kesempatan baginya telah datang, dengan berani, ia datang ke rumah Ilham. Kebahagiaan menyelimuti hati Mira, demi mendengar tabungan talak rasanya ia sanggup memindahkan Monas ke Kalimantan saja. Setelah sebelumnya Mira tahu betul rumahtangga incarannya itu sedang tidak baik-baik saja sejak kedatangan

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-03
  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Ceraikan aku!

    Slideshow perjalanan talak tiga Arini. Perempuan itu terus bercerita. Entah mengapa lidahnya mendadak mengeluarkan kata-kata tanpa jeda. "Ceritakan semua padaku, Nyonya. Jangan malu! aku berjanji akan membelamu, luahkan semua yang ada di hatimu. Aku siap mendengar apapun itu. Burhan mendengarkan cerita kisah pilu itu sambil menatap istrinya. Sesekali ia fokus melihat jalanan.Arini memejam mata. Membayangkan kejadian setelah pertengkaran antara ia dan Ilham. Ilham pergi dari rumah. Di tengah jalan Mira datang dengan skenarionya."Kau tidak bosan jika aku bercerita tentang bosmu Ilham itu bagian dari laki-laki jahannam?" tanya Arini sinis. "Bukankah kau dibayarnya untuk meniduriku lalu kembali menceraikan?""Bagaimana jika aku tidak mau bercerai dengan Nyonya? apa Nyonya mau hidup bersamaku?" tanya Burhan menatap dua manik mata Arini, intens. Wanita itu berdecih. Membuang pandangannya ke samping jendela mobil."Kau mau hidup denganku selamanya? hanya lelaki bodoh yang ingin hidup de

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-04
  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   PERANGKAP PELAKOR

    "Kalian tinggal di sini saja, Nak. Paman sudah beli rumah di pinggiran, walaupun sederhana tapi Alhamdulillah sangat nyaman. Jangan menumpang di rumah Meli, walaupun Paman tau, dia sangat menyayangimu." Ketika talak dua jatuh untuk Arini. Lian sang paman yang menyembunyikan catatan dosa tentang kakek Ilham alias Jansen akhirnya harus menceritakan liciknya keluarga Penang pada Arini di sore itu. "Jadi-jadi, se- sebenarnya pabrik tekstil itu milik Kakek Rusdi, Paman?" tanya Arini kaget, ia seakan tak percaya ternyata keluarga Penang sungguh licik. Sekian tahun bersama sama sekali ia tak menyangka Lian menyembunyikan kisah masa lalu keluarga suaminya."Iya, Nak. Jansen sangat lihai. Kakek Ilham itu berdarah dingin demi harta. Menghalalkan segala cara untuk mendapatkan hajatnya tanpa peduli kemanusiaan bahkan nyawa sekalipun," ungkap Lian menunduk. Kaca-kaca bening menaungi pelupuk matanya. "Kalau paman tau mereka begitu, mengapa papa dan paman sendiri menerima pinangan Ilham, tidak mung

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-04
  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Dasar Pecundang!

    Bertahun-tahun pacaran, bukanlah tolak ukur seseorang untuk bisa mempertahankan rumah tangga. Bahkan setelah tujuh tahun mengarungi bahtera bersama, ikatan sakral bisa saja teberai. Selama tujuh tahun, rumah tangga Arini dalam kondisi stabil. Tidak ada riak kecil, apalagi besar. Hidupnya tenang. Walaupun Ilham memiliki karakter tak bisa membendung emosi. Arini selalu mampu meluluhkan suaminya. Tenang, tapi, hambar begitu kondisi kehidupan yang mereka jalani. Bagi Ilham memberi fasilitas untuk Arini sudah merupakan kebahagiaan. Arini kerap termenung sendirian, tak ada suara tangisan bayi untuk menyemarakkan hidupnya. Saudara satu-satunya tinggal jauh terpisah. Sebatang kara itu menyakitkan. Terkadang manusia tidak mengerti ada kebutuhan bercerita pada diri tiap wanita. Ilham tidak mengerti, sang istri butuh sesuatu selain daripada uang dan ranjang. Kekurangan yang sukar disatukan. Kehambaran di tujuh tahun rumahtangganya, membawa petaka lebih mudah menyusup ke tengah area. Hadirnya

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-05
  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Sejenak Satu Ranjang

    "Apa kamu lupa dengan Arini, Ilham?" Meli menelpon Ilham setelah mendengar kabar dari Kayla bahwa Ilham berhasil mengerjakan sempurna pekerjaannya dan pergi bersenang-senang dengan Mira. Kayla termakan omongan Pram. Bahwa yang selingkuh dengan Mira itu ya--Ilham. Bukan dirinya--Pram. Kayla yang mengenal Meli dengan baik langsung menelpon, memberi kabar bahwa Ilham pergi bersama Mira. Panas dingin hati Meli mendengarnya. Menit itu juga, sigap menekan tombol angka di layar--menelpon putra tercinta. "Arini juga sudah lupa dengan Ilham, Ma," jawabnya malas berdebat. "Ini sudah dua bulan Ilham, hentikan keegoisanmu, lepas sebulan lagi Arini sudah tiga kali suci kau tidak lagi bisa mengucapkan kata rujuk padanya. Arini tidak akan pernah kembali, selamat atas ketololan kamu sebagai imam di rumahtangga." "Huh, mama, berhentilah mengurusi rumah tangga Ilham." "Apa kamu bilang?" Ah, Ilham mengatup mulutnya, menyesal melemparkan kalimat itu pada mamanya. "Ya, maaf. Ilham hanya ingin ... eh,

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-08

Bab terbaru

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Ilham Terbelalak

    Binar seribu bintang berloncatan dari mata Arini. "Terimakasih."Kata tak perlu terucap apapun. Karena sikap lebih terlihat dari sekadar kata.Bahagia lebih dari sejuta kali bahagia. Terkadang hanya menunggu jalan takdir. Bahagia di ujung segera menanti.*“Kakek masuk rumah sakit, segera ke sana!” Suara Ronald terburu menelpon putra semata wayangnya--Ilham. "Siapa yang sakit?" tanya Mira melihat suaminya terburu-buru. "Kakek," jawab Ilham singkat. "Kamu sarapan dulu. Kalau aku ngak salah Bu Meli sudah sedari subuh ke rumah Kakek.""Kenapa ngak bilang?""Kamu ngak nanya," ucap Mira sambil merapikan meja makan. Wangi soto kesukaan Ilham menguar menggugah selera. "Kamu pintar masak? Sotonya wangi, tapi aku harus cepat. Dari nada suara papi sepertinya kesehatan Kakek tidak bisa dianggap enteng.""Hanya memasak yang bisa membuatmu tetap memperlakukan aku selayaknya istri. Hati dan pikiranmu sudah dipenuhi nama Arini." Ilham terdiam mendengar kata-kata Mira."Kita akan nikah resmi. Ak

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Cincin Cantik

    Terimakasih Burhan. Aku bahagia," ucapnya terisak-isak. Meski menangis. Binar bintang berloncatan dari mata indah milik Arini."Kita akan menikah secara sah setelah bayi ini lahir. Kita besarkan bersama-sama dengan Satya."Cinta itu tidak bersyarat apapun. Takdir akan berpihak pada kuasa sang pemiliknya. Manusia hanya bisa menjalani tanpa bisa mencegah apalagi mengubah skenario takdir itu.*"Aku tidak akan menceraikanmu Arini! Kau dengar. Kita tidak akan bercerai. Anak itu anak yang kutunggu-tunggu. Artinya kau bahagia saat kita bulan madu kembali waktu itu. Berhasil bukan? Aku mohon! Kita akan belajar bersama memperbaiki segalanya."Suara Ilham di depan ranjang pasien saat Arini diperbolehkan pulang, masih meracau. Burhan membiarkan saja. Tak ada gunanya melarang. Ia percaya pada Arini.Pengadilan sudah menerima segala berkas Arini. Talak tiga bukan decapan lidah saat merasakan perisa makanan. Ikatan sakral bukan mainan. Jangan pernah bermain pada kata talak. Satu-satunya kalimat

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Binar Bahagia

    "Cek USG hari ini.""Siap, Dok!" Para perawat lalu lalang mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan.Arini dibawa ke tempat tidur khusus. Setelah cairan berupa gel dioles oleh salah satu perawat di sekitar rahimnya. Terlihat jelas di layar ada yang berbeda di rahim itu.Jiya ditahan Burhan dalam ruang dokter Wiguna.Dokter menerima hasil USG, setelah mencatat semua hasil test. Ia kembali ke ruangannya, Arini dibawa ke kamar inap lagi."Pak Burhan.""Ya, Pak. bagaimana hasilnya?""Anda sepertinya sangat menyayangi istri anda. Sampai tidak sabaran menunggu hasil."Kikuk Burhan tertawa pelan. Memasang senyum tipis. Sedangkan Jiya menahan jantungnya untuk tidak emosi."Saya akan jelaskan sedikit tentang kehamilan pada anda sebelum kita masuk menyimpulkan keadaan istri anda. Ini tujuannya agar anda paham situasi dan kondisi wanita hamil itu bermacam-macam.""Terimakasih, Pak. Saya siap mendengar."Dokter itu tersenyum lalu mengambil hasil uSG."Sebenarnya normal kondisi seorang ibu hami

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   DNA yang Tak disangka

    "Ya Dokter, Bagaimana hasilnya?" Burhan tidak sabar saat dokter jaga masuk ke ruang inap Arini. "Positif. Selamat Pak Burhan istri anda hamil."Glek Burhan maupun Arini sama-sama terdiam pilu."Bulan lalu saya menstruasi, Dok?" Arini menyangkal. Apa hasil testpack itu salah."Menstruasi?" Kening dokter mengerjit. Menatap perawat yang ikut bersamanya. "Cek urine bHCG segera!" Perintah penuh pada perawat."Dok, apa tidak sebaiknya menunggu besok pagi. Urine pagi hari setelah pasien bangun tidur tingkat keakuratannya lebih sempurna."Dokter serba salah. Ia segan pada Burhan karena telah lama menunggu. Apamyanh dikatakan perawat ada benarnya. Pagi hari setelah bangun dari tidur. Kadar hormon bHCG akan terkumpul sempurna."Urine baru, hari ini juga!" Perintah sang dokter.Akhirnya perawat mengangguk. Keluar sebentar lalu memberikan onemed urine pada Burhan."Silakan ditampung kembali urine pasien, Pak. Kita akan melakukan test urine ulang."Burhan menerima wadah kecil yang diberikan pe

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Arini Hamil

    Menyambar tas, masih dengan terburu memasang sepatu, dan wanita itu sibuk mengikutinya dari belakang, berbalik ke dalam rumah dengan sepatu yang sudah terpasang, ternyata kunci mobil tertinggal di meja makan, perempuan bertubuh semampai itu turut ikut maju mundur dengan kesibukan dadakan.Semua karena sesosok wanita sempurna yang baru saja datang membuyarkan segala angan. Entah mengapa hati Mira sedikit bahagia. Tapi, lelaki di depannya kehilangan fokus pikiran sebab, kedatangan wanita sempurna yang telah memberi map tebal.Salahkah Mira bahagia?Apa aku sejahat itu, bahagia di atas penderitaan wanita lain, ah, tidak. Terlihat Arini lebih dari kata bahagia bersama BurhanSeolah dikejar deadline entah karena apa, Mira tak bertanya. Ilham tergesa membuka pintu mobil, masuk ke dalam, menyalakan mobil. Berpaling menatap wanita yang mendadak raut wajahnya ikut cemas.Wanita itu berusaha menahan sesuatu agar tidak terjatuh di hadapan. Pun menahan tanya ada apa dengan kepergian mendadak sua

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Perjanjian Selesai

    "Itu urusan asisten saya, sudah saya katakan--tenang saja. Hasilnya 99% akurat dan valid.""Oke. Saya ke sana sekarang." "Apa ini, Nak?" Meli melihat Map yang di bawa Arini."Maafin Arini, Ma. Arini tidak bisa mengabulkan permintaan mama."Meli mengambil map yang lumayan tebal itu.Sertifikat rumah atas nama Burhan, Villa pemberian Ilham atas nama Arini. Beserta kunci-kuncinya.Dan ...Surat cerai resmi dari pengadilan agama."Arini!" Suara Ilham bergetar menahan jantungnya yang detaknya kini bermasalah. "Arini sudah siapkan notaris untuk membalikkan nama atas nama mama atau nama Ilham."Arini sama sekali tidak menggubris Ilham yang menatapnya begitu intens. Gejolak amarah, emosi bercampur rasa harga diri yang terinjak-injak. "Arini, kamu?" Air mata Meli merebak. Tidak menyangka sama sekali gadis yang selama ini ia puja, sedari remaja ia curahkan kasih sayang, dengan begitu berani menolak dan merenggangkan tali kekeluargaan."Jika suatu hari Arini memilih pergi, mau kah mama mengan

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Hasil Test DNA

    "Issh genit. Mesum. Dasar lelaki!" umpat Arini berkali-kali.Burhan tertawa terbahak-bahak melihat bibir Arini yang mengerucut merajuk, akibat selalu diganggu Burhan. "Kemarin sok sokan godain, sekarang malah takut, bilangin suami sendiri mesum.""Kemarin otakku belum dirukiyah, he." Arini tertawa ngakak, pinggangnya masih digelitiki Burhan."Masih mual?" Burhan menghentikan tangannya. Arini berpaling menatap wajah Burhan. Mengangguk kecil."Sedikit, kadang tengkuk terasa berat."Burhan menghela napasnya berat. "Bolehkah aku bertanya sesuatu?"Arini mengerjit. Mengapa tiba-tiba Burhan berubah serius. Menyandarkan kepalanya di bahu Burhan memberi kode ia tidak keberatan."Kau tidak keberatan tinggal di gubuk begini?"Arini tersenyum tipis mendengar pertanyaan Burhan. "Kirain mau nanya apa-an, rumah ini bisa kita pugar lebih besar.""Ya, kau tidak keberatan dengan adik-adikku.""Aku hidup sendirian, mana mungkin keberatan, aku tau rasanya begitu sakit hidup sendiri, makanya aku mener

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Dia istriku, kau mau apa?

    "Kakak udah sholat?" Berlian menghampiri ranjang Arini, Satya terlelap di sampingnya."Ya, solat duduk aja, Ber, mana Burhan?" Arini menyapu sekitar. Ia mendapat Burhan yang sedang khusuk sholat. Senyumnya mengembang. Sudah berapa lama ia lalai terhadap ibadah pada Tuhan.Burhan dan Berlian orang yang selalu membantunya mengingat maha kuasa. Akhir-akhir ini hatinya tenang, setelah beberapa hari terakhir tidak meninggalkan ibadah wajib itu. Ia salut, Menik yang kakinya tidak sempurna saja bisa rutin menunaikan ibadah, masa ia yang sempurna lupa siapa pemilik kesempurnaan itu.Setelah selesai ibadah menghadap Tuhan Burhan menghampiri ranjang Arini. Memasang senyum tipis-nya. Mengedikkan bahu."Apa kau terlalu merindukan suamimu ini sampai bangun tidur dan mau tidur lagi kau harus menyebut namaku," ucap Burhan menggoda Arini, menaik turunkan satu alisnya."Astaghfirullah, apa tadi sholatmu tidak khusuk sampai-sampai mendengar suara tanyaku?""Hei, sholat khusuk itu bukan tentang mendeng

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Otewe Tes DNA

    Perihal wanita yang bersama Ilham. Meskipun tidak dicintai, Mira Aruna, nekad ke rumah sakit untuk menjenguk Arini.Selain ia sendiri harus cek kontrol, sekalian berkunjung rasanya tidak masalah,tapi, Mira terngiang kalimat pertemuannya dengan Rian di depan rumah sendiri. Saat kaki Mira baru saja melangkah. Rian berdiri dengan arogan di depan pagar rumah Ilham."Hei, Gundik! Bagaimana nikmatnya hidupmu masuk ke keluargaku," ucapan tajam itu tidak lagi mengiris hati Mira. Ia sudah kebal."Kau mau apa Rian?""Kau tau bocah kecil di rumah sakit yang kini menjadi kelemahan Arini, aku yakin itu bayi kita, sayang. Bagaimana? Apa kau ingin bersua sebagai ibu yang tidak bertanggungjawab?""Apa?" Mata Mira terbelalak kaget. Benarkah yang diucapkan Rian. Anak yang selama ini diasuh oleh Arini adalah anak mereka.Artinya kurun waktu dia menjadi budak Rian ternyata anak itu tidak ada pada Rian, ia hanya sapi peras, kambing congek yang mau diperalat oleh Rian. Andai Mira tau di mana bayinya, tent

DMCA.com Protection Status